17 8.
Nutfah najis yang berubah menjadi hewan suci, air najis yang berubah menjadi kencing hewan yang dagingnya halal, pakan najis yang berubah menjadi kotoran hewan yang halal dagingnya,
darah yang berubah menjadi nanah atau bagian tubuh hewan yang tak berdarah merah, kotoran yang berubah menjadi tumbuhan, atau buah-buahan
9. Uap yang timbul dari cairan najis
Pengertian dan pembedaan gejala istiĥālah menjadi sembilan macam yang dikemukakan oleh
al-Maqdisiy nampaknya didasarkan atas hasil yang terjadi dari proses istiĥālah, bukan dari jenis
proses istiĥālah-nya. Sebab, abu, asap, arang, atau tembikar diperoleh dari proses yang relatif sama,
yaitu pembakaran melalui persentuhan dengan api. Roti yang dicontohkan di atas diperoleh melalui pemanggangan. Cacing, ulat, hewan suci dan bagian tubuhnya, yang terjadi dari najis terbentuk
melalui proses biologis. Uap yang timbul dari cairan najis dapat terjadi melalui kenaikan suhu. Babi yang berubah menjadi garam, kotoran yang berubah menjadi lumpur hitam, dan lain-lainnya, terjadi
melalui proses penguraian yang sangat rumit, dengan bantuan mikroorganisme.
3.4 TINJAUAN ILMIAH KOLAGEN DAN GELATIN
3.4.1 Kolagen
Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih white connetive tissue yang meliputi hampir 30 persen dari total protein pada jaringan danorgan tubuh vertebrata dan
invertebrata. Pada mamalia, kolagen terdapat di kulit, tendon, tulang rawan dan jaringan ikat. Demikian juga pada burung dan ikan, sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding sel
Bailey and Light, 1989. Molekul kolagen tersusun dari kira-kira dua puluh asam amino yang memiliki bentuk agak
berbeda bergantung pada sumber bahan bakunya. Asam amino glisin, prolin, dan hidroksiprolin merupakan asam amino utama kolagen. Asam-asam amino aromatik dan sulfur terdapat dalam jumlah
yang sedikit. Hidroksiprolin merupakan salah satu asam amino pembatas dalam berbagai protein Chaplin and Nyachoti, 2005.
Untuk saat ini, sekitar 27 jenis kolagen telah teridentifikasi Schrieber dan Garies, 2007. Molekul kolagen terd
iri dari tiga rantai α yang saling terkait yang disebut triple-heliks kolagen, strukturnya mengadopsi struktur 3D yang menyediakan bentuk geometri ideal untuk ikatan antar-
rantai hidrogen Nijenhuis, 1997. Setiap rantai heliks berputar berlawanan. Triple-heliks memiliki panjang sekitar 300 nm, dan memiliki berat molekul sekitar
105 kDa Papon et al., 2007. Struktur triple-heliksnya distabilkan oleh ikatan antar-rantai hidrogen tersebut. Denaturasi dari kolagen menyebabkan hilangnya konformasi triple-helix Papon et al.,
2007. Kolagen adalah satu-satunya protein mamalia yang mengandung sejumlah besar hidroksiprolin
dan hidroksilisin dengan kadar total asam imino prolin dan hidroksiprolin yang tinggi. Total urutan glisin
–proline–hidroksiprolin merupakan hal yang utama yang mempengaruhi kestabilan terhadap panas dari kolagen Burjandze, 2000.
3.4.2 Gelatin
Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimana glisin sebagai asam amino utama dan
merupakan 23 dari seluruh asam amino yang menyusunnya, 13 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan hidroksiprolin Chaplin dan Nyachoti, 2005. Komposisi asam amino dari gelatin sangat
dekat dengan kolagen induknya dan dikarakterisasi oleh urutan triplet Gly-XY yang berulang, dimana X adalah prolin dan Y sebagian besar merupakan hidroksiprolin Eastoe dan Leach, 1977. Sumber
18 terbanyak dari gelatin adalah kulit babi 46, kulit sapi 29.4, serta tulang babi dan sapi 23.1
Gómez-Guillén et al., 2009. Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol, propilen glikol, sorbitol
dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton, karbon tetraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut organik lainnya. Menurut Norland 1997, gelatin mudah larut pada suhu 71.1
o
C dan cenderung membentuk gel pada suhu 48.9
o
C. Sedangkan menurut Montero et al. 2000, pemanasan yang dilakukan untuk melarutkan gelatin sekurang-kurangnya 49
o
C atau biasanya pada suhu 60 –
70
o
C. Gelatin memiliki sifat dapat berubah secara reversibel dari bentuk sol ke gel, membengkak atau
mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid Parker, 1982. Menurut Utama 1997, sifat-sifat seperti itulah yang
membuat gelatin lebih disukai dibandingkan bahan-bahan semisal dengannya seperti gum xantan, keragenan dan pektin.
3.4.3 Pembuatan Gelatin