Pemberian perlakuan berbagai jenis sitokinin dengan konsentrasi yang berbeda terhadap parameter yang diamati menunjukkan pengaruh yang berbeda-
beda. Berdasarkan hasil analisis statistik maka diperoleh nilai sidik ragam dari pemberian perlakuan pada media terhadap parameter jumlah tunas, pertambahan
tinggi, jumlah daun, dan jumlah akar dapat dilihat pada lampiran 4, sehingga dapat diketahui pengaruhnya Tabel 4.
Tabel 4 Rekapitulasi sidik ragam penggunaan beberapa jenis sitokinin dengan konsentrasi yang berbeda pada eksplan binahong Anredera cordifolia
[Ten.] Stennis Parameter
Pengamatan ke – MST
1 2
3 4
5 6
7 8
Jumlah tunas a.
Tunas adventif b.
Tunas lateral Pertambahan tinggi
Jumlah daun tn
Jumlah akar tn
Keterangan : tn : Tidak berpengaruh nyata
: Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 : Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 95
Pengaruh perlakuan beberapa jenis sitokinin AdSO
4,
BAP, kinetin dan thidiazuron dengan konsentrasi yang berbeda terhadap parameter pertumbuhan
eksplan binahong yang diamati diuraikan sebagai berikut :
4.2.1 Multiplikasi Tunas Binahong
Tunas merupakan bagian yang dapat dijadikan parameter keberhasilan dari kegiatan budidaya karena dari tunas dapat diperbanyak menjadi individu baru.
Hormon sitokinin dan unsur hara yang tersedia dalam media tidak secara mutlak mempengaruhi pertumbuhan tunas karena setiap tanaman memiliki hormon
endogen yang dapat membentuk tunas dengan sendirinya. Penambahan jumlah tunas dapat dijadikan salah satu parameter yang diukur secara kuantitatif.
Pembentukan tunas baru mulai terlihat pada minggu pertama setelah tanam. Tahap pembentukan tunas diawali dengan munculnya calon tunas berupa tonjolan
berwarna hijau yang terdapat pada bagian pangkal yang telah membentuk kalus
dan ketiak daun. Pada saat penelitian dapat dibedakan menjadi dua jenis tunas yaitu tunas adventif dan tunas lateral yang dapat dilihat pada gambar 5. Tunas
adventif adalah tunas yang muncul pada bagian pangkal eksplan yang telah membentuk kalus. Menurut Devilana 2005 tunas adventif adalah tunas yang
terbentuk tidak pada tempatnya, sedangkan tunas lateral adalah tunas yang terbentuk pada ketiak daun Gardner et al 1991. Pada tunas lateral berpeluang
untuk menjadi cabang-cabang baru.
Gambar 5 Tunas adventif kiri dan tunas lateral kanan.
Hasil analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95 terhadap pemberian beberapa jenis sitokinin dengan konsentrasi yang berbeda pada
parameter jumlah tunas adventif dan tunas lateral menghasilkan nilai probability p yang sama yaitu ,0001. Nilai tersebut lebih kecil dari α 0,05, sehingga
menunjukkan bahwa pemberian perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas adventif dan tunas lateral yang terbentuk Tabel 4. Selanjutnya
perlu dilakukan uji lanjut wilayah Duncan Tabel 5 dan 6. Tabel 5 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap rata-rata jumlah tunas adeventif
tanaman binahong Anredera cordifolia [Ten.] Stenis pada akhir pengamatan 8 MST
Konsentrasi Jenis Sitokinin
AdSO
4
BAP Kinetin
Thidiazuron 0,50 mgl
0.00
c
0.80
bc
1,30
ab
1,20
abc
1,00 mgl 0.00
c
1,50
ab
1,00
abc
1,40
ab
1,50 mgl 0.00
c
1,50
ab
2,10
a
0.70
bc
Lanjutan Tabel 5 Konsentrasi
Jenis Sitokinin AdSO
4
BAP Kinetin
Thidiazuron 2,00 mgl
0.00
c
1,30
ab
1,70
ab
1,80
ab
Kontrol MS 0,00
c
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
untuk minggu yang sama pada uji DMRT 5 .
Tabel 5 memperlihatkan bahwa perlakuan kinetin 1,50 mgl memberikan respon terbaik terhadap pembentukan tunas adventif yang berasal dari kalus. Hal
ini ditandai dengan banyaknya rata-rata jumlah tunas yang terbentuk yaitu 2,10 tunas. Meningkatnya konsentrasi kinetin hingga 1,50 mgl menyebabkan rata-rata
jumlah tunas adventif yang dihasilkan juga meningkat, sedangkan pada kinetin 2,00 mgl menunjukkan rata-rata jumlah tunas menurun. Hal yang sama juga
terjadi pada eksplan yang ditanam pada media kultur dengan penambahan BAP dan thidiazuron. Konsentrasi 1,50 mgl thidiazuron rata-rata jumlah tunas
mengalami penurunan, tetapi pada konsentrasi 2,00 mgl rata-rata jumlah tunas mengalami peningkatan yaitu 1,80 tunas. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
kemampuan tanaman untuk merespon pemberian sitokinin. AdSO
4
konsentrasi 0,50 mg hingga 2,00 mgl dan media kontrol tidak terlihat adanya pembentukan tunas, sehingga menunjukkan adanya perbedaan
antar perlakuan yang sangat nyata antara media perlakuan kinetin 1,50 mgl dengan media perlakuan AdSO
4
0,50 mgl hingga 2,00 mgl dan media kontrol. Perubahan rata-rata jumlah tunas adventif yang dihasilkan pada pemberian
beberapa jenis sitokinin dengan konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6 memperlihatkan pembentukan tunas adventif pada kinetin 1,50 mgl selalu meningkat, tetapi pada akhir pengamatan yaitu pada 8 MST rata-rata
jumlah tunas tidak mengalami pertambahan atau tetap sama dengan rata-rata jumlah tunas pada 7 MST yaitu 2,10 tunas.
Gambar 6 Grafik rata-rata jumlah tunas adventif pada tanaman binahong yang
terbentuk tiap minggu.
Tabel 6 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap rata-rata jumlah tunas lateral tanaman binahong Anredera cordifolia [Ten.] Stenis pada akhir
pengamatan 8 MST Konsentrasi
Jenis Sitokinin AdSO
4
BAP Kinetin
Thidiazuron 0,50 mgl
0.00
g
1,60
def
0.30
g
2,20
bcd
1,00 mgl 0.40
g
3,20
ab
0.60
fg
1,20
defg
1,50 mgl 0.00
g
3,90
a
2,80
abc
0.80
efg
2,00 mgl 0.10
g
3,50
a
1,80
cde
0.90
efg
Kontrol MS 0.00
g
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata
untuk minggu yang sama pada uji DMRT 5 .
Tabel 6 menunjukkan bahwa tunas lateral di bagian ketiak daun banyak dihasilkan oleh eksplan yang ditanam pada media perlakuan BAP 1,50 mgl yaitu
3,90 tunas. Pemberian konsentrasi BAP 0,50 mgl hingga 1,50 mgl menghasilkan rata-rata jumlah tunas lateral yang mengalami peningkatan, sedangkan BAP 2,00
mgl rata-rata jumlah tunas mengalami penurunan. Perlakuan kinetin juga mengalami kondisi yang sama seperti BAP. Thidiazuron dalam konsentrasi
terendah 0,5 mgl dapat memacu pembentukan tunas lateral lebih baik
dibandingkan dengan thidiazuron konsentrasi 1,00 mgl hingga 2,00 mgl. Rata- rata jumlah tunas lateral yang terus bertambah pada tiap minggu ditunjukkan pada
gambar 7.
Gambar 7 Grafik rata-rata jumlah tunas lateral pada tanaman binahong yang terbentuk tiap minggu.
Gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa pada media kontrol hingga akhir pengamatan tidak terbentuk tunas baru. Hal ini dimungkinkan unsur hara yang
terdapat dalam media dan hormon endogen tanaman tidak dapat menstimulasi pembentukan tunas. Perlakuan berupa penambahan berbagai jenis sitokinin
dengan konsentrasi yang berbeda mampu menghasilkan tunas baru bahkan dalam jumlah yang banyak. Kondisi tersebut terjadi karena tanaman dapat merespon
sitokinin eksogen untuk pembentukan tunas. Respon yang muncul pada tumbuhan bergantung pada spesies, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi
hormon, interaksi antarhormon, dan berbagai faktor lingkungan Salisbury and Ross 1992.
Konsentrasi yang diberikan dapat berpengaruh terhadap penambahan jumlah tunas, tetapi apabila konsentrasi terus dinaikkan akan mengakibatkan
penurunan jumlahnya. Hal ini diduga pada penambahan sitokinin dengan konsentrasi tinggi, tanaman sudah tidak responsif. Kandungan sitokinin dalam
jaringan yang sangat tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat. Kondisi seperti ini yang membedakan antara hormon dan unsur hara lainnya. Hormon biasa digunakan dalam konsentasi yang sangat rendah,
mendekati 1 µM, sedangkan unsur hara seperti gula, asam amino, asam organik, dan beberapa metabolit lainnya diperlukan oleh tumbuhan dalam konsentrasi yang
cukup tinggi yaitu 1 sampai 5 mM Salisbury and Ross 1992. Menurut Abidin 1985 dengan penggunaan sitokinin pada kadar yang optimum dapat merangsang
pembentukan tunas. Menurut Santoso dan Nursandi 2003 bahwa sitokinin berperan dalam
merangsang terjadinya pembelahan sel, pembentukan tunas, dan mendorong proliferasi meristem ujung. Selain itu pemberian sitokinin tunggal tanpa
penambahan auksin
dapat meningkatkan
jumlah tunas
dengan cara
melipatgandakan jumlah mata tunas Skoog dan Tsui 1951 dalam Ratnaningsih 2001.
Rata-rata jumlah tunas adventif dan tunas lateral dalam setiap kultur terus meningkat dengan bertambahnya umur sampai dengan 8 MST. Gambar 8
menunjukkan bahwa BAP 1,50 mgl menghasilkan penambahan jumlah tunas adventif dan tunas lateral, tetapi lebih didominasi oleh penambahan jumlah tunas
lateral. Menurut Prawiranata dkk 1995 bahwa dengan adanya sitokinin dalam jaringan tanaman dapat menghilangkan dormansi yang kemudian diikuti oleh
pertumbuhan tunas dengan cara mendorong pembelahan sel di bagian ujung dari tunas lateral serta mengubahnya menjadi meristem yang aktif.
Gambar 8 Pembentukan tunas adventif dan tunas lateral tanaman binahong pada perlakuan BAP 1,50 mgl saat eksplan berumur 3 MST kiri dan 7
MST kanan.
Pembentukan tunas lateral dalam jumlah yang banyak menunjukkan bahwa dominasi apikal pada tanaman binahong berkurang. Hal ini disebabkan dengan
pemberian sitokinin eksogen dapat meningkatkan kadar sitokinin dalam tunas lateral yang dorman meningkat dan dapat menyempurnakan hubungan pembulu-
pembulu antara tunas lateral dengan bagian tumbuhan lain, sehingga unsur hara dapat diambil oleh tunas lateral untuk pertumbuhannya.
4.2.2 Pertambahan Tinggi Tanaman