Optimalisasi Produksi Optimalisasi Produksi Jamur Tiram Putih di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah, Bogor

15 3 Pembiakan Tahap Ketiga Bibit F3 Pembiakan tahap ketiga F3 bertujuan memperbanyak miselium jamur yang berasal dari pembiakan tahap kedua F2. Media yang digunakan pada pembiakan tahap ini sama dengan yang digunakan pada tahap pembiakan kedua F2, baik alat, bahan, maupun langkah-langkah yang dilakukan. 4 Budidaya Jamur Tiram Putih Segar Bibit F3 yang miseliumnya berwarna putih merata dimasukkan ke dalam kubung untuk dibudidayakan. Bibit ini dipelihara dan mulai dapat dipanen sejak usia tujuh hari hingga empat bulan. Jamur tiram memerlukan suhu 16 – 22 derajat selsius dan kelembaban 80 -90 persen untuk pertumbuhan tubuh buahnya. Salah satu cara untuk menjaga suhu dan kelembaban kubung dengan melakukan pengabutan air. Hal ini disesuaikan dengan cuaca. Pada musim hujan yang suhu udara dan kelembabannya normal, pengabutan cukup sekali pada pagi hari. Pada musim kemarau yang suhu udaranya panas dan kelembabannya rendah pengabutan dilakukan minimal dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Panen jamur tiram dilakukan secara manual dengan tangan atau pisau tajam. Jamur yang dipanen harus dipotong dengan akarnya

2.3. Optimalisasi Produksi

Optimalisasi produksi merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap produksi untuk mencapai keuntungan yang maksimum dengan sumber daya yang terbatas. Optimalisasi pada dasarnya terdiri dari dua tujuan, yaitu maksimisasi keuntungan atau penerimaan dan minimisasi biaya. Purba 2007, Fauzi 2006, Sekarsari 2004, dan Siahaan 2003 melakukan analisis optimalisasi produksi pada komoditas sayuran yang berbeda-beda, sedangkan Wicaksono 2006 melakukan analisis optimalisasi pola tanam. Semua penelitian tersebut memiliki tujuan maksimisasi keuntungan. Analisis optimalisasi ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program LINDO. Berbeda dengan yang lainnya, Putra 2005 melakukan analisis optimalisasi produksi dengan menggunakan Goal programming. Goal programming ini dilakukan untuk memecahkan masalah dengan tujuan ganda. 16 Fungsi tujuan yang digunakan adalah minimisasi biaya jam tenaga kerja, listrik, dan air. Fungsi tujuan maksimisasi keuntungan dalam linear programming dapat diperoleh dengan cara yang berbeda-beda. Purba 2007 menggunakan pendekatan analisis biaya dan pendapatan dengan present value untuk memperoleh keuntungan yang akan digunakan sebagai koefisien fungsi tujuan dalam linear programming. Analisis biaya dan pendapatan dengan present value yakni memperhitungkan semua pengeluaran dan penerimaan dalam proses produksi ke saat awal atau sekarang saat dimulainya proses produksi Suratiyah, 2006. Hal ini mengingat bahwa komoditas pepaya memiliki umur produktif selama empat tahun. Wicaksono dan Fauzi 2006 menggunakan pendekatan analisis pendapatan usahatani untuk mendapatkan koefisien fungsi tujuan. Dalam analisis ini pendapatan total diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Selain menganalisis pendapatan usahatani, tingkat efisiensinya juga dianalisis. Dalam Wicaksono 2006 hal ini dilatarbelakangi oleh adanya pengalihan lahan pertanian produktif menjadi tempat sarana pariwisata dan peningkatan harga input serta ketidakstabilan harga jual output yang menyebabkan ketidakpastian dalam pelaksanaan usahatani. Ketidakpastian ini menimbulkan risiko tinggi yang dapat merugikan petani. Pengukuran tingkat efisiensi dilakukan, karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Berbeda dengan sebelumnya, Sekarsari 2004 menggunakan analisis biaya dan pendapatan dengan pendekatan nominal untuk memperoleh koefisien fungsi tujuan. Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya tetap dan variabel. Sekarsari 2004 hanya memperhitungkan biaya variabel. Hal ini karena optimalisasi produksi dilakukan tanpa penambahan sumberdaya. Dalam konsep biaya jangka pendek, bahwa biaya marjinal jangka pendek menunjukkan hubungan antara perubahan biaya variabel dengan perubahan jumlah output yang dihasilkan. Hal ini karena dalam jangka pendek biaya tetap tidak tidak tergantung terhadap jumlah output yang dihasilkan Gaspersz, 2003. 17 Fauzi 2006, Wicaksono 2006, Sekarsari 2004, dan Siahaan 2003 menggunakan lahan, tenaga kerja dan modal sebagai variabel yang menjadi kendala. Begitu juga dengan Purba 2007, hanya saja modal tidak menjadi kendala yang diperhitungkan. Sekarsari 2006 memisahkan modal menjadi beberapa kendala yaitu modal untuk pembelian benih, modal untuk pembelian pupuk, modal untuk upah tenaga kerja, dan modal untuk pembelian sayuran. untuk kendala tenaga kerja, Sekarsari 2004 dan Siahaan 2003 menggunakan satuan jam, sedangkan Purba 2007, Fauzi 2006 dan Wicaksono 2006 menggunakan satuan hari orang kerja. Merujuk kepada semua penelitian sebelumnya Purba 2007, Fauzi 2006, Sekarsari 2004, dan Siahaan 2003 menyatakan bahwa permintaan merupakan salah satu kendala yang menjadi acuan produksi minimum yang harus dilakukan. Namun Wicaksono 2006 dan Sekarsari 2004 menggunakan kendala penjualan atau penawaran yaitu bahwa penjualan harus lebih kecil atau sama dengan produksi. Siahaan 2003, Wicaksono 2006 dan Purba 2007 mempertimbangkan kendala pupuk. Hanya Purba 2007 yang memasukkan variabel obat-obatan sebagai kendala. Namun Purba 2007, Sekarsari 2004, dan Siahaan 2003 memasukkan bibit sebagai kendala. Fauzi 2006 mengunakan tiga siklus tanam dalam satu periode dan pergiliran tanaman sebagai kendala pembatas. Namun tidak hanya Fauzi yang menganalisis optimalisasi berdasarkan musim tanam dari masing-masing komoditas, tetapi juga Wicaksono 2006. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kondisi optimal belum tercapai. Hal ini terlihat dari perbedaan antara kondisi aktual dan kondisi optimal. Berdasarkan tinjauan pustaka ini dapat diketahui bahwa sebagian besar sumberdaya yang dimiliki masih berlebih, dan untuk mencapai kondisi optimal ini masih mencukupi dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Secara umum hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai kondisi yang optimal dengan sumberdaya yang terbatas dilakukan analisis optimalisasi produksi dengan tujuan maksimisasi keuntungan. Analisis optimalisasi ini dilakukan dengan program LINDO. Selain itu dilakukan 18 perbandingan antara kondisi aktual dan kondisi optimal. Koefisien fungsi tujuan yaitu keuntungan diperoleh dengan tiga cara, yaitu analisis biaya dan pendapatan dengan pendekatan present value, pendekatan nominal serta analisis pendapatan usahatani. RC rasio pun dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi dari perubahan pendapatan. Variabel yang digunakan sebagai kendala adalah lahan, modal, tenaga kerja, pupuk, bibit, obat, permintaan dan penawaran. Perbedaan terlihat pada periode produksi, pergiliran tanaman, modal, dan satuan tenaga kerja. Dalam penelitian Fauzi 2006, satu periode terdiri dari tiga musim tanam dan pergiliran tanaman menjadi kendala, sedangkan dalam Wicaksono 2006 dan Sekarsari 2004 menggunakan penjualan sebagai salah satu kendala. 19 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis