4.2.5 Kalus
Kalus adalah sekumpulan sel yang membelah secara tidak teratur. Menurut Gunawan 1987 kalus merupakan satu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari
sel-sel jaringan awal yang membelah dari secara terus menerus. Secara alamiah, kalus dibentuk oleh semua tanaman yang dikulturkan dan sebagai cara
perlindungan tanaman terhadap luka yang ditimbulkan akibat proses pemotongan saat persiapan bahan eksplan.
Menurut Fitriani 2005 pengkalusan ini juga terjadi bila tanaman mengalami stress. Selain upaya perlindungan oleh tanaman, pembentukan kalus
dapat dipengaruhi oleh bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan, metode budidaya in vitro, dan zat-zat yang ditambahkan pada media dasar Suryowinoto
1996 dalam Ibrahim dkk 2004. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap parameter kalus
maka pada minggu pertama kalus sudah terbentuk yaitu pada media yang telah diberikan tambahan BAP, kinetin, dan thidiazuron. Pada akhir pengamatan
hampir semua eksplan membentuk kalus. Jumlah paling tinggi dicapai pada perlakuan BAP 1,00 mgl hingga 2,00 mgl; kinetin 1,50 mgl dan 2,00 mgl; serta
thidiazuron 1,00 mgl-2,00 mgl, sedangkan pada media kontrol dan media perlakuan tidak terbentuk kalus kecuali pada AdSO
4
1,50 mgl gambar 13.
Gambar 14 Jumlah eksplan setiap perlakuan yang membentuk kalus.
Kalus yang dihasikan berada pada bagian pangkal eksplan berwarna putih bening dan hijau. Kalus yang berwarna hijau menunjukkan adanya klorofil dalam
jaringan eksplan yang berperan penting untuk proses fotosintesis. Semakin hijau warna kalus pada eksplan, maka semakin tinggi pula kemampuan eksplan untuk
berfotosintesis dalam mempertahankan kemampuan hidupnya Mayasari 2005. Perubahan warna kalus yang hijau menjadi coklat kehitaman sangat terlihat pada
akhir pengamatan gambar 14. Hal ini terjadi disebabkan hilangnya polarisasi yang dapat mendorong pembantukan klorofil dan terjadinya dekomposisi klorofil
Santoso dan Nursandi 2003.
Gambar 15 Pembentukan kalus pada bagian pangkal eksplan binahong.
Pada beberapa eksplan binahong yang berkalus telah membentuk embiro somatik lalu tumbuh menjadi tunas gambar 15 tunas yang dihasilkan pada
eksplan yang berkalus relatif lebih banyak daripada jumlah eksplan yang tidak berkalus. Pertumbuhan tunas pada eksplan binahong yang berkalus lebih lama,
karena eksplan lebih memprioritaskan pada proses penutupan luka dibagian tubuh tanaman untuk menuju pertumbuhan. Menurut Wattimena 1988 umumnya kalus
menghasilkan tunas sangat lambat, namun pada beberapa tanaman dan kondisi tertentu yang belum sepenuhnya dipahami memiliki kemampuan tinggi untuk
beregenerasi membentuk tunas atau embriosomatik.
Gambar 16 Pembentukan tunas yang berasal dari eksplan berkalus.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN