Pembangunan Sektor di Bodetabek Tingkat Migrasi Non-Permanen

dalam lingkaran. Wilayah yang berada di luar lingkaran tidak terlalu terpengaruh dengan pesatnya pembangunan di pusat kota. Hal ini dikarenakan wilayah- wilayah tersebut kurang baik sebagai pengalokasian industri manufaktur dan jasa perdagangan akibat letaknya yang jauh dari pusat kota. Selain itu, sebagai wilayah pemukiman, wilayah-wilayah tersebut juga tergolong jauh untuk masyarakat yang melakukan mobilitas komutasi. Migran yang masuk ke wilayah ini sebagian besar berasal dari luar Jakarta yang ingin mencari pekerjaan di kota. Dalam penelitian ini, pembentukkan megapolitan akan di analisis pada setiap wilayah dengan batasan administratif per wilayah.

5.3.1 Pembangunan Sektor di Bodetabek

Berdasarkan uraian mengenai pembangunan Bodetabek yang telah dibahas, seluruh wilayah Bodetabek memiliki tingkat pembangunan yang hampir seragam. Pembentukan PDRB di setiap wilayah didominasi oleh sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi Bodetabek memang dipersiapkan untuk membentuk Megapolitan Jabodetabek. Wilayah Bodetabek dikonsetrasikan pada pembentukan kota penyangga bagi perekonomian Jakarta. Bodetabek menjadi wilayah penampung bagi kawasan industri dan pemukiman. Sehingga arah pembangunan Bodetabek lebih mengutamakan pada pembangunan yang menunjang peningkatan kawasan industri dan pemukiman tersebut. Apabila dilihat dari pembentukan PDRB, salah satu penunjang bagi peningkatan kawasan industri dan pemukiman adalah perdagangan, hotel, dan 50 100 150 200 199519961997199819992000200120022003200420052006200720082009 total jabotabek restoran. Sebagai kawasan pemukiman, pembangunan pusat-pusat perbelanjaan menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan Bodetabek.

5.3.2 Tingkat Migrasi Non-Permanen

Muculnya Megapolitan dikarenakan pembangunan wilayah suatu perkotaan telah melewati batas administratifnya. Sehingga, konsep Megapolitan Jabodetabek menitikberatkan pada hilangnya batasan administratif akibat majunya sarana transportasi dan komunikasi. Kemajuan sarana komunikasi dan transportasi mendukung terjadinya tingkat mobilitas yang tinggi bagi masyarakat di setiap wilayah tersebut. Tingginya mobilitas inilah yang menyebabkan kaburnya batasan administratif antar wilayah, sehingga wilayanh-wilayah tersebut terlihat menjadi satu kota besar, yaitu kota megapolitan. Sarana infrastruktur yang disediakan pemerintah dalam mempermudah mobilitas antar wilayah adalah sarana transportasi masal yaitu kereta api dan jalan tol. Sumber : Badan Pusat Statistik, 1995-2009 diolah Gambar 5.12 Jumlah Penumpang Kereta Api Juta Orang 10 20 30 Jumlah Komuter Bodetabek 200 400 600 800 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Kendaraan Sumber : Badan Pusat Statistik, 2000-2009 diolah Gambar 5.13. Jumlah Kendaraan Masuk Tol Jakarta Juta Mobil Sumber : SUPAS, 2005 Gambar 5.14 Persentase Komuter di Bodetabek persen Ketiga Gambar tersebut menggambarkan tingkat komutasi di Bodetabek. Gambar 5.12 dan 5.13 memperlihatkan laju komutasi. Pada Gambar 5.12 adalah jumlah penumpang kereta api baik secara total maupun tingkat Jabodetabek sejak tahun 1995 hingga tahun 2009. Walaupun terjadi fluktuatif, namun secara umum jumlah pengguna kereta mengalami peningkatan. Jumlah pengguna kereta api Bodetabek selalu mendekati jumlah total pengguna kereta api. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar pengguna kereta api adalah komuter di Jabodetabek. Gambar 5.13 menggambarkan jumlah kendaraan masuk tol setiap tahunnya sejak tahun 2001 hingga tahun 2008. Seperti pengguna kereta api, walaupun mengalami fluktuatif, namun jumlah kendaraan masuk tol secara umum mengalami peningkatan. Hal ini juga menandakan akan tingginya tingkat komutasi di Jabodetabek. Gambar 5.14 menggambarkan persentase masyarakat komuter di Bodetabek berdasarkan data SUPAS tahun 2005. Tingkat komuter tertinggi berada pada wilayah Kota Depok dan Kota Bekasi. Namun, apabila dibandingkan dengan total penduduk, maka tingkat komutasi di setiap wilayah tidak terlalu tinggi. Persentase masyarakat yang melakukan komutasi tertinggi di Kota Depok hanya sebesar 23,9persen dari total seluruh penduduk di Kota Depok.

5.3.3 Pembangunan Infrastruktur