PERKEMBANGAN LPPOM MUI Praktik Kerja Magang di Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) dengan Topik Khusus : Kajian Ilmiah Istiĥālah (Transformasi ) Babi

3 II. PROFIL INSTANSI

2.1 SEJARAH LPPOM MUI

Halal dan haram bagi umat Islam merupakan sesuatu yang sangat penting sebab hal ini merupakan bagian dari keimanan dan ketakwaan. Perintah untuk mengonsumsi yang halal dan larangan menggunakan yang haram sangat jelas dalam tuntunan agama Islam. Oleh karena itu, tuntutan terhadap produk halal juga semakin gencar disuarakan konsumen muslim, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Ada beberapa kasus yang berkaitan perkembangan kehalalan di Indonesia yang mengawali sejarah perkembangan LPPOM MUI. Salah satunya adalah kasus lemak babi pada tahun 1988. Isu yang berawal dari kajian Dr. Ir. Tri Susanto dari Universitas Brawijaya Malang ini kemudian berkembang menjadi isu nasional yang berdampak pada perekonomian nasional. Kesadaran akan tanggung jawab untuk melindungi ketrentraman batin masyarakat mendorong Majelis Ulama Indonesia untuk mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika atau lebih dikenal sebagai LPPOM MUI. Lembaga ini didirikan sebagai bagian dari upaya untuk memberikan ketenteraman batin umat, terutama dalam mengkonsumsi pangan, obat dan kosmetika. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 pasal 11 ayat 2 menyebutkan bahwa pencantuman tulisan halal pada dasarnya bersifat sukarela. Namun, setiap orang yang memproduksi dan atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan menyatakan sebagai produksi yang halal, sesuai ketentuan produsen wajib mencantumkan tulisan halal pada label produknya. Oleh karena itu, untuk menghindari timbulnya keraguan di kalangan umat Islam terhadap kebenaran pernyataan halal dan juga untuk kepentingan kelangsungan atau kemajuan usaha produsen pangan, pangan yang dinyatakan sebagai halal tersebut diperiksakan terlebih dahulupada lembaga yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional KAN. Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk memberikan ketentraman dan keyakinan umat Islam bahwa pangan yang akan dikonsumsi memang aman dari segi agama. Lembaga keagama yang dimaksud adalah Majelis Ulama Indonesia MUI. Semenjak didirikan pada tanggal 6 Januari 1989, LPPOM MUI telah memberikan peranannya dalam menjaga kehalalan produk-produk yang beredar di masyarakat. Pada awal-awal tahun kelahirannya, LPPOM MUI giat mengadakan seminar, diskusi-diskusi dengan para pakar, termasuk pakar ilmu syari‟ah, dan kunjungan–kunjungan yang bersifat studi banding serta muzakarah. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam menentukan standar kehalalan dan prosedur pemeriksaan, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kaidah agama. Pada awal tahun 1994, barulah LPPOM MUI mengeluarkan sertifikat halal pertama. LPPOM MUI memiliki visi menjadi lembaga sertifikasi halal terpercaya di Indonesia dan dunia untuk memberikan ketenteraman bagi umat Islam dan menjadi pusat halal dunia yang memberikan informasi, solusi dan standar halal yang diakui secara nasional dan internasional. Untuk mewujudkan visi tersebut LPPOM MUI memiliki beberapa misi, yaitu membuat dan mengembangkan standar sistem pemeriksaan halal, melakukan sertifikasi halal untuk produk-produk halal yang beredar dan dikonsumsi masyarakat, mendidik dan menyadarkan masyarakat untuk senantiasa mengonsumsi produk halal, serta memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai kehalalan produk dari berbagai aspek.

2.2 PERKEMBANGAN LPPOM MUI

4 Saat ini, LPPOM MUI memiliki dua kantor, yaitu LPPOM MUI Pusat Jakarta dan LPPOM MUI Bogor, serta sebanyak 32 LPPOM MUI cabang provinsi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kantor LPPOM MUI Pusat Jakarta, berlokasi di Gedung Majelis Ulama Indonesia Jalan Proklamasi No. 51, Lantai III, Menteng Jakarta Pusat. Kantor LPPOM MUI Bogor, berlokasi di Kampus IPB Baranangsiang, Jalan Raya Padjajaran Bogor. LPPOM MUI telah mengalami tiga periode kepengurusan. Periode pertama dipimpin oleh Dr. Ir. M. Amin Aziz, yaitu sejak pendirian LPPOM MUI pada tahun 1989 hingga tahun 1993. Periode kedua merupakan periode kepengurusan di bawah pimpinan Prof. Dr. Aisjah Girindra, yaitu sejak tahun 1993 hingga tahun 2006. Periode ketiga kepengurusan dipegang oleh Dr. Ir. H. M. Nadratuzzaman Hosen dari tahun 2006 hingga 2009. Selanjutnya mulai tahun 2010, Ir. Lukmanul Hakim, M.Si dipercaya untuk memegang amanah sebagai pimpinan LPPOM MUI hingga tahun 2015. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2010, LPPOM MUI telah mensertifikasi halal sebanyak 75,514 produk baik produk nasional maupun produk impor. Jika membandingkan jumlah produk yang bersertifikat halal pada tahun 2010 sebanyak 21,837 produk dengan tahun 2009 sebanyak 10,550 produk, maka peningkatan jumlah produk bersertifikat halal sebesar 100 persen. Peningkatan jumlah produk bersertifikat halal tersebut sejalan dengan melonjaknya tingkat kepedulian masyarakat terhadap produk halal. Menurut hasil survei LPPOM MUI yang dilakukan pada 2010 lalu, kepedulian masyarakat terhadap kehalalan produk meningkat dari hanya 70 persen menjadi sekitar 92.2 persen. Kecenderungan tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi LPPOM MUI ke depan. Jika dibandingkan dengan jumlah produk yang beredar di Indonesia, berdasarkan data Badan POM RI pada tahun 2011, jumlah produk teregistrasi sebanyak 113,515, sedangkan yang memiliki Sertifikat Halal MUI sebanyak 41,695. Artinya hanya 36.73 persen saja dari produk beredar dan teregistrasi yang memiliki sertifikat halal MUI. Dalam rangka meningkatkan jumlah produk bersertifikat halal MUI dan upaya melindungi serta menentramkan masayarakat Indonesia, maka perlu merubah prinsip voluntary sukarela menjadi mandatory wajib dalam proses sertifikasi halal. Artinya, LPPOM MUI ke depannya harus mampu menjawab berbagai tantangan. Di dalam negeri, lembaga ini harus lebih meningkatkan perannya dalam melindungi dan menenteramkan hati konsumen, sekaligus meningkatkan pelayanan prima kepada para produsen yang menghendaki sertifikasi halal. Sedangkan di tingkat globalinternasional, lembaga ini harus siap menghadapi perdagangan bebas, yang mungkin saja bisa merugikan hak-hak konsumen Muslim di Indonesia, sehingga perdagangan bebas Free Trade dapat diarahkan menjadi Fair Trade Perdagangan Berkeadilan, adil dalam melindungi hak konsumen Muslim. Untuk tujuan tersebut, LPPOM MUI terus berusaha meningkatkan jumlah dan kompetensi auditor yang sampai dengan Januari 2011 terdiri atas 415 orang tenaga ahli dari berbagai bidang ilmu, termasuk ahli pangan, ahli kimia, dan ahli syariah yang tersebar di Pusat dan Daerah.

2.1 LOGO HALAL DAN LOGO ORGANISASI

Dokumen yang terkait

Fatwa majelis ulama Indonesia (MUI) tentang nikah beda Agama dan respon para pemuka Agama terhadapnya

0 7 58

SERTIFIKASI HALAL PADA PRODUK PANGAN STUDI PADA LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA LAMPUNG

0 3 14

Praktik magang di LPPOM MUI dan tinjauan ilmiah keharaman daging bangkai dan produk darah dalam islam

1 31 174

Analisis Proses Sertifikasi Halal dan Kajian Ilmiah Alkohol sebagai Substansi dalam Khamr di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

2 13 328

Evaluasi proses sertifikasi halal indonesia di Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)

6 25 135

SERTIFIKASI HALAL PRODUK LOKAL OLEH LEMBAGA PENGKAJIAN OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA (LP POM) MUI SUMATERA BARAT.

0 1 11

Eksistensi Dan Tanggungjawab Majelis Ulama Indonesia (Mui) Dalam Penerapan Sertifikasi Serta Labelisasi Halal Produk Pangan Di Indonesia ( Existence And Responsibility Of Majelis Ulama Indonesia (MUI) In Application And Certification Labeling Halal Food P

0 0 17

SERTIFIKASI HALAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (STUDY FUNGSI PENGAWASAN LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA (LPPOM)) PROVINSI LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 115

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR PENGAJUAN SERTIFIKASI HALAL PADA PRODUK MAKANAN OLAHAN KERIPIK PISANG (Studi pada Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika) Majelis Ulama Indonesia ( LPPOM MUI) Provinsi Lampung - Raden Intan Repository

0 6 150

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN SERTIFIKASI HALAL SUATU PRODUK DI INDONESIA (Studi pada Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan)

0 0 88