faktor konsentrasi tinggi mengindikasikan bahwa logam tersebut lebih mudah mengalami akumulasi Effendi 2003.
4.2.5. Indeks kondisi kerang
Keberadaan logam berat di lingkungan perairan menimbulkan dampak langsung yaitu efek secara biologis bagi organisme akuatik yang terdapat di perairan
tersebut. Salah satu indikator untuk mengetahui efek tersebut dilakukan dengan pendekatan perhitungan indeks kondisi kerang. Semakin tinggi nilai indeks kondisi,
menggambarkan kecenderungan semakin tinggi tingkat kematangan gonad.
Gambar 8. Grafik Indeks Kondisi Kerang di setiap stasiun Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan di tiga stasiun pengamatan di
dapatkan nilai indeks kondisi kerang berkisar antara 34,8 – 39,4. Artinya nilai indeks kondisi kerang yang didapat 40. Mengacu pada kategori yang disarankan
oleh Devenport dan Chen 1987, maka kerang hijau di lokasi penelitian termasuk kategori kurus.
4.3. Hubungan Fisika Kimia Perairan dengan Kandungan Logam Berat Pb
Menurut Darmono 2001 faktor – faktor lingkungan ikut mempengaruhi kandungan logam berat di perairan. Untuk melihat hubungan atau keterkaitan antara
parameter fisika kimia perairan terhadap kandungan logam berat timbal Pb dapat
36,5 39,4
34,8
30 31
32 33
34 35
36 37
38 39
40
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
In deks Kond
isi
digunakan analisis komponen utama Principal Component AnalysisPCA. Dalam melihat hubungan tersebut digunakan sebanyak sepuluh variabel, diantaranya adalah
suhu, kekeruhan, pH, DO, salinitas, Pb di air, Pb di sedimen, Pb kerang, faktor biokonsentrasi dan indeks kondisi kerang. Kualitas air yang digunakan merupakan
kondisi lingkungan yang diukur di masing – masing stasiun pengamatan di Perairan Muara Kamal.
Hasil analisis dari PCA dapat menjelaskan kualitas informasi yang dijelaskan oleh dua komponen utama berdasarkan pada nilai eigenvaleu akar ciri, eigenvalue
merupakan besarnya keragaman data pada setiap komponen utama. Komponen utama pertama memberikan kontribusi sebesar 81,45 dalam menjelaskan
keragaman data yang diamati dengan nilai eigenvaleu yang diberikan sebesar 8,145. Sedangkan komponen utama kedua memberikan kontribusi sebesar 18,55 dalam
menjelaskan keragaman data yang diamati dan nilai eigenvaleu yang diberikan sebesar 1,855 sehingga kedua komponen tersebut memberikan kontribusi sebesar
100 dari keragaman total, yang berarti bahwa PCA dapat menjelaskan data yang
ada hingga 100.
Gambar 9. Hasil analisis komponen utama PCA
Suhu Kekeruhan
pH DO
Salinitas Pb
air Pb
sedimen Pb
kerang hijau FK
IKK
‐1 ‐0,75
‐0,5 ‐0,25
0,25 0,5
0,75 1
‐1 ‐0,75
‐0,5 ‐0,25
0,25 0,5
0,75 1
F2 0.
F1 100.00
Variables axes F1 and F2: 100.00
Gambar 9 menyajikan hubungan antar variabel-variabel yang diuji. Semakin dekat posisi variabel terhadap sumbu komponen utama dengan sudut
≤ 45 , maka
variabel tersebut memiliki korelasi terhadap variabel lainnya yang juga berdekatan dengan sumbu komponen utama yang sama atau sudut yang dibentuk antar variabel
≤ 90 . Sedangkan perbedaan posisi atau koordinat kuadran menggambarkan arah
korelasi positif dan negatif.
Berdasarkan gambar 9 tampak bahwa hubungan antara kandungan logam
berat Pb di air, Pb di sedimen, dan Pb di kerang memiliki korelasi positif yang kuat. Artinya, jika terjadi peningkatan konsentrasi Pb di air maka akan mengakibatkan
konsentrasi Pb di sedimen dan Pb di kerang akan meningkat pula. Kandungan logam berat Pb baik di air, sedimen dan kerang juga memiliki
korelasi positif terhadap parameter suhu, kekeruhan dan faktor konsentrasi. Artinya dengan meningkatnya nilai suhu dan kekeruhan di perairan, maka kandungan logam
berat timbal akan meningkat pula. Hal ini sesuai dengan Hutagalung 1984, mengatakan bahwa peningkatan suhu akan menyebabkan toksisitas dari suatu logam
berat meningkat. Dan juga nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan oleh adanya masukan bahan organik dan anorganik APHA, 1976; Davis Cornwell, 1991 in
Effendi,2003. Semakin tinggi kandungan timbal pada kerang maka semakin tinggi pula nilai faktor biokonsentrasi. Hal ini mengindikasikan bahwa kerang memiliki
kemampuan yang besar dalam mengakumulasi bahan pencemar langsung dari lingkungan.
Kandungan logam berat Pb air, sedimen, dan kerang juga memiliki korelasi yang kuat terhadap parameter pH, salinitas, DO dan Indeks kondisi kerang, akan
tetapi arahnya berlawanan korelasi negatif. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi peningkatan nilai parameter pH, salinitas dan DO maka akan mengakibatkan nilai
konsentrasi logam berat Pb di perairan menurun, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan Palar 2004 menyatakan bahwa kenaikan pH akan menurunkan
kelarutan logam dalam air karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air
lalu akan mengendap membentuk lumpur sehingga toksisitas dari logam berat akan meningkat bila terjadi penurunan pH. Terkait parameter DO, keberadaan limbah
yang masuk kedalam perairan akan menurunkan kadar oksigen terlarut. Hal tersebut terkait dengan pemanfaatan yang berlebih oksigen terutama pada proses penguraian
limbah organik oleh bakteri pengurai Effendi 2003. Keberadaan Timbal dalam perairan akan memberi dampak langsung secara biologis terhadap kerang yang
hidup di perairan tersebut. Semakin tinggi kandungan timbal maka semakin besar efek yang diberikan kepada kerang, yaitu akan terganggunya proses – proses
fisiologis sehingga menyebabkan kerang menjadi kurus.
4.4. Evaluasi Tingkat Kandungan Logam Berat Timbal Pb Tahun 2001 – 2011