Suhu Kekeruhan Kondisi Umum Muara Kamal

dan bahan kimia sebanyak 353 pabrik; industri bahan galian bukan logam sebanyak 41 logam; industri dasar logam 38 pabrik; industri barang – barang dari logam, mesin sebanyak 322 pabrik Anggraeni, 2002 in Kencono, 2006. Menurut Forstner dan Wittman 1983, parameter kualitas air seperti suhu, kekeruhan, pH, salinitas dan DO merupakan parameter yang mempengaruhi toksisitas logam berat di perairan. Tabel 5. Hasil Parameter lingkungan di Perairan Muara Kamal pada Agustus 2011 No Parameter Satuan Stasiun Baku mutu KepMen LH No. 51 Tahun 2004 1 2 3 1 Suhu °C 31 32 30 28 – 30 2 Kekeruhan NTU 8 7,6 6,4 5 3 Salinitas ‰ 31 32 34 0,5 - 34 4 pH - 7,5 7,5 8 7-8,5 5 DO Mg o 2 l 3,31 3,84 4,23 5

4.1.1. Suhu

Mukhtasor 2007 mengemukakan bahwa suhu merupakan salah satu parameter untuk mempelajari transformasi dan penyebaran polutan yang masuk ke lingkungan. Sebagai contoh, suhu air di permukaan mempengaruhi sifat tumpahan minyak dan juga pengendaliannya. Berdasarkan hasil pengukuran suhu air permukaan yang dilakukan selama pengamatan menunjukkan bahwa suhu di perairan Muara Kamal berkisar antara 30 – 32 C. Nilai suhu stasiun 1 dan stasiun 2 lebih tinggi dibanding suhu stasiun 3, hal ini dikarenakan kedua stasiun ini lokasinya relatif lebih dekat dengan industri dan pabrik sehingga masukan limbah juga memberi pengaruh dominan terhadap suhu perairan. Nilai suhu di ketiga stasiun tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarjono 2009 dimana suhu di perairan Muara Kamal berada pada kisaran 28-33. Berdasarkan baku mutu KepMen LH No 51 Tahun 2004, suhu stasiun 1 dan stasiun 2 telah melewati batas baku mutu untuk biota laut yaitu sebesar 28-30 °C. Namun kisaran suhu di perairan Muara Kamal ini masih mampu ditoleransi untuk pertumbuhan kerang hijau yang berkisar antara 27 - 37°C.

4.1.2. Kekeruhan

Kekeruhan merupakan gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya sinar yang dipancarkan dan diserap oleh partikel - partikel yang ada dalam air tersebut Hariyadi, et al. 1992. Berdasarkan hasil pengukuran nilai kekeruhan yang dilakukan selama pengamatan menunjukkan bahwa kekeruhan di perairan Muara Kamal berkisar antara 6,4 - 8 NTU. Kekeruhan tertinggi terjadi pada stasiun 1 8 NTU sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 3 6,4 NTU. Terjadinya kekeruhan yang bervariasi disebabkan setiap lokasi memiliki kondisi yang berbeda-beda. Stasiun yang kekeruhannya tinggi pada umumnya disebabkan karena stasiun tersebut terdapat pada muara sungai yang merupakan daerah yang menerima limbah padatan tersuspensi yang berasal dari buangan organik dan anorganik hasil industri dan permukiman. Selain itu pada stasiun 1 memiliki kedalaman yang dangkal sehingga proses pengadukan sedimen dasar perairan turut berperan dalam meningkatkan nilai kekeruhan perairan. Nilai kekeruhan yang didapat selama pengamatan mengalami peningkatan dibanding hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriadi 2005 yang berkisar antara 2,75 – 5,63 NTU, dan hasil penelitian Sarjono 2009 dimana nilai kekeruhan di perairan Muara Kamal berada pada kisaran 3,79 – 6,47 NTU. Berdasarkan baku mutu KepMen LH No 51 Tahun 2004, nilai kekeruhan di perairan Muara Kamal ini telah melewati batas baku mutu untuk biota laut yaitu 5NTU.

4.1.3. Salinitas