VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Gejala deurbanisasi yang terdapat dalam lingkup Jabodetabek
diindikasikan dengan berkurangnya jumlah migran yang masuk menuju Jakarta serta meningkatnya jumlah migrasi masuk menuju wilayah
Bodetabek. Hal ini dikarenakan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Bodetabek, harga lahan yang lebih murah, biaya hidup yang lebih murah,
dan tingginya tingkat kemiskinan di Jakarta. Namun, dalam pembangunan wilayah, konsep deurbanisasi yang diharapkan, yaitu terjadinya trickle
down effect bagi wilayah penyangga belum jelas terlihat, terutama di wilayah kabupaten. Pembangunan wilayah di Bodetabek adalah
pembangunan yang ditujukan untuk menopang perekonomian Jakarta. Sehingga, pusat perekonomian masih berada pada wilayah Jakarta. Hal ini
diindikasikan dengan sektor yang memiliki peranan penting dalam pembantukan PDRB adalah industri dan perdagangan serta banyaknya
jumlah kawasan industri, namun masyarakat migran sebagian besar bekerja pada sektor tersier dan lainnya.
2. Konsep Megapolitan Jabodetabek hingga saat ini sudah berkembang.
Hingga saat ini, jumlah masyarakat yang melakukan komutasi terus meningkat. Hal ini dapat diindikasikan melalui jumlah penumpang kereta
api Jabodetabek serta jumlah kendaraan yang masuk tol. Selain itu, konsep megapolitan terlihat bagi di beberapa wilayah melalui alasan migrasi.
Untuk wilayah Depok, Kota Bekasi, Kota Tanggerang, dan Kota Bogor, setelah alasan mengikuti keluarga, alasan tertinggi selanjutnya adalah
alasan perumahan. 3.
Pembangunan konsep megapolitan belum merata ke seluruh wilayah Bodetabek. Dampak pembangunan megapolitan lebih dirasakan pada
wilayah dengan tingkat administratif kota. Sedangkan untuk kabupaten, ketimpangan pembangunan masih terlihat. Hal ini ditunjukkan oleh
distribusi migrasi terpusat pada wilayah kota, alih fungsi lahan cenderung lebih tinggi pada wilayah kota, karakteristik migrasi, dimana untuk
wilayah kota adalah masyarakat menengah ke atas dan untuk wilayah kabupaten adalah masyarakat menengah kebawah, tingkat kemiskinan
yang tinggi di wilayah kabupaten serta pekerja informal lebih tinggi pada wilayah kabupaten
4. Secara keseluruhan, pembangunan wilayah Bodetabek mengarah pada
pembangunan yang bersifat menopang bagi pembangunan wilayah Jakarta. Sehingga, pembangunan lebih ditujukan pada penyediaan lahan
pembangunan industri dan pemukiman, sementara lapangan kerja di Bodetabek masih terbilang rendah. Hal ini terlihat pada tingginya sektor
informal di Bodetabek.
6.2 Saran