Tindakan yang Pro Aktif

tinggi dengan persentase 84, terhadap norma agama tinggi dengan 93, terhadap norma adat yang ada dengan 89, dan norma terhadap aturan pemerintah tergolong merata.

4.2.4 Tindakan yang Pro Aktif

Terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang unsur-unsur sumberdaya sosial. Beberapa ahli menyatakan bahwa sumberdaya sosial hanya mencakup saling percaya trust, norma yang disepakati sosial social norms, dan jaringan sosial social network. Namun, berdasarkan hasil penelitian dan tujuan penelitian, maka faktor lain dimasukkan ke dalam unsur sumberdaya sosial ini, diantaranya ialah tindakan yang pro aktif. Menurut Hasbullah 2006, masyarakat melibatkan diri dan mencari kesempatan yang dapat memperkaya, tidak saja dari sisi material tapi juga kekayaan hubungan sosial dan menguntungkan kelompok tanpa merugikan orang lain secara bersama-sama. Tindakan yang pro aktif yaitu bahwa masyarakat cenderung tidak menyukai bantuan-bantuan yang sifatnya dilayani, melainkan lebih memberi pilihan untuk lebih banyak melayani secara proaktif. Masyarakat Kasepuhan Citorek pada umumnya merasa dan menyadari bahwa mereka merupakan satu keturunan dari moyang yang sama. Oleh karena itu, masyarakat Citorek memiliki rasa berbagi baik materi maupun non materi yang cukup tinggi. Beberapa contoh yang ditemukan di masyarakat Citorek adalah kegiatan gotong royong dalam membangun rumah salah satu warga di desa Citorek Tengah. Pembangunan rumah tersebut dibantu oleh puluhan orang tetangga. Bantuan tenaga tersebut ditawarkan secara sukarela. Artinya, tetangga tersebut memiliki inisiatif yang cukup baik untuk membantu tetangga lainnya. Gambar 7 Kegiatan gotong royong yang dilakukan di desa Citorek Tengah. Inisiatif yang tinggi untuk membantu dan berbagi tidak begitu terlihat dalam sebuah organisasi yang ada kelompok tani ataupun organisasi lain. Masyarakat kasepuhan tidak merintis organisasi tersebut. Inisiatif, partisipasi, rasa memiliki dan ingin berbagi dalam sebuah organisasi pada masyarakat kasepuhan masih cukup rendah. Hal ini diindikasikan dengan minimnya keikutsertaan dalam beberapa kelompok atau organisasi formal maupun non formal dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang ada. Sebagai contoh, kelompok tani Alam Rimba di Citorek Tengah hanya beranggotakan sekitar 10 anggota aktif, sedangkan jumlah keluarga di Citorek Tengah mencapai 980 orang. Pada dasarnya, organisasi atau kelompok yang ada cukup memberikan pengaruh yang baik bagi para anggotanya. Namun, masyarakat masih beranggapan bahwa sulit untuk mengikuti organisasi atau kelompok karena memakai nama “organisasi” ataupun “kelompok”. Selain itu, masyarakat tidak terlalu memahami apa yang akan didapat apabila mengikutinya. Sebagai contoh kelompok tani. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa mengikuti kelompok tani tidak bermanfaat. Masyarakat menganggap mereka lebih memahami sistem pertanian yang ada di Citorek dan tidak perlu belajar dalam kelompok tani. Keikutsertaan dan inisiatif untuk mengikuti kelompok tani adalah rendah dengan hasil survei lapang yang menunjukan bahwa rata-rata masyarakat mengikuti organisasi kurang dari 10 organisasi. Hal tersebut pada dasarnya cukup wajar apabila pada musim bertanam padi tidak sempat. Namun, masyarakat Citorek menggunakan sistem padi setahun sekali panen. Masyarakat pada dasarnya memiliki waktu 6 bulan sisanya dalam setahun untuk memberdayakan lahan atau mengikuti organisasi. Masyarakat Citorek lebih partisipatif dalam mengikuti kegiatan atau keorganisasian adat dibandingkan pemerintahan. Hal tersebut seperti telah menjadi bagian pemahaman yang utuh dari sebuah Kasepuhan Wewengkon Citorek.

4.2.5 Kepedulian terhadap Sesama dan Lingkungan