Faktor biokonsentrasi Indeks kondisi kerang Batas aman konsumsi

hubungan dinyatakan dalam nilai besarnya koefisien korelasi. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai -1, kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi positif sebesar 1 dan koefisien korelasi negatif sebesar -1 sedangkan yang terkecil adalah 0 nol Sugiyanto, 2004. Untuk melihat kekuatan hubungan dalam korelasi digunakan kriteria sebagai berikut Hasan, 2003 : • 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat • 1 : Korelasi sempurna

3.5.3. Faktor biokonsentrasi

Kemampuan biota air untuk mengakumulasi logam berat dapat dilihat dari indeks faktor konsentrasi yang membandingkan antara konsentrasi logam berat di dalam biota dengan konsentrasi logam berat di air Johnston,1976: Nilai FK dibagi menjadi 3 kategori, yaitu sebagai berikut: a. IFK ≥1000 : kategori sifat akumulatif tinggi b. 100 ≤IFK≤1000 : kategori sifat akumulatif sedang c. IFK 100 : Kategori sifat akumulatif rendah

3.5.4. Indeks kondisi kerang

Data nilai indeks kondisi dilakukan dengan cara membagi antara berat kering dari jaringan lunak dengan berat cangkang dan dikalikan 100. Metode pengukuran Nilai indek kondisi kerang mengacu pada metode yang disarankan oleh Devenport dan Chen 1987 yaitu sebagai berikut : Berdasarkan dari hasil perhitungan menggunakan rumus nilai indek kondisi diatas maka tingkat kegemukan kerang dibagi menjadi 3 tiga kategori yaitu : a. Nilai indeks kondisi kurang dari 40 adalah kategori kurus, b. Nilai indeks kondisi antara 40-60 adalah kategori sedang c. Nilai indeks kondisi lebih dari 60 adalah kategori gemuk

3.5.5. Batas aman konsumsi

Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan perlu dilakukan pembatasan konsumsi. Batas aman konsumsi ini dapat dihitung berdasarkan berikut Buwono et al ., 2005 : Keterangan: baku mutu yang diperbolehkan FAO = 25 µgkg berat tubuh minggu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Muara Kamal

Perairan Teluk Jakarta termasuk dalam zona perairan fotik, dimana perairan ini merupakan kawasan perairan pelagik yang masih mendapatkan cahaya matahari. Perairan Teluk Jakarta membentang dari Timur ke Barat sepanjang ± 35 km. Memiliki 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta, empat sungai besar dan sembilan sungai sedang dengan luas daerah aliran sungai 5.325.020 m persegi bermuara di Teluk Jakarta Kusriyanto, 2002 in Sarjono, 2009. Salah satu muara dari Teluk Jakarta adalah Muara Kamal. Di perairan Muara Kamal terdapat sungai Kamal yang merupakan sambungan sistem aliran Sungai Mookervat, sedangkan Sungai Mookervat merupakan sodetan dari Sungai Cisadane – Tangerang Fitriati, 2004. Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara merupakan daerah pesisir yang berbatasan dengan Kelurahan Dadap Tangerang dari arah barat dan Kelurahan Kapuk Muara dari arah timur. Kelurahan Kamal Muara terdiri dari empat 4 Rukun Warga RW, dimana RW 1 dan 4 merupakan daerah perumahan dan lokasi budidaya kerang hijau. Sebagian besar penduduk Kamal Muara mempunyai mata pencaharian di sektor perikanan yaitu sebagai nelayan sebanyak 8.018 orang, pembudidaya kerang hijau 352 orang serta pengolah kerang, ikan rebon dan terasi sebanyak 775 orang Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kotamadya Jakarta Utara, 2006 in Sarjono, 2009. Sedangkan RW 2 dan 3 digunakan sebagai kawasan industri seperti galvanisir, pengecoran logam, garmen dan farmasi. Daerah Muara Kamal dan sekitarnya merupakan daerah yang banyak terdapat kegiatan permukiman dan industri – industri diantaranya memiliki potensi membuang limbah yang mengandung logam berat seperti industry percetakan, bengkel, baterai, dan cat PROKASIH PEMDA DKI JAKARTA, 1996 in Tresnasari, 2001. Industri yang terdapat di sekitar Muara Kamal Teluk Jakarta banyak mengandung bahan pencemar, salah satunya timbal yang masuk ke sungai yang kemudian bermuara di teluk. Industri itu antara lain indsutri kimia, petroleum