Evaluasi Tingkat Kandungan Logam Berat Timbal Pb Tahun 2001 – 2011

yang masuk kedalam perairan akan menurunkan kadar oksigen terlarut. Hal tersebut terkait dengan pemanfaatan yang berlebih oksigen terutama pada proses penguraian limbah organik oleh bakteri pengurai Effendi 2003. Keberadaan Timbal dalam perairan akan memberi dampak langsung secara biologis terhadap kerang yang hidup di perairan tersebut. Semakin tinggi kandungan timbal maka semakin besar efek yang diberikan kepada kerang, yaitu akan terganggunya proses – proses fisiologis sehingga menyebabkan kerang menjadi kurus.

4.4. Evaluasi Tingkat Kandungan Logam Berat Timbal Pb Tahun 2001 – 2011

Kegiatan budidaya kerang hijau di Perairan Muara Kamal dan sekitarnya sudah berlangsung cukup lama. Kegiatan tersebut secara langsung turut menunjang perkembangan perekonomian bagi masyarakat pesisir daerah tersebut. Dalam melakukan evaluasi ini metode yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang berasal dari hasil analisis logam berat timbal pada air, sedimen dan kerang hijau dari tahun 2001 – 2011. Lampiran 7 Tabel 6. Data evaluasi kandungan logam timbal di Perairan Muara Kamal Tahun 2001-2011 Parameter 2001 1 2005 2 2009 3 2011 Pb di air ppm 0,013 0,015 0,043 0,079 Pb di Sedimen ppm 3,164 2,244 5,941 14,193 Pb di Kerang Hijau ppm 6,496 30,6070 TT 42,463 TT : Tidak Diteliti, Sumber: 1.Tresnasari 2001,2. Apriadi 2005, 3.Sarjono 2009 Berdasarkan data hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai kandungan Pb pada air dari tahun 2001 – 2011 secara berturut – turut adalah 0,013 ppm; 0,015 ppm; 0,043 ppm; dan 0,079 ppm. Nilai ini mengindikasikan bahwa konsentrasi timbal di Perairan Muara Kamal mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Berdasarkan baku mutu KepMen LH No. 51 Tahun 2004,konsentrasi timbal yang diperbolehkan di perairan sebesar 0,008 ppm. Maka dapat disimpulkan bahwa perairan Muara Kamal ini sejak tahun 2001 hingga sekarang telah tercemar berat dan melewati batas ambang baku mutu untuk kehidupan biota laut. Gambar 10. Grafik kandungan logam Pb dalam air tahun 2001 – 2011 Berdasarkan data hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai kandungan Pb pada sedimen dari tahun 2001 – 2011 secara berturut – turut adalah 3,164 ppm; 2,244 ppm; 5,9418 ppm, 14,193 ppm. Dari data dapat terlihat bahwa terjadi penurunan konsentrasi logam Pb pada tahun 2005. Hal ini bisa terjadi karena adanya pengaruh dinamika perairan seperti arus. Pada saat terjadi resuspensi akibat pengadukan sedimen oleh gerakan air di dasar, maka logam yang trikat dalam partikel mungkin dapat melarut kembali ke dalam air. Namun sama halnya dengan konsentrasi pada air, konsentrasi pada sedimen di tahun berikutnyapun meningkat secara signifikan pula seiring bertambahnya waktu. Gambar 11. Grafik kandungan logam Pb dalam sedimen tahun 2001- 2011 0,0130 0,0156 0,0434 0,0793 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 2001 2005 2009 2011 Konsen trasi pp m Tahun 3,1649 2,2440 5,9418 14,1937 2 4 6 8 10 12 14 16 2001 2005 2009 2011 Konsen trasi p p m Tahun Dalam memonitor pencemaran logam berat, analisis biota air sangat penting artinya dari pada analisis air itu sendiri. Hal ini disebabkan kandungan logam berat dalam air yang dapat berubah-ubah dan sangat tergantung pada lingkungan dan iklim. Kandungan logam berat pada biota air biasanya akan selalu bertambah dari waktu ke waktu karena sifat logam yang bioakumulatif, sehingga biota air khususnya biota air yang hidupnya menetap sesil seperti kerang hijau sangat baik digunakan sebagai indikator pencemaran logam berat dalam lingkungan perairan. Berdasarkan data hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai kandungan Pb pada kerang hijau Perna viridis dari tahun 2001 – 2011 secara berturut – turut adalah 6,496 ppm; 30,607 ppm; 42,463 ppm. Gambar 12. Grafik kandungan logam Pb dalam kerang hijau tahun 2001-2011 Pada tahun 2006 pemerintah melalui Kementerian ESDM mengeluarkan aturan Moratorium penggunaan bensin tanpa timbal melalui Keputusan Dirjen Migas Nomor 3674K24DJM2006, Namun berdasarkan hasil – hasil penelitian di tahun setelah pengeluaran Moratorium yaitu tahun 2009 dan 2001 masih tetap terlihat peningkatan kandungan Timbal Pb. Dapat dikatakan bahwa moratorium ini tidak memberikan dampak yang nyata. Upaya evaluasi dan pengelolaan lingkungan perairan yang tepat perlu dilakukan agar tidak terjadi degradasi lingkungan yang lebih memburuk lagi di Perairan Muara Kamal ini. 6,4960 30,6070 42,4637 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2001 2005 2011 Kon sentrasi p pm Tahun

4.5. Implikasi Bagi Pengeloaan