Kesimpulan Optimalisasi Produksi Jamur Tiram Putih di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, Bogor

63 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil olahan optimalisasi produksi jamur tiram putih di P4S Nusa Indah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kombinasi produksi yang optimal pada pola produksi pertama di P4S Nusa Indah memproduksi jamur tiram putih yang berasal dari bibit 18 x 35 cm sebanyak 199,5 log dan bibit 17 x 35 cm sebanyak 5.760,5 log. Total keuntungan yang diperoleh adalah Rp 4.653.825. Total keuntungan ini meningkat sebesar 25,10 persen jika dibandingkan dengan kondisi aktualnya. Pola produksi kedua di P4S Nusa Indah memproduksi jamur tiram putih yang berasal dari bibit 18 x 35 cm sebanyak 211,5 log dan bibit 20 x 30 cm sebanyak 4.788,5 log. Total keuntungan yang diperoleh adalah Rp 3.866.466. Total keuntungan ini meningkat sebesar 33,14 persen jika dibandingkan dengan kondisi aktualnya. 2. Sebagian besar sumberdaya masih berlebih, yaitu lahan, serbuk kayu, tenaga kerja. Pada pola produksi pertama lahan lahan untuk pembibitan terpakai sebesar 78,91 m² dan untuk budidaya sebesar 2,87 m². Serbuk kayu yang digunakan sebanyak 324 karung. Modal yang digunakan untuk pembelian dedak dan plastik sebanyak Rp 1.799.202. Pada pola produksi kedua, lahan untuk pembibitan terpakai sebesar 77,75 m² dan untuk budidaya sebesar 3,05 m². Serbuk kayu yang digunakan sebanyak 325 karung. Modal yang digunakan untuk pembelian dedak dan plastik sebanyak Rp 1.875.770. 3. Bibit dan tenaga kerja untuk budidaya habis terpakai. Pada pola produksi pertama setiap penambahan satu paket bibit maka akan meningkatkan keuntungan sebesar Rp 33.640,79, sedangkan pada pola produksi kedua akan meningkatkan keuntungan sebesar Rp 26.192,97. Penambahan jam kerja selama satu jam maka akan meningkatkan keuntungan sebesar Rp 593,20 pada pola produksi pertama, sedangkan pada pola produksi kedua akan meningkatkan keuntungan sebesar Rp 695,49. 64 4. Agar kombinasi produksi optimal tetap, maka pada pola produksi pertama harga jual bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm boleh ditingkatkan sebanyak Rp 249,13 per log, dan jamur tiram putih yang berasal dari bibit 18 x 35 cm hanya boleh turun harga jualnya sebanyak Rp 41. Pada pola produksi kedua harga jual bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm boleh ditingkatkan sebanyak Rp 464,14 per log, dan jamur tiram putih yang berasal dari bibit 18 x 35 cm hanya boleh turun harga jualnya sebanyak Rp 41. 5. Analisis perubahan ketersediaan sumberdaya menunjukkan batas peningkatan dan penurunan ketersediaan sumberdaya agar kombinasi produksi optimal tetap. Pada pola produksi pertama bibit hanya boleh ditingkatkan sebanyak 3 paket dan dikurangi ketersediaannya sampai 14 paket. Untuk tenaga kerja ketersediaan jam kerja hanya boleh ditambah sebanyak 1.016,25 jam dan dikurangi sebanyak 320 jam. Pada pola produksi kedua bibit hanya boleh ditingkatkan sebanyak 28 paket dan dikurangi ketersediaannya sampai 17 paket. Untuk tenaga kerja ketersediaan jam kerja hanya boleh ditambah sebanyak 1.267,50 jam dan dikurangi sebanyak 340 jam. 6. Analisis post optimal peningkatan harga jual bibit 20 x 30 cm dan peningkatan biaya, pada pola produksi pertama dan kedua diperoleh kombinasi produksi yang sama dengan kombinasi produksi optimal sebelumnya. Keuntungan total pola produksi pertama menurun 26,49 persen dari kondisi aktualnya. Keuntungan total pola produksi kedua meningkat sebesar 7,98 persen dari kondisi aktualnya.

8.2. Saran