BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persentase Eksplan Steril
Sterilisasi pada Eksplan binahong Anredera cordifolia [Ten.] Stennis bertujuan untuk mendapatkan eksplan steril sehingga hambatan biologis berupa
jamur dan bakteri yang merupakan sumber kontaminasi dapat dihilangkan. Eksplan hasil sterilisasi dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Tanaman binahong hasil sterilisasi. Teknik sterilisasi menggunakan larutan betadine dan alkohol 70 dan
96 yang dibedakan menjadi empat perlakuan yaitu sterilisasi I tidak menggunakan betadine dan alkohol, sterilisasi II menggunakan betadine 2 tetes
dalam 100 ml, sterilisasi III menggunakan alkohol 70, dan sterilisasi IV menggunakan alkohol 96 yang diberikan setelah eksplan dicuci dengan air
mengalir. Tingkat keberhasilan sterilisasi dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Tingkat keberhasilan sterilisasi dengan empat perlakuan yang berbeda
pada eksplan binahong Anredera cordifolia [Ten.] Steenis
Perlakuan ∑
Eksplan yang
Ditanam Penyebab Kegagalan
∑ Eksplan
yang Tumbuh
Keberhasilan Sterilisasi
Jamur ∑
Bateri ∑
Pencoklatan ∑
Mati ∑
I 166
7142,77 710,24 00
00 78
46,99 II
88 1719,32
44,55 00
33,41 64
72,73 III
152 31,97
53,29 10,66
21,32 141
92,76 IV
140 64,29
53,57 42,86
128,57 113
80,71
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan sterilisasi III dengan pemberian alkohol 70 selama 3 menit menghasilkan persentase keberhasilan sterilisasi
tertinggi 92,76 dibandingkan dengan tiga perlakuan sterilisasi lainnya. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat kontaminasi jamur 1,97 dan bakteri 3,29 .
Persentase keberhasilan terendah terjadi pada perlakuan sterilisasi I yaitu 46,99 Tabel 3. Kondisi ini terjadi karena tingkat kontaminasi sangat tinggi
yang disebabkan oleh jamur 42,77 dan bakteri 10,24 yang muncul pada eksplan dan media. Munculnya kontaminasi bakteri dan jamur pada penelitian ini
diduga terjadi akibat proses sterilisasi kurang optimal yang disebabkan oleh eksplan yang digunakan, jenis dan konsentrasi sterilan, kebersihan pada saat
proses sterilisasi serta faktor internal penanam. Faktor internal penanam seperti kelelahan yang menyebabkan kurang terjaga kesterilan kondisi lingkungan kerja
saat penanaman, sehingga jamur dan bakteri mudah masuk ke dalam botol kultur Gambar 3.
A B
Gambar 3 Eksplan binahong yang terkontaminasi oleh A jamur, B bakteri.
Penelitian ini menggunakan eksplan yang berasal dari luar sehingga berpeluang besar membawa sumber kontaminasi seperti jamur dan bakteri.
Apabila proses sterilisasi kurang optimal, sumber kontaminasi yang tertinggal pada eksplan akan tumbuh dengan baik di dalam media kultur yang mengandung
unsur hara yang sangat tinggi. Berbeda dengan kondisi di lingkungan luar yang tidak menyediakan unsur hara dalam jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan
sumber kontaminasi. Menurut Santoso dan Nursandi 2003 kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan. Gangguan ini
bila dipahami merupakan hal yang wajar sebagai konsekuensi penggunaan media yang diperkaya. Fenomena kontaminasi menunjukkan semakin diperkaya suatu
media maka tingkat kontaminasinya juga semakin besar. Kontaminasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam kultur jaringan.
Jenis dan konsentrasi sterilan berpengaruh terhadap keberhasilan sterilisasi. Jenis sterilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah betadine dan alkohol.
Alkohol merupakan salah satu jenis sterilan yang biasa digunakan untuk menghilangkan gelembung udara, meningkatkan daya antar desinfektan dan
mematikan sebagian kontaminan di permukaan eksplan Ariana 2005. Tetapi apabila alkohol digunakan dalam konsentrasi yang lebih tinggi dapat
mendehidrasi air dalam jaringan yang akan diikuti oleh pengeluaran klorofil dari jaringan sehingga eksplan berwarna coklat dan mati Sudarmonowati dkk 2002.
Hal tersebut terjadi pada perlakuan sterilisasi IV yang menggunakan alkohol 96 memperlihatkan tingkat pencoklatan dan kematian eksplan tertinggi diantara
perlakuan lainnnya sebesar 2,86 dan 8,57 . Pencoklatan merupakan suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam
yang mengakibatkan tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan Santoso dan Nursandi 2003. Peristiwa ini dapat terjadi pada sistem biologis
tanaman sebagai respon terhadap pengaruh fisik atau biokimia seperti pengupasan, memar, pemotongan, serangan penyakit dan kondisi yang tidak
normal. Respon yang terjadi pada umumnya adalah pembentukan senyawa golongan fenol oleh tanaman. Senyawa fenolik sering terkumpul sekitar jaringan
tumbuhan yang luka atau rusak. Dalam tumbuhan senyawa fenol dapat menghambat pembelahan sel, pemanjangan sel, perkembangan jaringan dan organ
Prawiranata dkk 1995. Menurut Denish 2007 Apabila pencoklatan dibiarkan terus menerus maka
penyerapan unsur hara oleh eksplan akan terhambat, sehingga pertumbuhan eksplan juga terhambat, bahkan dapat menyebabkan kematian pada eksplan akibat
terserapnya senyawa fenolik yang terakumulasi pada media oleh tanaman kultur. Hal ini terjadi pada waktu pengamatan hasil sterilisasi Gambar 4.
Pencoklatan atau browning dapat diatasi dengan cara mengeluarkan senyawa fenol yang terdapat dalam tanaman dengan membilas terus menerus
dengan air aquades, mengabsorbsi dengan arang aktif, mengurangi kontak dengan oksigen, menggunakan ruang gelap, mengurangi jumlah karbohidrat media, dan
pengaturan pH Santoso dan Nursandi 2003
A B
Gambar 4 Eksplan binahong yang mengalami A pencoklatan atau browning, B kematian.
4.2 Multiplikasi dan Pertumbuhan Binahong