Penentuan Bahan Pengemulsi Formula Antiserangga Alami

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Formula Antiserangga Alami

Trial and error formulasi antiserangga alami dilakukan dalam penelitian pendahuluan untuk mempersiapkan komposisi bahan dalam formula antiserangga yang akan diujikan pada penelitian utama. Bahan baku yang dipilih adalah bahan-bahan alami yang aman digunakan oleh manusia dan ramah lingkungan. Bahan tersebut meliputi bahan aktif, bahan pembawa, dan bahan tambahan. Bahan aktif yang digunakan yaitu minyak daun cengkih dan minyak serai wangi.

4.1.1 Penentuan Bahan Pembawa dan Bahan Pewangi

Air merupakan bahan yang paling aman jika dibandingkan dengan etanol, metanol atau heksan yang biasa digunakan sebagai pelarut minyak atsiri. Sehingga air dipilih sebagai bahan pembawa. Air mawar dipilih, karena aromanya dapat membuat aroma formula antiserangga menjadi lebih wangi. Ini dilakukan setelah trial and error formulasi dengan air suling biasa dibandingkan dengan menggunakan air mawar. Masing-masing dikombinasikan dengan pewangi melati, minyak daun cengkih, dan minyak serai wangi. enam orang ditanya langsung untuk memberikan pendapatnya. Pendapat empat dari enam orang lebih menyukai campuran yang bahan pembawanya air mawar. Air mawar memiliki aroma seperti minyak mawar, meskipun intensitas aromanya jauh lebih lemah. Aroma mawar yang menurut Brechbill 2009 adalah rosy sweet floral , dapat dikombinasikan dengan aroma melati dan aroma bahan aktif yang digunakan, yaitu aroma spicy dari minyak daun cengkih, serta aroma citrusy dari minyak serai wangi. Pewangi melati juga dipilih berdasarkan trial and error, yaitu mencoba beberapa pewangi seperti minyak atsiri lemon, jeruk purut, kenanga, dan pewangi teh hijau. Minyak daun cengkih dan minyak serai wangi masing-masing dicampur dengan minyak lemon, jeruk purut, kenanga, dan pewangi teh hijau. Enam orang ditanya langsung untuk memberikan komentar terkait aromanya. Komentar aroma campuran dengan minyak lemon yaitu wanginya enak tapi menyengat dan aromanya segar tapi agak aneh. Komentar aroma campuran dengan minyak jeruk purut adalah aromanya aneh, menyengat dan aromanya seperti minyak gosok. Komentar aroma campuran dengan kenanga adalah tidak enak, aromanya seperti minyak tawon dan minyak si nyongnyong. Komentar aroma campuran dengan pewangi teh hijau adalah menyengat dan tidak enak. Komentar aroma campuran dengan pewangi melati adalah wangi, aromanya seperti minuman teh melati, segar dan wangi tapi aromanya aneh. Pendapat-pendapat tersebut bersifat subjektif yakni bergantung pada selera pribadi, tetapi memberikan gambaran tentang kombinasi aroma yang terbentuk dalam trial and error ini, sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan bahan pewangi yang sekiranya dapat diterima oleh panelis pada uji hedonik di penelitian utama. Komentar pewangi melati dinilai lebih baik daripada yang lainnya, sehingga pewangi melati dipilih sebagai bahan pewangi formula antiserangga alami ini.

4.1.2 Penentuan Bahan Pengemulsi

Air dan minyak atsiri memiliki sifat yang antagonistik. Air bersifat polar dan minyak atsiri bersifat nonpolar. Oleh karena itu, perlu agen pengemulsi agar dapat mencampurkan keduanya. Agen pengemulsi ini memiliki dua gugus yang berbeda dalam ikatan kimianya, yaitu gugus hidrofilik yang akan berikatan dengan air dan gugus lipofilik yang akan berikatan dengan minyak. Agen pengemulsi yang dipilih adalah pengemulsi yang dapat digunakan untuk emulsi minyak dalam air yaitu yang memiliki nilai HLB hydrofil lipofil balance antara 8-18. Formula antiserangga dalam bentuk emulsi sudah ada di pasaran. Salah satunya yaitu Mortein Natur Gard. Produk ini menggunakan air sebagai bahan pembawa, serta bahan alami tambahan yaitu d-limonen, dan bahan aktif yang digunakannya adalah bahan sintetik, yaitu esbiotrin, permetrin dan imiprotrin. Oleh karena itu, produk ini dijadikan kontrol positif sebagai pembanding stabilitas emulsi dan efektivitas formula antiserangga alami. Hasil pengukuran stabilitas emulsi produk Mortein adalah 92 dalam 7 hari. Nilai ini menjadi acuan atau target dalam membuat formula antiserangga. Pengamatan stabilitas pada perlakuan- perlakuan yang dilakukan dalam trial and error formulasi ini dihentikan ketika persentase stabilitasnya sudah dinyatakan tidak memenuhi target 92 dalam 7 hari. Stabilitas emulsi produk mortein ditunjukan oleh Gambar 5 dan data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengemulsi yang pertama kali dipilih adalah pengemulsi yang memiliki nilai HLB 13, yakni yang memenuhi nilai HLB 8-18 untuk pengemulsi minyak dalam air. Polyethilenglicol 40 hydrogenated castor oil atau biasa disebut fixolite memiliki nilai HLB 13. Fixolite biasa digunakan sebagai pengemulsi formula kosmetik atau parfum. Namun hasil trial and error menunjukan bahwa fixolite tidak cocok dijadikan pengemulsi formula antiserangga ini, karena stabilitas emulsinya rendah. Ini dapat dilihat berdasarkan hasil pengukuran stabilitas emulsi yang ditunjukan oleh Gambar 6, dan data hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 4. 92 85 90 95 100 1 2 3 4 5 6 7 St ab ili ta s E m ul si Waktu Pengamatan Hari ke- 93 95 97 100 88 90 92 94 96 98 100 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 St ab ili ta s E m ul si Waktu Pengamatan Jam ke- A B C D Gambar 6. Stabilitas emulsi formula antiserangga dalam penentuan jenis bahan pengemulsi Gambar 5. Stabilitas emulsi kontrol positif atau produk pembanding Mortein Keterangan : A : Formula yang terdiri atas air mawar, minyak atsiri 5, dan perbandingan fixolite dengan minyak atsiri 1:1. B : Formula yang terdiri atas air mawar, minyak atsiri 5, perbandingan fixolite dengan minyak atsiri 1:1, dan vaselin 2,5. C : Formula yang terdiri atas air mawar, minyak atsiri5, perbandingan fixolite dengan minyak atsiri 1:1, dan etanol konsentrasi 95 sebanyak 20. D : Formula yang terdiri atas air mawar, minyak atsiri 5, dan perbandingan tween 80 dengan minyak atsiri 1:1. Gambar 6 menunjukan bahwa stabilitas emulsi formula A terus menurun, yaitu hanya 93 setelah 2 jam pengamatan. Selain itu, masih terbentuk butiran minyak yang kecil di bagian atas campuran. Trial and error dilakukan lagi dengan formulasi B. Vaselin ditambahkan sebagai agen pendispersi yang akan membantu fixolite mendispersikan minyak dalam air. Stabilitas yang dihasilkan kurang baik, yaitu 95 setelah ½ jam. Pengamatan tidak dilanjutkan karena dalam campuran tersebut sebagian vaselin terpisah dan membentuk campuran yang tidak homogen dengan fixolite. Trial and error dilakukan lagi dengan formulasi C. Etanol dalam formula ini berperan sebagai ko-surfaktan. Minyak atsiri dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol 95 sedikit demi sedikit hingga terbentuk cairan bening. Setelah itu dicampurkan dengan fixolite, kemudian dengan air mawar sambil diaduk. Cara emulsifikasi seperti ini belum mendapatkan formula yang diharapkan. Stabilitas emulsi formula C ini hanya 97 setelah tiga jam. Fixolite teknis yang digunakan dalam formula antiserangga alami ini ternyata tidak menghasilkan stabilitas yang diharapkan. Ini dapat disebabkan oleh fixolite yang sudah tercampur homogen dengan minyak, sulit bercampur dengan air. Oleh karena itu, dilakukan lagi pemilihan agen pengemulsi lain yang sifatnya lebih hidrofilik. Ini dilihat berdasarkan sistem emulsi formula antiserangga yang dibuat adalah sistem emulsi minyak dalam air, yang persentase airnya jauh lebih banyak daripada minyaknya. Suryani et al. 2000 menyatakan bahwa pengemulsi dengan HLB yang lebih tinggi memiliki sifat hidrofilik yang lebih besar. Tween 80 memiliki HLB 15 dan Tween 20 memiliki HLB 16.7. Tween 20 menimbulkan busa yang lebih banyak daripada tween 80, sehingga tween 80 dipilih untuk formulasi ini. Busa tersebut merupakan indikasi bahwa emulsi yang terbentuk kurang baik, karena busa akan mempercepat terjadinya oksidasi formula akibat terperangkapnya udara dalam cairan formula. Dengan demikian tween 80 dipilih sebagai pengemulsi formula antiserangga ini.

4.1.3 Penentuan Konsentrasi Tween 80