Perilaku Minyak di Laut

11 Sumber polutan dalam kasus ini merupakan suatu fenomena alami, meskipun total masukan polutan yang berasal dari rembesan tersebut kemungkinan jumlahnya dua kali lebih besar dari pada masukan polutan dari kecelakaan tanker Clark, 1986.

2.5.3. Perilaku Minyak di Laut

Minyak yang masuk ke dalam lingkungan laut akan mengalami berbagai proses, baik secara fisika maupun secara kimia Gambar 1. Proses-proses tersebut antara lain membentuk lapisan slick formation, menyebar dissolution, menguap evaporation, emulsifikasi emulsification, minyak dalam air oil in water emulsions, fotooksidasi photooxidation, biodegradasi mikroba microbial biodegradation, sedimentasi sedimentation, dicerna oleh plankton plankton ingestion, dan bentukan gumpalan ter tur lump formation. Semua proses tersebut secara kolektif disebut dengan weathering of oil Mukhtasor, 2007. Gambar 1. Proses Pelapukan Lapisan Minyak yang Tumpah di Permukaan Laut Sumber : ITOPF, 2007 12 Penyebaran, penguapan, dispersi, emulsifikasi, dan pelarutan adalah proses-proses penting selama tahap awal tumpahan. Sementara oksidasi, sedimentasi, dan biodegradasi adalah proses weathering jangka panjang yang akan membantu proses penguraian minyak. Menurut Krough 1980 dalam Firdaus 1997, berdasarkan kekekalannya persistent tumpahan minyak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tumpahan minyak yang tidak kekal non- persistent dan tumpahan minyak yang kekal persistent. Tumpahan minyak non-persistent akan berangsur-angsur menghilang dari permukaan laut akibat adanya proses fisika-kimia, sedangkan tumpahan minyak yang kekal persistent akan menyebar secara perlahan sehingga mencemari lingkungan laut. a. Penyebaran Spreading Minyak yang keluar di permukaan air akan dengan segera bertambah luas permukaannya. Mekanisme spreading dipengaruhi oleh karakteristik minyak itu sendiri antara lain perbedaan densitas minyak dan air laut, dan tegangan permukaan. Semakin rendah nilai viskositas minyak, maka minyak akan menyebar semakin cepat. Kecepatan dari penyebaran minyak serta ketebalan lapisannya tergantung dari suhu perairan dan jenis minyak yang tumpah Clark, 1986. Proses penyebaran tumpahan minyak juga dipengaruhi oleh arus air, pola pasang surut, kecepatan angin, dan kekasaran muka laut Fay, 1971 in Mukhtasor, 2007 . Angin dan arus pasang surut memindahkan unsur-unsur dari lapisan minyak secara relatif satu sama lain dan mempercepat proses penyebaran. Ketika lapisan membentuk gumpalan dengan luas permukaan yang stabil, hanya dispersi horizontal yang memindahkan unsur-unsur minyak menjauh dari pusat 13 massa. Untuk perairan yang tertutup dan estuari, pergerakan lapisan minyak lebih banyak mendapat pengaruh dari arus dan pasang surut setempat DHI, 2006b. Dalam mekanisme spreading, minyak dapat menyebar secara horizontal meskipun tanpa angin. Proses penyebaran minyak disebabkan oleh gaya gravitasi dan tegangan permukaan antara minyak dan air. Gaya-gaya tersebut berlawanan dengan gaya yang diberikan oleh pengaruh viskositas minyak. b. Penguapan Evaporation Proses penyebaran minyak akan menyebabkan lapisan menjadi lebih tipis dan proses penguapan meningkat. Proses penguapan pada tumpahan minyak dipengaruhi oleh komposisi minyak, suhu udara dan air laut, area tumpahan, kecepatan angin, radiasi matahari, dan ketebalan lapisan minyak DHI, 2006b. Secara umum, komponen dalam minyak dengan berat molekul rendah atau minyak yang memiliki titik didih di bawah 200°C cenderung mengalami penguapan dalam waktu 24 jam. Kekasaran muka laut, kecepatan angin, dan temperatur yang tinggi akan meningkatkan penguapan ITOPF, 2007. Selain itu luas permukaan minyak juga sangat berperan dalam proses ini. Sifat minyak dapat berubah secara signifikan seiring terjadinya proses penguapan. Hilangnya sebagian material yang bersifat mudah menguap mengakibatkan berat jenis minyak menjadi lebih berat. Berikut ditampilkan tingkat evaporasi berbagai jenis minyak Gambar 2 G c m m b k D d k d Gambar 2. T c. Disp Disp minyak men membentuk m relatif l bentuk tersu kembali naik Dispersi ver dispersi min kekasaran m dispersi lebi Tingkat Eva Sumber: CR persi vertikal persi merupak njadi butiran emulsi miny ebih stabil b uspensi. But k dan bergab rtikal bergan nyak akan sem muka laut bes h dominan d aporasi Berba RC, 2000 l kan proses m dan memasu yak-dalam-a bercampur de iran yang be bung ke lapis tung pada si makin tingg sar ITOPF, disebabkan o agai Jenis M mekanik. Tu ukannya ke air. Butiran y engan air lau erukuran bes san minyak ifat minyak d i jika viskos 2007. Dala oleh pecah g Minyak Pada urbulensi air dalam kolom yang beruku ut di kolom p sar 100 m di permukaa dan jumlah e sitas minyak am cuaca ya elombang. S Suhu 15 o C r memecahka m perairan, uran sangat k perairan men m cenderung an laut ITOP energi laut. rendah dan ang buruk, m Sebaliknya p 14 an lapisan kecil 20 njadi g akan PF, 2007. Kecepatan nilai mekanisme pada cuaca 15 yang tenang, mekanisme dispersi yang paling signifikan terjadi karena stretching compression dari lapisan, yang menyebabkan terbentuknya droplet DHI, 2006b. d. Emulsifikasi Salah satu proses penting yang menyebabkan bertahan lamanya minyak di permukaan laut yaitu dengan membentuk emulsi air-dalam-minyak, yang mengubah minyak menjadi campuran yang sangat kental. Emulsi terbentuk jika terdapat dua cairan liquid yang bercampur, dimana salah satu dari cairan tersebut tersuspensi dalam cairan lainnya Clark, 1986. Emulsi tersebut dapat menyerap hingga 80 air. Kestabilan dari bentuk ini sangat tergantung pada jenis minyak dan kondisi lingkungan. Kestabilan dari emulsi sangat berhubungan dengan jumlah kehadiran surfactant resin dan aspal dalam minyak, sedangkan tingkat pengambilan air sangat berhubungan dengan kondisi laut setempat seperti gelombang dan turbulensi air DHI, 2006b. Dalam beberapa kondisi, emulsi akan membentuk lapisan tebal di permukaan laut dan berwujud kental yang disebut sebagai ”chocolate mousse” Clark, 1986. Emulsi dapat terpisah kembali menjadi minyak dan air jika dipanaskan oleh sinar matahari pada kondisi permukaan laut yang tenang atau saat terdampar di pantai ITOPF, 2007. Wujud dari emulsi minyak ditampilkan dalam Gambar 3. Gambar 3. Proses Emulsifikasi pada Lapisan Minyak yang Membentuk Chocolate Mousse 16 Proses emulsifikasi akan mempengaruhi volume lapisan minyak serta meningkatkan viskositas minyak. Jika emulsifikasi minyak terdampar di pantai maka akan mengganggu kehidupan ekosistem di daerah tersebut. e. Disolusi Komponen dari minyak yang dapat larut dalam air akan terlarut dalam kolom perairan. Proses pelarutan tersebut akan cepat terjadi pada minyak yang telah lebih dulu terdispersi dalam air. Minyak umumnya hanya sedikit mengandung komponen yang dapat larut dalam air. Salah satu komponen yang paling cepat terlarut dalam air adalah hidrokarbon aromatik dengan berat jenis rendah dan komponen polar resin. Komponen-komponen yang dapat terdisolusi tersebut umumnya beracun. Meskipun demikian, senyawa aromatik biasanya akan lebih dulu menguap dibandingkan terlarut dikarenakan proses penguapan terjadi 10-100 kali lebih cepat dibandingkan proses melarut ITOPF, 2007. Batas kadar minyak yang diizinkan berada di kolom perairan yaitu 0.01 ppm. f. Sedimentasi Sedimentasi merupakan proses dimana minyak terdeposisi ke dasar laut. Sedimentasi terjadi ketika butir minyak mencapai densitas tinggi dibandingkan dengan densitas air setelah berinteraksi dengan mineral tersuspensi di dalam kolom perairan. Minyak juga bereaksi terhadap oksigen dan menghasilkan bentuk persistent yang disebut ter tars akibat adanya proses oksidasi minyak dengan viskositas tinggi. Proses ini terjadi dengan sangat lambat pada lapisan minyak yang terekspos sinar matahari. Beberapa hasil dari oksidasi minyak ini memiliki densitas yang besar dan dapat tenggelam di air payau atau di perairan dangkal ITOPF, 2007. 17 g. Biodegradasi Dalam kolom perairan, terdapat beberapa jenis mikroorganisme yang bisa menguraikan sebagian atau seluruh komponen minyak. Hasil penguraian tersebut dapat berupa komponen yang dapat terlarut dalam air atau terkadang berupa karbondioksida dan air. Unsur utama yang berpengaruh terhadap efisiensi proses biodegradasi yaitu nutrien nitrogen dan fosfor, temperatur, dan oksigen terlarut. Minyak yang berbentuk butiran atau partikel lebih mudah mengalami proses biodegradasi karena menyediakan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan minyak yang berbentuk lapisan tebal atau gumpalan ITOPF, 2007. Tingkat biodegradasi tinggi pada rantai jenuh 12-20 atom karbon dan lambat pada rantai aromatik dan aspal.

2.6. Pemodelan Tumpahan Minyak