Emulsifikasi dengan Cara Penambahan Fasa Air Sedikit Demi Sedikit

4.1.6 Penggantian Bahan Tambahan pada Formula Antiserangga Alami

Trial and error selanjutnya, yaitu dengan mencoba formula baru yang merujuk pada pengajuan paten Supriadi 2010, namun ada beberapa bahan yang tidak diikutsertakan yaitu gum arab, setil alkohol dan tween 20 diganti dengan tween 80. Gum arab dan setil alkohol tidak ditambahkan karena membuat formula lebih kental, sehingga sulit disemprotkan, atau butiran semprotannya akan cepat jatuh. Formula ini dibuat dengan cara mencampurkan tween 80 dengan bahan aktif terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air suling dan diaduk. Setelah itu ditambahkan asam stearat yang sudah dicairkan dan natrium hidroksida. Kalium klorida dan trietanol amin ditambahkan sebagai penstabil pH, kemudian formula tersebut diaduk selama 1 jam. Pengamatan terhadap formula yang merujuk pada paten tersebut menunjukan adanya gumpalan yang terbentuk dalam formula setelah 4 hari. Gumpalan tersebut adalah asam stearat yang memadat wujudnya kembali menjadi padat. Proses perbaikan formula ini tidak dilanjutkan lagi, karena mempertimbangkan kembali aplikasi produk antiserangga alami. Formula ini tidak sesuai dengan aplikasi produk dalam penelitian ini, yaitu sebagai antiserangga alami yang digunakan dalam kegiatan rumah tangga, sedangkan formula ini aplikasinya sebagai pestisida untuk tanaman. Penggumpalan asam stearat yang terjadi ditunjukkan oleh Gambar 10. Gambar 10. Penggumpalan asam stearat

4.1.7 Emulsifikasi dengan Cara Penambahan Fasa Air Sedikit Demi Sedikit

Langkah selanjutnya yang ditempuh adalah dengan menggunakan cara emulsifikasi lain yaitu penambahan air mawar dilakukan sedikit demi sedikit. Menurut Becher dalam Suryani et al. 2000 emulsifikasi dapat dilakukan dengan metode agen dalam minyak yaitu penambahan air langsung ke dalam campuran agen dalam minyak, sehingga terbentuk sistem emulsi air dalam minyak. Penambahan air yang terus menerus akan merubah sistem tersebut menjadi sistem emulsi minyak dalam air atau biasa disebut proses inversi. Cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan buret untuk menambahkan bahan sedikit demi sedikit ke dalam bahan lain yang sedang diaduk . Tujuannya adalah membuat campuran lebih homogen. Formulasi ini tetap menggunakan bahan yang terdiri atas air mawar, bahan aktif, dan pengemulsi. Vaselin pun digunakan kembali dalam formula ini, karena merujuk pada penelitian Prasetyo 2011 yang telah membuat formula antinyamuk semprot yang menggunakan vaselin dengan perbandingan vaselin dengan tween 80 1:14.6. Vaselin berperan sebagai propellant yang membuat butiran semprotan formula menjadi lebih halus dan merata. Selain itu, vaselin juga berperan sebagai penghambat pembentukan busa. Udara yang terperangkap dalam formula busa dapat menyebabkan oksidasi sehingga produk cepat rusak. Pertimbangan penambahan vaselin ini dilakukan berdasarkan trial and error kualitatif dengan cara menyemprotkan formula ke dinding tembok. Penyemprotan dilakukan dari jarak 20 cm. Bekas Asam stearat memadat kembali setelah 4 hari semprotan terlihat basah, baik semprotan Mortein, formula dengan vaselin, maupun yang tidak menggunakan vaselin. Diameter bekas semprotan mortein sekitar 5.5 cm. Diameter bekas semprotan formula dengan vaselin sekitar 7 cm. Diameter bekas semprotan formula tanpa vaselin sekitar 10.5 cm dan ada butiran air yang mengalir ke bawah, sedangkan pada formula dengan penambahan vaselin tidak ada butiran air yang mengalir ke bawah. Deskripsi bentuk semprotan Mortein, semprotan formula dengan tambahan vaselin dan semprotan formula yang tidak menggunakan vaselin ditunjukan oleh Gambar 11. Gambar 11. Bentuk bekas semprotan Mortein a, formula dengan vaselin b dan formula tanpa vaselin c Selain itu, pertimbangan pemilihan vaselin juga dilakukan karena setelah proses pengadukan, dilakukan pengamatan terhadap busa yang terbentuk. Campuran tanpa vaselin masih membentuk busa dalam pengamatan selama 5 menit. Campuran dengan vaselin, awalnya terbentuk busa sesaat setelah pengadukan, tetapi setelah 5 menit, busanya menghilang. Langkah pertama yang dilakukan dalam teknik emulsifikasi tersebut adalah pembuatan campuran yang terdiri atas tween 80, vaselin dan air suling disebut campuran x. Ketiga bahan tersebut dicampurkan dan panaskan hingga suhu 60 o C, sambil diaduk hingga homogen. Awalnya bahan yang digunakan adalah air mawar, tetapi ketika dipanaskan sampai suhu 60 o C, tercium aroma yang tidak enak seperti bau asap daun yang terbakar, sehingga air mawar diganti dengan air suling karena baunya netral. Campuran x dicampurkan ke dalam bahan aktif setelah suhunya mencapai 40 o C, karena jika dicampurkan saat suhunya masih 60 o C, akan menyebabkan bahan aktif cepat menguap. Pada suhu dibawah 40 o C campuran x mulai mengental, sehingga campuran tersebut harus ditambahkan ke dalam bahan aktif yang sedang diaduk, jika tidak sambil diaduk, vaselin akan cepat memadat kembali sebelum tercampur. Setelah itu, air mawar dari buret dialirkan ke dalam campuran tersebut dengan katup terbuka 13-nya sekitar 50ml4menit, sambil diaduk selama 1 jam. a b c Noda basah bekas semprotan yang mengindikasikan perbedaan partikel semprotan yang terbentuk Butiran air mengalir pada dinding tembok yang mengindikasikan bahwa partikel semprotan yang terbentuk ukurannya lebih besar Cara emulsifikasi dengan penambahan fasa air sedikit demi sedikit ke dalam fasa minyak, merubah sistem emulsi inversi secara perlahan. Sistem emulsi awal yang terbentuk adalah sistem emulsi air dalam minyak. Air mawar yang ditambahkan sedikit demi sedikit dari buret akan terdispersi ke dalam campuran minyak atsiri dan campuran x yang sedang diaduk. Penambahan air dari buret yang kontinyu merubah sistem emulsi secara perlahan-lahan. Fasa air terus meningkat, sementara pengadukan tetap berlangsung, sehingga homogenitas campuran tetap terjaga. Kondisi sistem emulsi pun berbalik, yakni fasa minyak menjadi terdispersi dalam air, sehingga terbentuk emulsi minyak dalam air yang tetap homogen. Hasil pengamatan menunjukan bahwa teknik emulsifikasi yang menggunakan buret dapat mendekati target 92 pada hari ke 7. Stabilitas emulsi dengan perbandingan tween 80 : bahan aktif 1:0.8 dan 1:1 menggunakan metode ini adalah 86 dan 91 pada pengamatan hari ke-7. Stabilitas emulsi dengan teknik ini ditunjukkan oleh Gambar 12 dan datanya dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan trial and error yang telah dilakukan, formula antiserangga yang akan diujikan terdiri atas bahan aktif, air mawar, tween 80, vaselin, dan pewangi melati. Air mawar digunakan sebagai bahan pembawa, tween 80 sebagai pengemulsi, pewangi melati, dan vaselin sebagai propellant dan bahan anti busa. Perbandingan tween 80 dengan minyak atsiri dan pewangi adalah 1:1, perbandingan vaselin dengan tween 80 adalah 1:14.6, dan pewangi melati sebanyak 1. Adapun teknik emulsifikasi untuk membuat formula antiserangga alami ini adalah dengan menambahkan air mawar sedikit demi sedikit sekitar 50ml4menit menggunakan buret ke dalam campuran bahan aktif, pewangi melati, tween 80, vaselin, dan air suling.

4.2 Efektivitas dan Penerimaan Formula Antiserangga Alami