Analisa deskriptif Analisis komponen utama Principal Component AnanlysisPCA

diaduk hingga homogen. Setelah itu dipisahkan supernatant dari larutan contoh untuk diukur di spektrofotometer.

3.5. Analisis Data

3.5.1. Analisa deskriptif

Analisa deskriptif dapat digunakan untuk melihat tingkat pencemaran logam berat timbal Pb pada perairan Kamal Muara yaitu dengan cara membandingkan hasil analisa logam berat dengan Kriteria Baku Mutu. Tabel 3. Kriteria Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Tahun 2004 Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2004. Parameter Satuan Baku Mutu Timbal Pb mgl 0,008 Tabel 4. Baku mutu konsentrasi logam berat dalam sedimen IADCCEDA, 1997 Logam berat ppm Level target Level limit Level tes Level intervensi Level bahaya Timbal Pb 85 530 530 530 1000 Keterangan: 1. Level target. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu bahaya bagi lingkungan. 2. Level limit. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai maksimum yang dapat ditolerir bagi kesehatan manusia maupun ekosistem. 3. Level tes. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada pada kisaran nilai antara level limit dan level tes, maka dikategorikan sebagai tercemar ringan. 4. Level intervensi. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada pada kisaran nilai level tes dan level intervensi, maka dikategorikan sebagai tercemar sedang. 5. Level bahaya. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih besar dari baku mutu level bahaya maka harus segera dilakukan pembersihan sedimen.

3.5.2. Analisis komponen utama Principal Component AnanlysisPCA

Prosedur analisis komponen utama atau PCA pada dasarnya adalah bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan mereduksi dimensinya. Salah satu keunggulan penggunaan PCA dibanding dengan metode lain adalah dapat digunakan untuk segala kondisi data dan digunakan tanpa harus mengurangi jumlah variabel asal. Tujuan dalam penggunaan analisis komponen utama dalam suatu matriks data berukuran cukup besar diantaranya adalah Bengen, 2000 : a. Mengekstraksi informasi esensial yang terdapat dalam suatu tabel atau matriks data yang besar. b. Menghasilkan suatu representasi grafik yang memudahkan interpretasi. c. Mempelajari suatu tabel atau matriks dari sudut pandang kemiripan antara individu atau hubungan antar variabel. Secara umum informasi yang diberikan dari hasil PCA dari sudut pandang variabel adalah didapat matriks korelasi antar semua variabel, akar ciri dari setiap sumbu faktorial berkaitan dengan jumlah inersi dari setiap sumbu, vektor ciri yang menjelaskan koefisien variabel dalam persamaan linear yang mendeterminasikan sumbu-sumbu utama dan grafik bidang yang menvisualisasikan variabel terhadap sumbu. Sedangkan dari sudut pandang individu, analisis PCA didapat koordinat pada setiap sumbu, kualitas representasi titik individu dalam setiap grafik bidang dan grafik bidang yang memperlihatkan kemiripan antar titik individu. Perhitungan dalam analisis komponen utama PCA dapat dibantu dengan mengunakan software xl-stat dan Microsoft excel 2007. Dalam analisis PCA terdapat pula matriks korelasi. Analisis korelasi biasanya digunakan dalam pengujian hipotesis yang bersifat asosiatif, yaitu dugaan adanya hubungan antar variabel dalam populasi. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif dan negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam nilai besarnya koefisien korelasi. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai -1, kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi positif sebesar 1 dan koefisien korelasi negatif sebesar -1 sedangkan yang terkecil adalah 0 nol Sugiyanto, 2004. Untuk melihat kekuatan hubungan dalam korelasi digunakan kriteria sebagai berikut Hasan, 2003 : • 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat • 1 : Korelasi sempurna

3.5.3. Faktor biokonsentrasi