9 kayu, dedak, dan tenaga kerja. Permintaan juga merupakan salah satu faktor yang
sangat penting untuk dipertimbangkan menjadi kendala. Hal ini berkaitan dengan penjualan hasil produksinya nanti. Pembibitan membutuhkan waktu panen yang
lebih singkat daripada budidaya yakni satu bulan, sedangkan budidaya membutuhkan waktu panen 37 hari hingga 120 hari. Namun dari segi
keuntungan, keuntungan bibit lebih rendah daripada keuntungan jamur tiram putih segar.
Dengan demikian perlu pengalokasian sumberdaya secara efisien untuk mencapai keuntungan maksimum. Alokasi sumberdaya ini digunakan untuk
menghasilkan produk yang keuntungannya kecil tapi jangka waktu produksinya singkat atau produk yang keuntungannya besar tetapi jangka waktunya lama yang
disesuaikan dengan permintaannya. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1 Bagaimana kombinasi produksi jamur tiram putih dan bibit yang optimal pada P4S Nusa Indah, Bogor?
2 Bagaimana penggunaan sumberdaya produksi yang optimal? 3 Bagaimana pengaruh perubahan ketersediaan sumberdaya dan tingkat
keuntungan terhadap kombinasi produksi optimal?
1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian mengenai Optimalisasi Produksi Jamur Tiram Putih pada KWT P4S Nusa Indah bertujuan
untuk: 1 Menganalisis kombinasi produksi jamur tiram putih dan bibit yang
optimal sehingga memberikan keuntungan maksimum bagi KWT P4S Nusa Indah.
2 Menganalisis penggunaan sumberdaya produksi optimal. 3 Menganalisis perubahan ketersediaan sumberdaya dan tingkat keuntungan
terhadap kombinasi produksi optimal.
10
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Nusa Indah yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijaksanaan perusahaan guna mencapai produksi yang optimal untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Selain itu juga penelitian ini
diharapkan berguna sebagai bahan referensi dan literatur bagi penelitian selanjutnya.
11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamur Tiram Putih
Jamur merupakan tanaman heterotrofik, yaitu tanaman yang kehidupannya tergantung pada organisme lain. Jamur ini tidak mengandung klorofil sehingga
tidak dapat menghasilkan makanan sendiri. Jamur ini mengambil zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati dari
organisme lain Parjimo, 2007. Jamur sudah dikenal sejak dulu oleh masyarakat baik sebagai makanan
maupun sebagai obat. Pada awalnya jamur tumbuh secara liar di hutan-hutan pada musim hujan dimana kelembaban cukup tinggi. Namun kini dengan adanya
perkembangan teknologi dan pengetahuan budidaya, jamur dapat dibudidayakan dengan membuat rumah produksi kumbung sedemikian rupa sehingga
agroklimat dapat diatur sesuai dengan syarat tumbuh jamur. Oleh karena itu jamur memiliki peluang yang sangat besar untuk dibudidayakan sepanjang tahun
Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006. Teknologi budidaya jamur relatif sederhana dan ramah lingkungan. Jamur
hidup dari sisa tanaman yang mengalami pelapukan dan tidak memerlukan bahan penyubur seperti pupuk. Jamur juga tidak memerlukan pestisida untuk
melindungi dari hama dan penyakit. Pemanasan sterilisasi yang baik adalah salah satu tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah tumbuhnya jamur lain
yang tidak diharapkan. Bahan-bahan yang digunakan dalam budidaya jamur mudah diperoleh, karena berada di sekitar masyarakat. Selain itu limbah dari
budidaya jamur masih dapat digunakan campuran pupuk organik sehingga memberikan nilai tambah ekonomi Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006.
Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang paling mudah dibudidayakan. Jamur ini tumbuh pada berbagai macam jenis substrat dan
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Kemampuan produksi jamur tiram pun relatif tinggi, dari 1000 gram substrat kering, 50 – 70
persen jamur segar dapat dihasilkan. Bahkan saat ini produktivitas panen sudah dapat ditingkatkan hingga 120 – 150 persen Direktorat Jenderal Hortikultura,
2006.
12 Jamur tiram ini memiliki tudung yang agak bulat, lonjong, dan
melengkung menyerupai cangkang tiram. Permukaan tudung licin, agak berminyak jika lembab dan tepiannya bergelombang. Diameternya mencapai 3-
15 sentimeter. Batang jamur tiram tidak tepat berada di tengah tudung, tetapi agak ke samping. Tubuh buahnya membentuk rumpun yang memiliki banyak
percabangan dan menyatu dalam satu media. Terdapat bermacam-macam warna jamur tiram, namun jamur tiram putih merupakan jenis jamur tiram yang banyak
dibudidayakan di Indonesia Parjimo, 2007. Jamur tiram dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 600
meter dari permukaan laut di lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60 persen. Derajat keasaman atau pH 6 – 7. Jika tempat tumbuhnya terlalu kering atau kadar
airnya kurang dari 60 persen, miselium jamur ini tidak bisa menyerap sari makanan dengan baik sehingga tumbuh kurus. Sebaliknya, jika kadar air di lokasi
tumbuhnya terlalu tinggi, jamur ini akan terserang penyakit busuk akar. Jamur tiram banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak yang
telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk, atau sengon yang terletak di lokasi yang sangat lembap dan terlindung dari cahaya matahari. Pada fase pembentukan
miselium, jamur tiram memerlukan suhu 22 – 28 ºC dan kelembapan 60 – 80 persen. Pada fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu 16 – 22 ºC dan
kelembapan 80 – 90 persen dengan kadar oksigen cukup dan cahaya matahari sekitar 10 persen.
2.2. Budidaya Jamur Tiram Putih