Budidaya Jamur Tiram Putih

12 Jamur tiram ini memiliki tudung yang agak bulat, lonjong, dan melengkung menyerupai cangkang tiram. Permukaan tudung licin, agak berminyak jika lembab dan tepiannya bergelombang. Diameternya mencapai 3- 15 sentimeter. Batang jamur tiram tidak tepat berada di tengah tudung, tetapi agak ke samping. Tubuh buahnya membentuk rumpun yang memiliki banyak percabangan dan menyatu dalam satu media. Terdapat bermacam-macam warna jamur tiram, namun jamur tiram putih merupakan jenis jamur tiram yang banyak dibudidayakan di Indonesia Parjimo, 2007. Jamur tiram dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut di lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60 persen. Derajat keasaman atau pH 6 – 7. Jika tempat tumbuhnya terlalu kering atau kadar airnya kurang dari 60 persen, miselium jamur ini tidak bisa menyerap sari makanan dengan baik sehingga tumbuh kurus. Sebaliknya, jika kadar air di lokasi tumbuhnya terlalu tinggi, jamur ini akan terserang penyakit busuk akar. Jamur tiram banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk, atau sengon yang terletak di lokasi yang sangat lembap dan terlindung dari cahaya matahari. Pada fase pembentukan miselium, jamur tiram memerlukan suhu 22 – 28 ºC dan kelembapan 60 – 80 persen. Pada fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu 16 – 22 ºC dan kelembapan 80 – 90 persen dengan kadar oksigen cukup dan cahaya matahari sekitar 10 persen.

2.2. Budidaya Jamur Tiram Putih

Budidaya jamur tiram putih terdiri dari dua tahap, yaitu pembibitan jamur tiram putih dan budidaya jamur tiram putih segar. Pembibitan jamur tiram merupakan tahapan dengan tingkat resiko kegagalan yang tinggi. Tahap ini harus dilakukan dalam kondisi yang benar-benar steril. Pembibitan terdiri dari tiga tahap pembiakan, yakni pembiakan tahap pertama bibit F1, tahap kedua bibit F2, dan tahap ketiga bibit F3. 13 1 Pembiakan Tahap Pertama Bibit F1 Pembiakan tahap pertama menghasilkan kultur murni, yaitu sebuah media khusus berisi miselium jamur yang memiliki sifat unggul seperti berukuran besar dan produktivitas tinggi. Dalam tahap ini terdapat empat langkah yang dilakukan, yaitu pembuatan media, pemilihan induk, isolasi, dan inkubasi. Media untuk menghasilkan kultur murni jamur tiram dapat dibeli dalam bentuk siap pakai di toko bahan kimia, yaitu potatoes dextrose agar PDA. Karena harganya yang cukup mahal, PDA dapat dibuat sendiri dengan cara kentang dikupas dan dipotong setebal satu sentimeter. Potongan kentang direbus dalam air suling hingga lunak, kemudian disaring dengan kain tipis. Tambahkan air suling hingga volume tertentu. Filtrat yang dihasilkan ditambahkan dektrosa dan agar-agar, lalu dipanaskan hingga mendidih. Inilah yang disebut PDA. Larutan PDA dituangkan ke dalam tabung reaksi atau botol, kemudian disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 derajat selsius dan tekanan 1,1 atmosfer selama 15 – 20 menit dengan posisi tabung reaksi miring. Hal ini dilakukan agar permukaan media PDA lebih luas. Pemilihan induk dilakukan dengan memilih induk yang berukuran besar, daging tebal, dan batang buahnya kokoh. Induk terbebas dari hama dan penyakit serta bentuknya normal. Indukan yang digunakan berumur empat sampai dengan lima hari sejak pembentukan pin head. Indukan yang telah dipilih disterilkan dengan air bersih dan alcohol 70 persen. Isolasi adalah proses pengambilan bagian tertentu dari tubuh indukan untuk ditanamkan ke media PDA. Isolasi dilakukan di ruang atau kotak yang steril, yakni telah diberi larutan alcohol atau kloroks. Isolasi terdiri dari dua jenis, yaitu isolasi kultur jaringan dan isolasi spora. Isolasi kultur jaringan dengan mengambil jaringan jamur eksplan, sedangkan isolasi spora dengan mengambil spora untuk ditanam pada media PDA. Inkubasi adalah tahap menumbuhkan miselia setelah proses isolasi. Inkubasi dilakukan pada inkubator. Inkubasi dilakukan selama dua sampai dengan tiga hari dengan suhu 24 – 28 derajat celsius dan dianggap berhasil jika tumbuh miselium yang berwarna putih merata di sekitar eksplan atau spora. 14 2 Pembiakan Tahap Kedua Bibit F2 Pembiakan tahap kedua bertujuan memperbanyak miselium jamur yang berasal dari biakan murni. Langkah-langkah yang dilakukan di pembiakan F2 sama dengan pembiakan F1, meliputi pembuatan media, pemilihan induk, isolasi, dan inkubasi, hanya saja bahan yang digunakan berbeda. Media untuk pertumbuhan jamur terdiri dari serbuk gergaji, bekatul, kapur, dan gips. Namun bekatul dapat digantikan oleh biji-bijian, misalnya jagung. Bekatul merupakan sumber karbohidrat, lemak, dan protein. kapur sebagai sumber mineral, dan pengatur pH media, sedangkan Gips sebagai bahan penambah mineral dan untuk mengokohkan media. Semua bahan untuk pembuatan media dicampurkan dan ditambahkan air hingga kadar airnya menjadi 45 – 65 persen. Jika menggunakan biji-bijian, maka biji harus direbus terlebih dahulu selama 15 menit sampai mekar. Pengomposan dilakukan untuk menguraikan senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran sehingga mudah diserap dan dicerna oleh jamur. Media F2 dimasukkan ke dalam wadah berupa botol atau kantong plastik sebanyak 23 bagian wadah tanpa dipadatkan. Wadah ditutup dengan kapas dilapisi kertas atau aluminium foil, kemudian disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121 derajat celsius dan tekanan 1,1 atmosfer selama satu jam. Namun ada juga yang melakukan sterilisasi dengan menggunakan drum minyak tanah yang dimodifikasi dengan menggunakan kawat sehingga seperti dandang untuk mengukus masakan. Biasanya sterilisasi dengan menggunakan drum dilakukan selama delapan jam. Inokulasi F2 yaitu miselium dari biakan murni F1 di tanam pada media biakan F2 dalam keadaan steril dengan menggunakan pinset dan lampu spirtus serta alkohol 70 persen. Biakan murni diinokulasikan ke media F2 dekat nyala api agar tetap steril. Inokulasi dilakukan setelah media didinginkan selama 12 jam sampai suhunya 35 – 40 derajat celsius. Inkubasi F2 dilakukan pada suhu 26 – 28 derajat celsius selama dua hingga empat minggu sampai media dipenuhi miselium jamur yang berwarna putih secara merata. Jika yang tumbuh tidak berwarna putih berarti terjadi kegagalan, dan media harus dibuang. 15 3 Pembiakan Tahap Ketiga Bibit F3 Pembiakan tahap ketiga F3 bertujuan memperbanyak miselium jamur yang berasal dari pembiakan tahap kedua F2. Media yang digunakan pada pembiakan tahap ini sama dengan yang digunakan pada tahap pembiakan kedua F2, baik alat, bahan, maupun langkah-langkah yang dilakukan. 4 Budidaya Jamur Tiram Putih Segar Bibit F3 yang miseliumnya berwarna putih merata dimasukkan ke dalam kubung untuk dibudidayakan. Bibit ini dipelihara dan mulai dapat dipanen sejak usia tujuh hari hingga empat bulan. Jamur tiram memerlukan suhu 16 – 22 derajat selsius dan kelembaban 80 -90 persen untuk pertumbuhan tubuh buahnya. Salah satu cara untuk menjaga suhu dan kelembaban kubung dengan melakukan pengabutan air. Hal ini disesuaikan dengan cuaca. Pada musim hujan yang suhu udara dan kelembabannya normal, pengabutan cukup sekali pada pagi hari. Pada musim kemarau yang suhu udaranya panas dan kelembabannya rendah pengabutan dilakukan minimal dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Panen jamur tiram dilakukan secara manual dengan tangan atau pisau tajam. Jamur yang dipanen harus dipotong dengan akarnya

2.3. Optimalisasi Produksi