Universitas Sumatera Utara
mengenai suatu tayangan televisi yang lebih baik untuk di konsumsi. Kesamaan tersebut juga dilakukan oleh informan utama dan informan tambahan. Seperti Ibu
Winda dengan Bapak Ibrahim dan Bapak Hendra Sucitra dengan Ibu Sisca yang sepakat akan tayangan kartun yang menjadi favorit anak-anak mereka.
4.3.2 Kemampuan Melek Media Media Literacy
1. Kemampuan dalam berpikir kritis
Kemampuan dalam berpikir kritis adalah kemampuan yang memungkinkan para orang tua sebagai konsumen media massa, untuk
mengembangkan penilaian independen tentang konten media dalam memahami isi tayangan yang sedang disaksikan. Dalam penelitian ini, tayangan dikhususkan
pada kartun yang menjadi konsumsi bagi anak-anak. Dikaitkan dengan penelitian, para orang tua dianggap cukup kritis menanggapi tayangan-tayangan kartun saat
ini terutama tayangan kartun favorit anak-anaknya. Begitupun menanggapi tayangan-tayangan televisi saat ini, seluruh informan sepakat menyatakan hampir
seluruh tayangan televisi sama sekali tidak mendidik, menimbulkan imajinasi yang berlebihan bagi anak-anak karena tayangan-tayangan tersebut umumnya
tayang di waktu anak-anak juga menonton televisi. Mereka menganggap nantinya seluruh anak-anak tidak hanya anak mereka akan berpikir dan berimajinasi jauh
dari usianya. Para orang tua juga menyampaikan dengan kritis mengenai wacana KPI
yang ingin menghapuskan beberapa kartun, termasuk diantaranya kartun favorit anaknya. Mereka menganggap tidak semua kartun yang digolongkan berbahaya
tersebut justru berbahaya. Seperti pernyataan Ibu Winda, Ibu Sri Bulanna, Bapak Hendra Sucitra dan Ibu Elliyah yang menyatakan dengan tegas bahwa tidak
semua kartun berbahaya, di contohkan melalui kartun Spongebob Squarepants yang termasuk dalam kategori kartun yang berbahaya bagi KPI. Kartun tersebut
menurut mereka mengandung unsur persahabatan yang baik, tolong-menolong dan lain sebagainya. Tayangan yang sepatutnya dihapus bukanlah kartun,
melainkan sinetron-sinetron yang sama sekali tidak mendidik seperti ungkapan Ibu Elliyah.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pendapat Ibu Winda, Ibu Sri Bulanna, Bapak Hendra Sucitra dan Ibu Elliyah ternyata tidak sama dengan Ibu Nurul. Ibu Nurul juga menanggapi dengan
kritis mengenai wacana KPI. Menurutnya, KPI sudah bertindak benar ingin menghapuskan beberapa kartun termasuk Crayon Sinchan yang merupakan kartun
favorit anaknya tersebut. Hal tersebut dinyatakan beliau agar beliau lebih memiliki kesempatan yang lebih dalam membimbing anak perempuannya
menonton kartun lain selain daripada Crayon Sinchan. Para orang tua yang cerdas dalam memberikan pemahaman tentang
tayangan-tayangan yang sering disaksikan oleh anak-anak mereka akan lebih dapat membentengi pemikiran anak dari dampak negatif yang mungkin saja
muncul dari tayangan tersebut. Para orang tua juga pada dasarnya juga memiliki hak untuk memilihkan tayangan yang tepat untuk anak-anaknya. Para informan
tambahan juga memiliki pendapat yang sama bahwa mereka memiliki pemikiran yang kritis dalam menanggapi tayangan televisi saat ini dan dampak-dampaknya
bagi pemirsa televisi. Bahkan jawaban mereka tidak terlalu jauh berbeda dengan informan utama.
2. Pemahaman tentang Proses Komunikasi Massa
Pemahaman tentang proses komunikasi massa adalah kemampuan orang tua dalam memahami tayangan televisi sebagai sesuatu yang diciptakan dan
melewati suatu proses yang kompleks. Dikaitkan dengan penelitian, semua orang tua termasuk informan tambahanmengetahui bahwa tayangan televisi yang
disaksikan anak-anaknya adalah murni buatan belaka yang dibalut dengan lelucon-lelucon agar mereka tidak bosan menonton serial-serialnya.
3. Tanggap akan Dampak Media
Tanggap akan dampak media adalah adanya pengetahuan dan kepedulian orang tua tentang dampak tayangan televisi, baik positif maupun negatif.
Dikaitkan dengan penelitian, setiap orang tua memiliki pemahaman yang sama mengenai tayangan favorit anaknya masing-masing. Pandangan tentang dampak
ini turut mempengaruhi kebijaksanaan orang tua dalam melakukan pembatasan terhadap tindakan mengonsumsi televisi pada anak. Namun semua orang tua tidak
terlalu memikirkan dampak apa yang akan terjadi ketika anak-anak mereka menonton kartun, karena kartun tidak berbahaya bagi mereka. Dampak media
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi pada anak-anak yang menonton Spongebob Squarepants justru adalah dampak yang positif, karena mengajarkan hal-hal yang positif pula.
Kartun-kartun lainnya seperti Upin Ipin, Adit Sopo Jarwo dan lain sebagainya yang menjadi kartun yang memberikan dampak positif lainnya seperti
yang disarankan oleh Ibu Elliyah. Tetap tidak menurut Ibu Nurul, yang masih memikirkan dampak yang
terjadi apabila anaknya terus menonton serial Crayon Sinchan. Dampak yang terjadi justru adalah dampak yang negatif dan dapat dilihat dari cuplikan-cuplikan
serial Crayon Sinchan yang menurutnya mengandung pornografi dan tentu berakibat buruk bagi anaknya. Oleh karena itu, menemani dan memantau anaknya
menonton televisi lah yang menjadi cara aman dalam mencegah dampak negatif terjadi.
Seperti penjelasan sebelumnya pula, para informan tambahan juga dikatakan tanggap akan dampak media sehingga mereka memberikan
pembatasan-pembatasan tertentu dan jam-jam tertentu untuk anaknya dalam menonton televisi agar tidak menonton tayangan yang tidak seharusnya menjadi
konsumsinya. 4.
Pemahaman terhadap Isi Media Pemahaman terhadap isi media adalah pemahaman orang tua tentang
manfaat tayangan televisi ke dalam kehidupan. Dikaitkan dengan penelitian, orang tua memiliki pandangan yang sama tentang manfaat televisi di dalam
kehidupan, yakni memiliki fungsi rekreatif yang lebih menonjol dibanding fungsi informatifnya. Karena anak-anak yang menjadi tujuan penelitian ini adalah anak-
anak dibawah umur, maka konsumsi tayangan televisi mereka adalah kartun untuk memperoleh hiburan diluar daripada sekolah.
Manfaat dari tayangan kartun itu sendiri adalah dapat menciptakan kreativitas seperti pendapat Ibu Nurul, namun isi pesan yang terkandung haruslah
berupa pesan-pesan dan nilai-nilai yang baik serta nantinya dapat mengajarkan secara tidak langsung kepada anak-anak mengenai perbuatan-perbuatan baik
dalam kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5. Kemampuan Menikmati, Memahami, dan Mengapresiasi Isi Media
Dikaitkan dengan penelitian, keseluruhan orang tua dapat menikmati apa yang mereka lihat. Begitu juga dengan masalah apresiasi, orang tua tampak
memiliki kemampuan tersebut dilihat dari loyalitasnya terhadap tayangan kartun. Dengan ikut serta menonton kartun pilihan anaknya, para orang tua juga
menikmati, memahami dan mengapresiasi isi media sehingga mereka memberikan dukungan terhadap tayangan kartun pilihan anaknya. Hal tersebut tetap tidak di
alami Ibu Nurul, yang hanya memahami kartun Crayon Sinchan beserta cuplikan- cuplikan yang menurutnya tidak baik namun tidak menikmati serta mengapresiasi
kartun tersebut. Orang tua tentu memiliki ketakutan-ketakutan jika anak mereka meniru
hal-hal negatif yang terkandung dalan suatu tayangan. Tindakan tindak terpuji, seperti tindak kekerasan dan kata-kata kasar, sampai tindak pelecehan merupakan
hal-hal yang sangat diantisipasi para orang tua agar jangan sampai ditonton oleh anak mereka. Tindakan mengonsumsi media massa, terutama televisi memiliki
porsi yang paling besar jika dilihat dari waktu pengoperasiannya. Rata-rata setiap orang tua memasukkan kegiatan mengonsumsi media televisi ke dalam rutinitas
anaknya sehari-hari, dengan frekuensi serta intensitas yang dibatasi oleh masing- masing orang tua.
Menjamurnya stasiun televisi menumbuhkan ketatnya persaingan antar industri penyiaran, sehingga perang program siaran antar televisi menjadi menu
wajib sehari-hari. Program yang ditawarkan berorientasi pada pemenuhan selera pasar. Mereka bersaing menyajikan acara-acara yang digemari penonton, bahkan
terkadang tanpa memerhatikan dampak negatif dari tayangan tersebut. Padahal, penonton televisi sangatlah beragam. Di sana terdapat anak-anak dan remaja yang
relatif masih mudah terpengaruh dan dipengaruhi. Persepsi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh tayangan televisi memang cenderung mengarah ke nilai negatif.
Banyak penelitian yang berujung pada satu kesimpulan seragam, yakni bahwa tayangan televisi membawa dampak negatif yang lebih besar dibanding dampak
positifnya. Efek negatif dari konsumsi berlebih terhadap media televisi sudah sangat sering kita dengar dengan beragam bentuknya, bahkan tidak jarang dampak
negatif tersebut berkaitan langsung dengan suatu peristiwa sadistis.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adapun sedikit efek yang dianggap baik atau positif dari tayangan televisi bagi anak antara lain adalah:
1. Menambah kosakata terutama kata-kata yang tidak terlalu sering digunakan sehari-hari.
2. Anak dapat belajar tentang berbagai hal melalui program edukasi dari siaran televisi serta dapat menambah wawasan dan minat.
3. Anak mengenal berbagai aktivitas yang bisa dilakukannya. 4. Anak mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
perkembangan peristiwa yang terjadi di dunia, dan perkembangan permasalahan yang ada di luar lingkungannya.
Saat ini setiap stasiun televisi telah menyajikan acara-acara khusus untuk anak, walaupun acara khusus anak tersebut masih sangat minim. Hasil penelitian
yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia YKAI, persentase acara televisi yang secara khusus ditujukan bagi anak-anak relatif kecil, hanya sekitar
2,7 sampai dengan 4,5 dari total tayangan yang ada. Yang lebih menghawatirkan lagi, ternyata persentase kecil ini pun ada yang materinya
cenderung menghawatirkan bagi perkembangan anak-anak dari http:www.suaramerdeka.comharian070504opi04.htm diunduh pada tanggal 4
Februari 2010. Saat ini, tayangan televisi dipenuhi dengan beragam judul sinetron.
Sinetron mudah dinikmati oleh siapa saja, termasuk anak-anak, walau terkadang sinetron tersebut berisi tentang cerita kehidupan yang belum sesuai untuknya.
Sinetron anak juga tidak jarang memasukkan adegan selingan yang tidak layak dikonsumsi anak-anak ke dalam cerita utamanya, misalnya tentang percintaan,
persaingan yang tidak sehat, perkelahian, atau saling hina dengan menggunakan kata-kata kasar.
Cerita untuk anak pada dasarnya haruslah mengangkat tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di
sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu
mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak-anak. Cerita yang banyak disuguhkan saat ini
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
terkadang terlalu berlebihan dalam menonjolkan khayal yang jauh dari realita kehidupan. Namun dapat ditebak jika anak-anak akan tetap tertarik atau malah
semakin tertarik untuk menontonnya, karena anak-anak dikatakan sangat menyukai dongeng, cerita rakyat, dan bahkan cerita khayalan. Kesan-kesan
tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Namun, pada realitas yang terjadi sehari- hari, anak-anak tidak hanya menunjukkan minatnya terhadap tayangan yang
berkisah tentang cerita-cerita fantasi yang sarat khayal. Anak-anak sekarang sudah turut serta menyaksikan tayangan-tayangan yang bukan ditargetkan untuk mereka.
Anak akan mendapatkan kesan bahwa sesuatu akan lumrah dilakukan jika ada sebab-sebab yang mirip atau serupa dengan apa yang disaksikan di televisi,
tetapi anak juga akan lebih mempertimbangkan ganjaran yang akan diperolehnya setelah itu. Oleh karena itulah, dibutuhkan peran penting bagi orang tua untuk
tidak pernah melewatkan waktunya menemani ataupun memantau anak mereka dalam menonton televisi sedikitpun. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam hal ini, peranan orang tua banyak dilakukan terlebih dari wanita atau Ibunya sendiri.
Seperti pengutaraan beberapa informan, bahwa tayangan televisi yang ada pada saat ini sangat dapat mengganggu imajinasi anak-anak. Mereka akan berpikir
jauh selayaknya orang dewasa bahkan mereka akan berimajinasi diluar jangkauan orang dewasa. Contohnya seperti tayangan yang menggunakan setting dalam
pembuatannya, atau bahkan manusia yang berubah menjadi hewan dan lain sebagainya.
Sikap khawatir dari orang tua memang pasti dialami, termasuk pada para informan mengenai tayangan televisi saat ini yang berdampak negatif bagi anak-
anak. Karena hal-hal yang negatif bisa saja terjadi jika anak-anak menonton tayangan-tayangan tersebut. Kekhawatiran akan dampak negatif tayangan yang
pada dasarnya tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak dapat diminimalisir dengan kesediaan orang tua dalam menunjukkan peranannya sebagai “penerjemah” dan
memberikan perhatian yang lebih bagi anak. Kekhawatiran tersebut sering kali menjadi nyata, ketika para pemirsa televisi seperti ungkapan para informan lebih
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
banyak mengeluhkan dampak negatif yang mungkin terjadi ketimbang memainkan peranannya sebagai penyaring sekaligus pelindung dari tayangan
yang mendapat tuduhan dipenuhi oleh dampak negatif tersebut. KPI berencana menghapuskan beberapa kartun di Indonesia, termasuk
kartun-kartun yang menjadi favorit para informan dalam penelitian ini. Namun mereka telah memiliki caranya masing-masing dalam melakukan tindakan, seperti
yang telah diperjelas sebelumnya. Dalam tingkatan melek media, hampir seluruh informan menanggapinya secara kritis mengenai tayangan-tayangan televisi, isi
yang terkandung dalam media, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan