4.2 Unsur-unsur Sumberdaya Sosial
Sumberdaya sosial adalah setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan trust, kesaling pengertian mutual understanding, dan nilai-
nilai bersama shared value yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif Cohen
Prusak 2001. Sedangkan menurut Hasbullah 2006 modal sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk
mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya seperti trust rasa saling mempercayai,
keimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya. Sumberdaya sosial memiliki definisi yang berbeda-beda tergantung
dengan kondisi masyarakat yang diteliti dan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Sumberdaya sosial yang sejalan dengan kondisi masyarakat Kasepuhan
Citorek dan tujuan penelitian ini adalah sumberdaya sosial menurut Dharmawan 2002 diacu dalam Margiati 2007 yang menyebutkan bahwa sumberdaya sosial
sebagai salah satu modal dalam masyarakat yang mempunyai tiga pilar penting, yaitu kepercayaan trust, norma-norma sosial social norms, dan jaringan sosial
social networking. Penguatan pemahaman tentang tiga pilar penting sumberdaya sosial dalam pembangunan masyarakat yang berkelanjutan sejalan dengan Putnam
1993; 1996; 2000 yang menyatakan bahwa sumberdaya sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan sosial yang
memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan bersama dan mempengaruhi produktifitas secara individual maupun kelompok.
4.2.1 Kepercayaan
Kepercayaan menurut Fukuyama 2002 diacu dalam Hasbullah 2006 adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat
tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan sumberdaya sosial. Berbagai tindakan kolektif yang didasari atas rasa
saling mempercayai yang tinggi akan meningkatkan partisipasi dalam berbagai
ragam bentuk dan dimensi terutama dalam konteks membangun kemajuan bersama.
Masyarakat Kasepuhan Citorek sangat menyadari asal usul darimana mereka berasal. Kesadaran akan asal usul tersebut yang secara tidak langsung
membangun sistem hubungan sosial yang sangat tinggi. Rasa dan kesadaran tinggi pada moyang yang sama menyebabkan masyarakat Kasepuhan Citorek secara
umum menganggap bahwa tetangga, baik yang dekat ataupun yang berbeda desa sekali pun adalah saudara. Anggapan tersebut begitu melekat pada hampir seluruh
masyarakat Kasepuhan Citorek. Didukung dengan adanya acara atau kegiatan adat yang memang dilakukan bersama, menumbuhkan tingkat kebersamaan yang
sangat tinggi. Kombinasi persepsi persaudaraan yang sangat tinggi dan kegiatan adat yang secara alami terbangun bersama tersebut menimbulkan tingkat
kepercayaan antar sesama atau tetangganya sangat tinggi. Tingkat kepercayaan antar warga kasepuhan sangat tinggi dibuktikan dengan rendahnya tingkat konflik
yang terjadi. Berbagai instansi seperti desa dan pihak kepolisian tidak memiliki laporan tingkat konflik atau kejahatan yang terjadi diantara masyarakat Citorek.
Masyarakat Kasepuhan Citorek memiliki tingkat kepercayaan yang berbeda kepada pihak luar. Kepercayaan terhadap pihak luar tersebut secara umum
terbilang sedang bahkan rendah. Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara, pihak-pihak yang pernah dan masih melakukan hubungan dengan masyarakat
Citorek adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS yang memiliki kantor resort di Citorek, beberapa LSM RMI dan Aman yang pernah melakukan
kegiatan pemberdayaan masyarakat, dan instansi pemerintah baik dari provinsi, kabupaten, kecamatan, atau desa.
Kepercayaan terhadap Pemerintah Daerah Pemda Kabupaten Lebak untuk masyarakat Kasepuhan Citorek kadang-kadang mempercayai. Hal tersebut
diakibatkan oleh program kegiatan dari Pemda pun terbilang sedikit. Kabupaten Lebak melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan memberikan bantuannya kepada
desa Citorek Tengah. Bantuan tersebut berupa dana yang kemudian dibelanjakan oleh masyarakat untuk dibelikan bibit tanaman produksi. Namun bantuan tersebut
tidak menyeluruh diberikan kepada lima desa yang terdapat di Kasepuhan
Citorek. Hal tersebut dikarenakan bantuan bergantung pada ada atau tidaknya permohonan kepada pihak Pemda.
Kepercayaan terhadap Pengelola Kawasan Taman Nasional TNGHS untuk masyarakat adalah rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sejarah
ditetapkannya perluasan TNGH menjadi TNGHS yang menekan akses masyarakat terhadap kawasan. Sejarah tersebut yang mendasari masyarakat melakukan
beberapa kegiatan yang melanggar peraturan-peraturan taman nasional. Pelanggaran yang sangat jelas adalah adanya kegiatan tambang di areal kawasan
taman nasional. Selebihnya bentuk pelanggaran yang terjadi terbilang dalam skala kecil. Kegiatan tambang masyarakat tersebut pada dasarnya diketahui oleh pihak
taman nasional. Namun, dengan keterbatasan sumberdaya manusia taman nasional untuk pengamanan kawasan dan ketidakmampuan taman nasional dalam
merancang strategi pendekatan masyarakat, berakibat pada terabaikannya kegiatan yang melanggar paraturan taman nasional oleh masyarakat.
Pada kenyataannya, alat-alat pengolahan emas pun sangat jelas terlihat di banyak rumah yang terdapat di Citorek. Namun, pihak taman nasional tidak dapat
melakukan tindakan pengamanan karena faktor sejarah taman nasional dengan masyarakat hingga ketidakmampuan taman nasional dalam memberikan solusi
atas permasalahan tersebut. Pada akhirnya hubungan antara taman nasional dengan masyarakat pun mengesankan tidak adanya kerjasama yang membangun
dalam upaya membangun kelestarian kawasan taman nasional. Kepercayaan terhadap pihak LSM untuk masyarakat adalah sedang. Hal
tersebut disebabkan oleh kerjasama yang terjalin antara masyarakat dengan LSM sudah memberikan persepsi kepada masyarakat bahwa LSM hanya mampu
memberikan pemberdayaan bila LSM tersebut memiliki kepentingan baik dari segi dana ataupun segi publikasi. Oleh karena itu, LSM secara tidak langsung
memberikan persepsi keraguan terhadap masyarakat apabila akan menjalin kerjasama. Keraguan akan tujuan LSM menjalin kerjasama untuk pemberdayaan
masyarakat atau memiliki kepentingan dana atau publikasi, karena kerjasama yang pernah terjadi tidak sampai benar-benar lestari terbangun dalam kehidupan
masyarakat Citorek.
Keraguan masyarakat terhadap LSM yang telah masuk ke dalam kehidupan Kasepuhan Citorek tersebut tidak memberikan kepastian ditolaknya LSM lain
masuk. Keraguan tersebut mengandung arti bahwa masyarakat lebih hati-hati terhadap LSM yang akan masuk agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari
apa yang telah diberikan atau dipengaruhi pihak luar tersebut. LSM masih merupakan pihak kuat bagi BTNGHS untuk dijadikan mitra pengelolaan dalam
upaya pemberdayaan masyarakat Kasepuhan Citorek. Hal ini dikarenakan LSM dapat secara langsung diterima oleh masyarakat dibandingkan dengan instansi
pemerintah atau swasta. Tabel 7 Bentuk-bentuk kepercayaan dan persepsi masyarakat Kasepuhan Citorek
No Bentuk kepercayaan
Tingkat kepercayaan Keterangan
Tinggi Sedang
Rendah 1
Terhadap tokoh masyarakat
73 20
7
Tokoh agama, tokoh adat
kasepuhan, tokoh
karena pengaruh
ekonomi tinggi, tokoh yang
dituakan.
2 Terhadap kasepuhan
adat 90
8 2
Kepercayaan terhadap norma atau
kepercayaan adat
3 Terhadap sesawa warga
kasepuhan 97
3
Kepercayaan yang
terbangun atas dasar kekeluargaan
dan tetap memiliki batas.
4 Terhadap pihak luar
LSM, swasta, dan pemerintah
12 71
17
Kepercayaan terhadap keberadaan
pihak luar
akan memberi perubahan
positif atau manfaat kepada masyarakat.
Keterangan: 100 responden
Bentuk-bentuk kepercayaan dirangkum dari hasil pengamatan langsung dan berperanserta menghasilkan seperti yang disajikan pada Tabel 7. Bentuk
kepercayaan sangat bergantung pada kondisi sosial masyarakat yang bersangkutan, maka bentuk kepercayaan akan berbeda untuk kasepuhan lain yang
ada di TNGHS. Tingkat kepercayaan mendasarkan pada tingkat ketergantungan pada pihak kedua yang menjadi kepercayaannya dan intensitas ketergantungan
tersebut dalam sebuah situasi tertentu di tengah masyarakat Kasepuhan Citorek. Sedangkan responden diambil dari kepala keluarga yang ada di Kasepuhan
Citorek.
Bentuk kepercayaan kepada tokoh masyarakat yang ada di Kasepuhan Citorek adalah tokoh yang dianggap oleh masyarakat berpengaruh seperti tokoh
agama, tokoh adat, orang yang dituakan, dan orang yang memiliki derajat sosial yang tinggi atas dasar faktor ekonominya yang tinggi atau kaya. Hasil wawancara
kepada 100 responden masyarakat kasepuhan, 73 memiliki tingkat kepercayaan tinggi yang berarti tokoh masyarakat yang terdapat di Kasepuhan Citorek masih
cukup berpengaruh dalam dinamika kehidupan kasepuhan. Kemudian pengaruh tersebut masih sejalan dengan masyarakat kasepuhan dalam berbagai dinamika
yang ada di tengah masyarakat. Tingkat kepercayaan 20 adalah sedang yang berarti ada sebagian masyarakat kasepuhan merasa bahwa tokoh tersebut tidak
memiliki pengaruh yang nyata terhadap dinamika sosial masyarakat kasepuhan. Hal tersebut disebabkan oleh dinamika sosial yang berkembang di Kasepuhan
Citorek yang cukup pesat. Perubahan sangat nyata disaat pengaruh sebuah perusahaan tambang emas mulai merubah hampir sebagian besar kebiasaan mata
pencaharian masyarakat Kasepuhan Citorek. Masyarakat kasepuhan mulai mengenal emas dari cara mendapatkan emas hingga pengolahan emas tersebut.
Pengaruh perubahan yang nyata tersebut adalah pola hidup masyarakat yang mengikuti tingkat pendapatan dari mata pencaharian baru tersebut. Masyarakat
Kasepuhan Citorek mulai meninggalkan sedikit demi sedikit keadatannya seperti bentuk rumah adat dan kearifan tradisional yang dimiliki. Kemudian perubahan
tersebut menjadi sangat nyata terlihat disaat aliran listrik masuk di Kasepuhan Citorek serta akses yang saat ini cukup mudah dilalui. Serangkaian proses
dinamika tersebut yang memberi pengaruh terhadap tingkat kepercayaan kepada tokoh masyarakat yang ada dengan menurunnya pengaruh tokoh masyarakat
karena semakin mandirinya masyarakat itu sendiri. Tingkat kepercayaan terhadap adat Kasepuhan Citorek itu sendiri adalah
90. Namun demikian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi tersebut sebagian besar masyarakat hanya memiliki persepsi bahwa adat mengatur sistem pertanian,
selebihnya adalah upacara adat yang bersifat syukuran bukan sistem adat yang memberikan pengaturan kemasyarakatan seperti norma. Persepsi tersebut nyata
terjadi dengan adanya kebudayaan-kebudayaan Kasepuhan Citorek yang semakin hilang seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat. Sistem adat yang benar-
benar masih dipahami dan dijalankan hanya sistem pertaniannya saja. Kebudayaan lain sudah semakin menghilang. Hal tersebut disebabkan oleh
terbukanya Kasepuhan Citorek dengan kebudayaan luar yang masuk serta tidak adanya aturan dan sanksi terhadap warga kasepuhan atas sistem adat yang ada.
Tabel 8 Perubahan-perubahan kebiasaan adat Kasepuhan Citorek
Kondisi Bentuk Kebiasaan adat
Masih Ngunjal = rangkaian kegiatan dari mulai panen padi
menggunakan etem kemudian dijemur di lantaian penjemuran padi kemudian diarak dengan cara dipanggul.
Mapag pare beukah = kegiatan penyambutan panen padi di masa 4 bulan tanam secara simbolis dengan cara gegendek
menumbuk padi di lisung tempat numbuk padi kosong. Seren tahun = kegiatan syukuran atas hasil tani masyarakat
kasepuhan dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan salah satunya sunatan masal.
Goong geude = alat kesenian semacam gong dengan ukuran besar
Jarang Heleran = = kegiatan sunatan masal yang diangkat oleh tandu
dan diarak bersama. Iket kepala = ikat kepala khas kasepuhan terbuat dari kain.
Lisung = tempat menumbuk padi. Kebaya = kain sarung yang digunakan wanita Kasepuhan
Citorek.
Hilang Neres = mandi bersama-sama dengan warga yang ada baik tua
maupun muda masih mengenakan pakaian Sedekah bumi = bentuk syukuran hasil bumi yang dilakukan 5
tahun sekali Dongdang = membawa makanan ke tandur sawah dalam
sebuah acara muludan merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan sedang 8 adalah masyarakat yang masih memiliki rentang usia muda dan telah mengikuti pola
pikir dan pola kehidupan luar kasepuhan. Hal ini menyebabkan tingkat ketergantungan berimplikasi kepada tingkat kepercayaannya sedang. Tingkat
kepercayaan rendah 2 kepada adat kasepuhan adalah masyarakat yang telah meninggalkan sistem pertanian yang diatur adat dengan menggunakan sistem tani
satu tahun dua kali panen padi. Kasepuhan Citorek masih memegang teguh sistem pertanian untuk sekali
panen dalam setahun berdasarkan pengalaman leluhur sehingga menjadi adat yang memberikan waktu istirahat untuk daur tanah agar tetap subur. Selain itu,
masyarakat kasepuhan percaya bahwa dengan sistem pertanian sekali panen dengan dua kali panen total konsumsinya pun akan sama bahkan dua kali panen
total konsumsi masyarakat kasepuhan berlebih sehingga simpanan padi jadi justru berkurang. Menurut Kepala Desa Citorek Sabrang, hal tersebut disebabkan karena
bibit padi lokal setahun sekali panen memiliki kualitas padi yang baik dibanding dengan bibit padi lainnya. Sehingga dengan kualitas tersebut total konsumsi yang
dihabiskan akan sama saja bahkan sering kali kekurangan bagi yang menggunakan bibit padi dua kali panen.
Tingkat kepercayaan terhadap sesama masyarakat kasepuhan tinggi dengan nilai 97. Tingkat kepercayaan ini adalah hasil wawancara dengan menggunakan
sistem survei yang mencari persepsi masyarakat dari segi kedekatan, ketergantungan, dan intensitas pertemuan terhadap tetangga dekatnya atau dengan
masyarakat yang ada di desa responden tersebut tinggal. Nilai 97 adalah 97 responden mengaku memiliki kedekatan, ketergantungan, intensitas pertemuan
yang tinggi dengan tetangganya. Hal ini membuktikan bahwa pola kedekatan sosial masyarakat Kasepuhan Citorek memang masih menganggap bahwa setiap
warga asli Kasepuhan Citorek merupakan saudara kandung dari moyang yang sama pendiri kasepuhan dahulu. Oleh karena itu, antar warga Kasepuhan Citorek
terdapat tingkat kepercayaan yang tinggi. Tingkat kepercayaan yang sedang dengan nilai 3 mengindikasikan warga pendatang yang memang secara lahiriah
bukan merupakan warga Kasepuhan Citorek. Tingkat kepercayaan terhadap pihak luar tinggi 12, sedang 71, dan 17
rendah merupakan bentuk persepsi penghargaan masyarakat kepada pihak luar yang dinilai biasa-biasa saja. Pihak luar tersebut adalah LSM, swasta, pemerintah
desa dan taman nasional. Pihak-pihak tersebut tidak memberikan kesan kepada masyarakat bahwa mereka memang membangun masyarakat ke arah yang lebih
baik. Hasil wawancara tersebut mengartikan bahwa masyarakat pada dasarnya siap untuk diberdayakan dengan tujuan pembangunan ke arah yang lebih baik.
Namun, masyarakat harus diberikan program yang dapat membuat masyarakat merasa penting dan menjadi bagian dari program tersebut.
4.2.2 Jaringan Sosial