Kondisi Sosial Ekonomi Unsur-unsur Sumberdaya Sosial

dipergunakan oleh masyarakat, tetapi sebelum membuka lahan masyarakat harus meminta ijin terlebih dahulu kepada pimpinan kasepuhan. Leuweung garapan saat ini ada yang berupa sawah, huma, pemukiman, dan masih ada yang berupa hutan. Lahan garapan yang berupa sawah dan huma hanya boleh ditanami padi setahun sekali menurut kalender kasepuhan yang mengacu pada kalender Islam. Areal ini terletak di tengah-tengah wewengkon. Luas leuweung garapan berdasarkan pengolahan citra Landsat adalah 4.684,23 Ha. Secara jelas pembagian wewengkon Kasepuhan Citorek dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber: Khalil 2009 Gambar 8 Peta pembagian Wewengkon Kasepuhan Citorek.

4.2.6 Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi masyarakat untuk melihat sumberdaya sosial menurut Krishna dan Shrader 1999 diacu dalam Oktadiyani 2010, yaitu terdiri aspek kependudukan, aksesibilitas, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Aspek kependudukan dilihat dari lamanya masyarakat tinggal, banyaknya rumah dalam komunitas pertumbuhan penduduk dalam tiga tahun terakhir, ketersediaan lapangan kerja, dan kesediaan masyarakat tetap tinggal. Aspek aksesibilitas dilihat dari rute dalam menjangkau komunitas lain dan ketersediaan serta mutu sarana komunikasi. Aspek perumahan dilihat dari ketersediaan dan kondisi rumah dalam komunitas. Aspek sosial dilihat dari taraf hidup dan jaminan kemanan. Aspek pendidikan dilihat dari kondisi sarana pendidikan, tingkat pendidikan komunitas, dan anggota komunitas yang buta huruf. Aspek kesehatan dilihat dari sarana kesehatan yang dimiliki komunitas. Masyarakat Kasepuhan Citorek memiliki cara sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang telah menjadi kebiasaan umum dan diatur secara adat. Sistem pertanian tradisional sebagai penopang ekonomi masyarakat Kasepuhan Citorek yang secara turun temurun diwariskan dari nenek moyang Citorek. Namun, pada akhirnya terjadi pergeseran kebutuhan ekonomi yang semakin nyata. Hal ini terjadi seiring berkembangnya pola pikir dan pola kehidupan masyarakat Kasepuhan Citorek. Selain itu, hal tersebut terjadi karena adanya informasi melalui berbagai akses, dimulai dari jalan yang semakin baik menuju kota, serta masuknya listrik yang memungkinkan masyarakat mengakses informasi dari televisi. Pergeseran kebutuhan ekonomi yang terjadi meliputi kebutuhan hidup menjadi keinginan hidup yang lebih layak seperti halnya masyarakat umumnya di kota. Sistem pertanian yang ada dirasa tidak cukup memenuhi keinginan sebagian besar masyarakat Kasepuhan Citorek. Oleh karena itu, masyarakat Kasepuhan Citorek mulai mencari mata pencaharian alternatif untuk mencukupi harapannya tersebut. Mata pencaharian alternatif yang diambil oleh masyarakat kasepuhan cukup beragam, dimulai dari berdagang ke luar Citorek, membuka usaha baik itu warung, bengkel, penyucian mobil atau motor, toko sound system, toko alat dan bahan pertanian, hingga tambang tradisional. Sistem pertanian di Kasepuhan Citorek masih diatur oleh adat dimulai dari tanam hingga panen. Sistem ini tetap dipercaya dan dijalankan oleh sebagian besar masyarakat. Sistem ini merupakan sistem pertanian yang lebih unggul dibanding sistem pertanian rekomendasi pemerintah daerah dengan sistem panen 2-3 kali dalam setahun. Sistem pertanian yang diatur adat bermula dari penentuan sawah tangtu. Sawah tangtu merupakan sawah komunal adat Kasepuhan Citorek. Penggarapan sawah tangtu ini dilakukan oleh masyarakat adat yang digerakkan oleh Jaro Adat melalui Kepala Desa untuk bergotong royong. Hasilnya dipergunakan untuk kegiatan atau kebutuhan adat. Sebelum dimulainya penggarapan sawah dilakukan musyawarah kasepuhan mengenai waktu yang tepat untuk mulai asup leuweung penggarapan sawah dan huma, berkebun atau bercocok tanam lainnya. Musyawarah Asup Leuweung tersebut satu paket dengan seren tahun. Setelah selesai pengolahan sawah tangtu, masyarakat baru mulai menggarap sawahnya masing-masing. Masyarakat Kasepuhan Citorek pada umumnya berdasarkan hasil survei telah menetap di Citorek sejak zaman penjajahan Belanda. Pertumbuhan penduduk menunjukan peningkatan hingga saat ini. Akan tetapi, jumlah penduduk yang migrasi keluar ataupun masuk rendah dan tidak sebanding dengan angka kelahiran atau kematian. Kondisi tersebut dapat diartikan secara langsung bahwa peningkatan jumlah penduduk Kasepuhan Citorek murni dikarenakan hasil selisih antara kelahiran dan kematian penduduknya yang tinggi bukan karena adanya proses migrasi. Selanjutnya, paradigma tersebut berpotensi menjadi masalah krisis lahan dimasa mendatang. Tabel 12 Jumlah penduduk, luas dan kepadatan penduduk Kasepuhan Citorek menurut desa No. Desa Jumlah Penduduk jiwa Luas km 2 Kepadatan jiwakm 2 1. Citorek Tengah 3.358 22,23 151 2. Citorek Timur 2.612 17,12 153 3. Citorek Kidul 1.644 21,12 78 4. Citorek Barat 2.444 22,22 110 5. Citorek Sabrang 1.428 16,98 84 Total Kasepuhan Citorek 11.486 99,65 115 Sumber : Biro Pusat Statistik BPS Kabupaten Lebak 2011 Kajian ekonomi merupakan yang paling sulit untuk diidentifikasi di Kasepuhan Citorek. Ragam mata pencaharian masyarakat Citorek cukup tinggi, walaupun terdapat dua mata pencaharian dominan. Sebanyak 90 masyarakat bermatapencaharian tersebut. Mata pencaharian dominan tersebut adalah bertani dan bertambang. Untuk kegiatan bertambang, tidak terdata di masing-masing desanya. Mata pencaharian masyarakat secara umum adalah bertani lahan pribadi dan digarap secara pribadi, lahan pribadi namun digarap oleh buruh, ataupun buruh tani. Akan tetapi, perkembangan ke arah mata pencaharian yang lebih produktif sudah mulai terlihat di antara masyarakat Citorek. Pedangang yang berasal dari Citorek dan pergi berdagang keluar daerah, setelah kembali memberikan sudut pandang berbeda. Para pedagang tersebut melihat dunia luar yang lebih kompetitif dan mulai mempunyai berbagai keinginan selain kebutuhannya. Selain hal itu, perkembangan mata pencaharian disebabkan oleh terbukanya pola pikir masyarakat Kasepuhan Citorek terhadap perubahan yang ada. Hal tersebut diterima selama tidak menyinggung keadatan kasepuhan yang prinsip, seperti sistem bertani. Mata pencaharian alternatif dominan pada masyarakat Kasepuhan Citorek adalah tambang emas tradisional. Mata pencaharian dengan bertambang dinilai lebih cepat mendapatkan hasil walaupun tidak selalu mendapatkan keuntungan. Apabila berhasil, maka akan mendapat untung berkali lipat dari modal. Namun, apabila gagal akan rugi berkali lipat dari modal. Kegiatan pertambangan yang telah menjadi hal yang umum tidak dicantumkan pada jenis mata pencaharian masyarakat Kasepuhan Citorek di seluruh desanya. Hal tersebut dimungkinkan karena terdapat kekhawatiran masyarakat terhadap legalitas mata pencaharian tambang tersebut, walaupun demikian tidak seluruhnya masyarakat yang menambang di lokasi yang masuk dalam kawasan taman nasional. Pada prinsipnya, masyarakat memahami legalitas mata pencaharian tambang tersebut. Namun, perlu dipahami pula bahwa masyarakat tengah mengalami kondisi yang tidak memiliki banyak pilihan mata pencaharian yang menjanjikan. Tabel 13 Jumlah penduduk jiwa berdasarkan mata pencahariannya di Kasepuhan Citorek No. Mata pencaharian Desa Citorek Tengah Desa Citorek Timur Desa Citorek Sabrang Desa Citorek Barat Desa Citorek Kidul 1. Petani 1.394 1.815 899 1.186 685 2. Buruh Tani 150 200 3. PNS dan TNIPOLRI 19 12 2 10 1 4. Industri 2 6 20 5. Perdagangan 9 10 5 13 37 6. Lainnya 86 72 54 61 55 Sumber : Biro Pusat Statistik BPS Kabupaten Lebak 2011 Tingkat pendidikan masyarakat Kasepuhan Citorek terbilang rendah dengan persentase tidak tamat sekolah dasar SD dan tidak pernah sekolah masih sangat tinggi. Perbandingan dilakukan dengan mengambil dua desa yang memiliki karakterisitik yang berbeda, yakni Citorek Timur yang merupakan pusat kebudayaan Kasepuhan Citorek dan Citorek Sabrang yang merupakan perluasan atau pemekaran dari desa Citorek Timur itu sendiri. Gambar 9 Grafik perbandingan desa Citorek Sabrang dan Citorek Timur berdasarkan tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan yang baik akan memberikan dampak positif pada pola pikir masyarakat. Pola pikir yang baik akan memberikan kesiapan masyarakat itu sendiri kearah kemandirian hidup. Dengan demikian, tingkat ketergantungan terhadap sumberdaya alam pun bisa ditekan ke level minimum. Kemandirian masyarakat untuk kesejahteraan akan sangat berpengaruh terhadap kelestarian kawasan Halimun. Hal ini disebabkan sejauh ini tingkat ketergantungan masyarakat terhadap lahan dan sumberdaya alam dari kawasan masih sangat tinggi. Tabel 14 Jumlah penduduk jiwa berdasarkan tingkat pendidikannya di Kasepuhan Citorek No. Tingkat pendidikan Desa Citorek Tengah Desa Citorek Timur Desa Citorek Sabrang Desa Citorek Barat Desa Citorek Kidul 1. Taman Kanak-kanak TK 41 88 2. Sekolah Dasar SD 603 358 734 301 161 3. SMPSLTP 369 826 4. SMASLTA 97 63 13 5. Diploma-Sarjana 33 7 2 6. Tidak sekolah - 796 699 - - Keterangan : dihimpun dari data kependudukan desa 2011 BPS Kabupaten Lebak 2011 5 10 15 20 25 30 35 t idak sekolah t idak t am at SD Tidak t am at SM P Tidak t am at SM A 22 2 29 31 13 4 23 27 P e r s e n t a s e Perbandingan Tingkat Pendidikan Desa Cit orek Sabrang Cit orek Tim ur Berdasarkan laporan desa tahun 2011, tingkat pendidikan masyarakat Citorek terus mengalami peningkatan. Fasilitas pendidikan yang terbilang tidak cukup baik dengan hanya terdapat satu Sekolah Menengah Pertama SMP dan satu Sekolah Menengah Atas SMA. Kesiapan untuk pemerataan tingkat pendidikan masih terbilang terbatas hingga SD saja, karena fasilitas pendidikan pun jauh dari kesiapan. Tabel 15 Jumlah sekolah TK, SDMI, SLTPMTS, dan SMAMA negeri dan swasta di Kasepuhan Citorek No. Desa TK SDMI SMPMTS SMAMA Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri 1. Citorek Tengah 1 3 1 1 2. Citorek Timur 1 1 3. Citorek Barat 3 4. Citorek Kidul 1 5. Citorek Sabrang 1 Sumber: Biro Pusat Statistik BPS Kabupaten Lebak 2011 Tabel 15 menginformasikan sangat minimnya sarana prasarana yang terdapat di Kasepuhan Citorek. Secara keseluruhan, Kasepuhan Citorek dengan lima desa, hanya memiliki 2 bangunan TK, 9 bangunan SDMI, 1 bangunan SMPMTS, dan 1 bangunan SMAMA. Minimnya bangunan pendidikan yang ada juga diikuti dengan kualitas bangunannya. Kualitas masing-masing bangunan jauh dari kualitas standar yang ada. Selain itu, tenaga pengajarnya di Kasepuhan Citorek juga minim. Gambar 10 SDN 2 Citorek Tengah. Gambar 10 memperlihatkan kondisi bangunan SD yang minim dan kondisi tersebut tidak jauh berbeda di SD, SMP, dan SMA yang ada di Kasepuhan Citorek. Mempertimbangkan dengan telah tingginya jumlah penduduk yang ada di Kasepuhan Citorek dan telah mudahnya aksesibilitas ke kota dari Citorek, maka perbaikan perlu dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Kasepuhan Citorek dari sudut pandang pendidikan. Fasilitas kesehatan di Kasepuhan Citorek tidak jauh berbeda kondisinya dengan kondisi pendidikan. Kondisi posyandu yang merupakan salah satu fasilitas kesehatan bagi masyarakat beserta kadernya ditunjukkan pada Tabel 16. Tabel 16 Jumlah posyandu, kader, dan kader aktif di Kasepuhan Citorek No. Desa Posyandu Kader Terdaftar Aktif 1. Citorek Tengah 4 20 18 2. Citorek Timur 4 24 24 3. Citorek Barat 3 15 15 4. Citorek Kidul 15 15 5. Citorek Sabrang 3 15 15 Sumber : Biro Pusat Statistik BPS Kabupaten Lebak 2011

4.2.7 Potensi dan Aplikasi Sumberdaya Sosial