pencernaan hanya beberapa persen saja, tetapi jumlah logam yang masuk melalui saluran pencernaan biasanya cukup besar. Sedangkan logam yang masuk melalui
kulit jumlah dan absorpsinya relatif kecil. Di dalam tubuh hewan, logam masuk ke dalam pembuluh darah, selanjutnya
berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam tertinggi biasanya dalam organ detoksikasi hati, dan
ekskresi ginjal. Di dalam kedua jaringan tersebut biasanya logam juga berikatan dengan berbagai jenis protein baik enzim maupun protein lain yang disebut
metalotionein. Biasanya kerusakan jaringan oleh logam terdapat pada beberapa lokasi baik tempat masuknya logam maupun tempat penimbunannya. Akibat yang
ditimbulkan dari toksisitas logam ini dapat berupa kerusakan fisik erosi, degenerasi, nekrosis dan dapat berupa gangguan fisiologik gangguan fungsi enzim dan
gangguan metabolisme.
2.4. Kerang hijau
Perna viridis
Kerang-kerangan berdasarkan cara hidupnya termasuk benthos. Menurut Odum 1996 benthos benthic organism merupakan organisme yang hidup di dasar
perairan, baik yang hidup tertancap, merayap maupun membenamkan dirinya di pasir atau lumpur. Salah satu ciri khusus dari kerang adalah memilki dua cangkang
shell berengsel yang tersusun dari kulit kapur yang mengeras. Kedua keping cangkang dihubungkan dengan 2 otot adductor yang berfungsi dalam pembukaan
dan penutupan cangkang. Secara biologi kerang hijau merupakan hewan lunak molusca,
bercangkang dua bivalvea, berwarna hijau, insangnya berlapis-lapis Lamellii brancia dan berkaki kapak Pelecypoda serta memiliki bysus. Berang hijau
bergerak dengan menggunakan kaki kapak dan benang bysus. Benang bysus juga berfungsi sebagai penempel pada substrat dan merupakan salah satu pola adaptasi
terhadap kondisi pasang surut air laut. Klasifikasi kerang hijau Perna viridis berdasarkan Linnaeaus 1795 in www.cbif.gc.ca adalah
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Pelecypoda
bivalva Subkelas :
Lamellabranchia Ordo :
Anysomyera Famili :
Mytilidae Genus :
Perna Spesies
: Perna viridis
Gambar 1 . Kerang Hijau Perna viridis Sumber: Koleksi pribadi
Kerang hijau memiliki dua alat reprodusi dioucious bersifat ovipora yaitu memiliki sperma dan telur yang berjumlah banyak dan mikroskopik. Proses
pembuahan terjadi di dalam air dimana kerang yang telah dewasa matang kelamin mengeluarkan sperma dan telur kedalam air kemudian bercampur. Setelah 24 jam
telur yang telah dibuahi kemudian menetas dan tumbuh berkembang menjadi larva kemudian menjadi span yang bersifat planktonik hingga berumur 15-20 hari,
kemudian spat tersebut menempel pada substrat dan tumbuh menjadi kerang hijau. Setelah 5-6 bulan kerang hijau telah berusia dewasa.
Kerang hijau baik hidup pada lumpur berpasir, daerah yang terlindung dari arus kencang, dengan fluktuasi kadar garam, tinggi substrat dan jauh dari pengaruh
sungai besar. Biasanya banyak ditemukan pada perairan yang kaya akan unsur hara
subur sehingga banyak sumber makanan bagi kerang hijau, tidak tercemar logam berat seperti tembaga Cu, merkuri dan air raksa Hg, seng Zn, kadmium Cd
dan timbal Pb, serta tidak tercemar oleh limbah rumah tangga seperti limbah organik yang dapat menyebabkan kandungan oksigen rendah dan banyak
mengandung banyak bakteri patogen seperti Salmonela, Echerecia col, Clostridium dan Shigella. Selain itu kerang hijau baik pada kondisi perairan dengan suhu 27-37
o
C, pH 6-8, kecerahan 3,5-4 m, kedalaman 5-20 m dan salinitas 27-35 ppt. Kerang Hijau Perna viridis merupakan salah satu jenis kerang yang
digemari masyarakat memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40,8 air, 21,9 protein, 14,5 lemak, 18,5
karbohidrat dan 4,3 abu. dari 100 gram daging kerang hijau menghasilkan 100 kalori. Kandungan gizi kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur, daging
ayam. Organisme kerang memilki sifat bioakumulatif terhadap logam berat lebih
besar dari pada hewan air lainnya karena habitat hidupnya yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi dan mempunyai toleransi yang
tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu. Dengan begitu, jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran lingkungan.
Budidaya kerang hijau dilakukan di perairan alami pada lokasi tertentu dan umumnya terdiri atas dua tahapan, yaitu pengumpulan benih spat dan pembesaran.
Benih dikumpulkan dari alam. Hingga kini belum ada yang memproduksi benih kerang hijau dari hatchery karena biaya produksinya mahal. Keberhasilan
pengumpulan benih akan sangat tergantung pada lokasi, musim, jenis kolektor, dan teknik pemasangan kolektor. Adapun tahapan pengumpulan benih kerang hijau
adalah sebagai berikut. Di perairan tropis, kerang hijau dewasa memijah sepanjang tahun. Puncak musim pemijahan terjadi pada bulan Mei—Juli. Satu induk kerang
hijau dapat menghasilkan telur sebanyak kurang lebih 1,2 juta butir. Telur kerang hijau akan berubah menjadi larva. Selanjutnya, larva akan berubah menjadi benih
yang disebut spat. Spat kerang hijau untuk keperluan budi daya dikumpulkan dengan kolektor. Kolektor tersebut terbuat dari bahan waring, jaring nilon, atau sabut kelapa
yang diselipkan pada tali setiap 25 cm, sepanjang 5-7 m.
Ada beberapa metoda budidaya kerang hijau yang telah dikenal masyarakat, yaitu Tancap, Rakit Tancap, Rakit Apung dan LonglineRawai. Pada Perairan Muara
Kamal menggunakan metode rakit tancap. Metoda ini merupakan kombinasi antara metoda tancap dan rakit apung.
Bambu ditancapkan pada dasar perairan dengan kokoh. Penempatan rakit harus memperhitungkan tinggi rendah pasang surut guna menghindari rakit dari
kekeringan. Ukuran rakit tergantung kebiasaan lokasi. Tali kolektor tali pembesaran ditempatkan pada rakit tancap dengan jarak tiap tali lebih kurang 1 m.
3. METODE PENELITIAN