Lalat Musca domestica bersifat kosmopolitan dan merupakan vektor penular secara mekanis yang menyebarkan berbagai jenis penyakit, seperti virus, bakteri, protozoa, cacing, amuba
dan lainnya Brown 1979 dan Kettle 1984. Lalat memiliki bulu-bulu halus yang terdapat disekujur tubuhnya yang memungkinkan dapat berperan sebagai vektor penyakit, karena perilaku lalat yang
suka berpindah-pindah dari suatu makanan biasanya bahan organik yang membusuk ataupun kotoran ke makanan lain untuk makan dan bertelur Levine 1990 diacu dalam Kardinan A 2007.
2.7 Formula Antiserangga
Secara umum, formulasi insektisida tersusun atas bahan aktif active agents, bahan pembawa carrier, dan bahan pembantu adjuvant Djojosumarto 2008. Formula antiseranggga ini dibuat
dari bahan aktif dan bahan pembawa yang berbeda sifat polaritasnya. Minyak atsiri bersifat nonpolar, sedangkan air bersifat polar. Oleh karena itu, formulanya dibuat dalam sistem emulsi minyak dalam
air dengan menggunakan pengemulsi.
Emulsi adalah dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan lain yang tidak bercampur dalam keadaan biasa. Molekul-molekul kedua cairan tersebut bersifat saling antagonistik karena
perbedaan sifat kepolarannya. Emulsi merupakan suatu sistem heterogen yang mengandung dua fasa cairan yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi yang berbentuk butiran-butiran droplets Suryani
et al.
2000. Pemilihan pengemulsi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan nilai hidrofil lipofil balance
HLB yang pada dasarnya merupakan indikasi persentase berat dari bagian hidrofilik molekul pengemulsi nonionik. Nilainya yang semakin tinggi menunjukkan bahwa sifat pengemulsi yang
semakin suka pada air hidrofilik. Kisaran nilai HLB untuk emulsi minyak dalam air OW berkisar antara 8-18. Polisorbat 80 memiliki nilai HLB 15 Suryani et al. 2000. Nilai HLB polietilen glikol 40
hidrogenated castor oil
adalah 13 Chesam 2011. Dengan demikian kedua pengemulsi tersebut dapat digunakan sebagai pengemulsi minyak dalam air.
Polisorbat adalah pengemulsi hidrofilik yang memiliki kemampuan kuat sebagai surface-active agents
surfactants untuk mengurangi tegangan antarmuka dalam air, minyak, dan campuran lainnya untuk meningkatkan kualitas interaksi antar campuran dan menaikkan stabilitas emulsi. Polisorbat
atau Polyoxyethylene sorbitan esters adalah hasil pembentukan reaksi sorbitan ester dengan etilen oksida. Sorbitan fatty-acid esters sorbitan ester adalah sorbitol turunan dari mono dan digliserida
yang sangat larut dalam air dan memiliki rumus molekul C
64
H
124
O
26
O’Brien 2004. Polisorbate 80 adalah jenis surfaktan nonionik dan pengemulsi turunan dari polyoxylated
sorbitan dan asam oleat. Wujud polisorbat 80 adalah cairan berwarna kuning jernih. Gugus hidrofilik
dalam senyawa ini adalah komponen polieter yang dikenal sebagai polyoxyethylene yang merupakan polimer dari ethylene oxide Chou 2005.
Polyethilenglicol-40 Hydrogenated Castor oil merupakan pengemulsi nonionik dengan HLB
13, berwarna putih sampai kekuningan, dan memiliki rumus molekul C
57
H
110
O
9
CH
2
CH
2
On. Umumnya, PEG-40 Hydrogenated Castor oil fixolite , digunakan untuk emulsi minyak dalam air.
Aplikasinya banyak digunakan sebagai agen pengemulsi, agen penstabil, dan agen pengondisian viskositas formula parfum atau kosmetik Chesam, 2011.
Cara penambahan bahan pengemulsi dalam proses emulsifikasi menurut Suryani et al. 2000 dapat dilakukan dengan metode agen dalam air dan metode agen dalam minyak. Teknik agen dalam
air biasanya menghasilkan emulsi yang agak berkoarse dengan ukuran partikel yang bervariasi. Emulsi yang terbentuk bisa menjadi tidak stabil. Metode agen dalam minyak biasanya menghasilkan
emulsi yang seragam dengan diameter butiran rata-rata adalah 0.5 mikron yang menunjukan tipe emulsi yang paling stabil.
Metode agen dalam minyak dilakukan dengan cara melarutkan agen pengemulsi dalam fasa minyak, yang bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama campuran agen dalam minyak ditambahkan
langsung ke dalam air sehingga terbentuk emulsi minyak dalam air ow atau oil in water secara spontan. Kedua, air ditambahkan langsung ke dalam campuran agen dalam minyak sehingga
terbentuk emulsi sistem air dalam minyak wo atau water in oil. Penambahan air lebih banyak dapat mengubah tipe wo menjadi tipe ow, yang biasa disebut inversi.
Teknik emulsifikasi yang tepat bergantung pada jenis dan rasio bahan yang digunakan, fasa terdispersi, medium pendispersi dan pengemulsi. Selain itu, sifat alami minyak dan agen pengemulsi
merupakan faktor utama dalam menentukan stabilitas emulsi yang dihasilkan. Cara agar sistem emulsi menjadi stabil dapat dilakukan dengan penyamaan densitas fasa pendispersi dan terdispersi,
atau dengan mengurangi ukuran butiran fasa internal menjadi sangat kecil. Salah satu tekniknya adalah dengan pengadukan yang cepat atau dengan sonikasi. Cara lain adalah dengan menggabungkan
bahan yang larut dalam air seperti alkohol ke dalam fasa minyak. Alkohol akan keluar dari fasa minyak menuju fasa air ketika minyak terdispersi dalam air, sehingga butiran yang terbentuk akan
berkurang volumenya. Etil atau metil alkohol dapat mengurangi viskositas fasa minyak dan juga membantu menghasilkan ukuran partikel yang kecil.
Kualitas formula dalam bentuk emulsi dapat menurun akibat terjadinya pembusaan foaming. Udara akan terperangkap dalam formula membentuk gelembung-gelembung kecil yang akan
mempercepat terjadinya oksidasi Nugraha et al. 2004. Oksidasi tersebut dapat membuat produk cepat rusak. Vaselin menurut Prasetyo 2011 dapat digunakan untuk menghambat pembentukan busa
defoaming, sebagai agen pendispersi dan agen pembakar propellant. Penambahan vaselin dapat membuat produk yang disemprotkan memiliki butiran semprotan yang halus, merata, atau berbentuk
kabut. International Programme on Chemical Safety dan Commission of the European Communities 2002 menerangkan bahwa vaselin merupakan subtansi yang terdiri atas hidrokarbon jenuh dengan
jumlah atom karbon lebih dari 25. Vaselin memiliki suhu leleh 36-60
o
C, densitas 0,9 gcm
3
, dan tidak larut dalam air.
III. METODOLOGI