Universitas Sumatera Utara
6. Saat wawancara, peneliti membawa secarik kertas berisi acuan wawancara
serta telepon seluler sebagai alat perekam, hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kesan kaku yang dapat menimbulkan kegugupan dalam
proses tanya jawab selanjutnya.
4.1.3.1 Informan I
Pada hari pertama peneliti melakukan wawancara, peneliti berkeliling terlebih dahulu untuk memperhatikan orang tua yang sedang duduk menunggu
anaknya mengikuti pelajaran. Peneliti tentu tidak langsung mendapatkan orang tua yang sesuai dengan kriteria untuk menjadi informan, yaitu memiliki anak dengan
tingkat TK di Permata Bangsa ini. Sesekali orang tua yang menunggu juga merupakan orang tua dari anak-anak SD. Terlihat para orang tua yang menunggu
anaknya di sekolah adalah wanita atau ibunya. Lalu pada akhirnya tepat pukul 11.05 WIB, peneliti menemui seorang Ibu yang duduk sendiri di kantin sekolah
padahal suasana kantin terlihat ramai karena bertepatan dengan jam istirahat. Setelah peneliti memperhatikan, ternyata Ibu tersebut sedang sibuk berbicara
dengan anaknya yang berseragam TK. Peneliti pun duduk mendekati Ibu tersebut ketika usai berbicara dengan anaknya, kemudian menyapa beliau dengan hangat
sebagai pembukaan pembicaraan. Sambil mengobrol sambil berkenalan, peneliti bertanya-tanya terlebih dahulu apakah beliau merupakan orang tua dari anak
perempuan yang baru saja menghampirinya tersebut. Beliau mengangguk dan peneliti pun langsung menyatakan maksud dari obrolan tersebut dengan
menunjukkan terlebih dahulu judul dari penelitian ini dan peneliti meminta izin terlebih dahulu untuk merekam pembicaraan mereka melalui telepon selular.
Setelah semua persetujuan tersebut, peneliti sudah dapat berleluasa untuk melakukan wawancara mendalam.
Nama : Winda Syafira Tanjung
TTL : Medan, 31 Desember 1978
Usia :
36 Tahun
Agama :
Islam Pendidikan
: S1
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tempat Tinggal :Jln. Tengku Imam Bonjol no. 52 Binjai
Status :
Menikah Jumlah Anak
: 3 Orang 1 Laki-laki, 2 Perempuan Nama Anak
: Kheysa Azzahra Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga Tanggal Wawancara : 3 Februari 2015
Tempat : Kantin Permata Bangsa Binjai Barat
Pukul :
11.05 WIB
No Hp
: 085695908715
Informan yang pertama kali ditemui ini adalah Ibu Winda. Ibu berparas cantik dan mengenakan jilbab dikepalanya ini tertarik ketika peneliti
menunjukkan judul penelitian ini terlebih dahulu dan peneliti merasa yakin akan memiliki banyak masukan yang berhubungan dengan beberapa pertanyaan yang
dilontarkan. Ibu Winda selaku orang tua dari Kheysa Azzahra yang merupakan murid Taman Kanak-Kanak di Permata Bangsa Binjai ini sangat selektif dan peka
dalam memantau anak perempuannya ini dalam menonton tayangan televisi. Kheysa yang masih berusia 5 tahun ini sangat menyukai kartun Spongebob
Squarepants yang ditayangkan di Global TV. Ibu Winda mengaku selalu menemani anaknya menonton televisi meski hanya menonton kartun sekalipun.
Dalam sehari, Khesya hanya menonton program Spongebob Squarepants favoritnya tersebut hanya berkisar 30 menit hingga paling lama 2 jam, karena Ibu
Winda menyatakan bahwa anak perempuannya ini sudah memiliki kegiatan- kegiatan diluar sekolah seperti les yang berupa les sempoa, piano, dan lain
sebagainya. Kheysa dapat penuh menonton program kartun favoritnya pada hari Minggu ketika ia juga tidak pergi untuk berlibur bersama keluarganya.
“Hari Minggu cuma hari yang full ia menonton televisi, dan cuma boleh kartun. Yaa selagi gak ada acara keluarga, liburan keluarga atau ada
pekerjaan rumah PR, saya masih mengizinkan ia untuk menonton kartun full pada hari Minggu itu.”
Pada keterampilan dalam menonton televisi, Ibu Winda termasuk orang tua yang baik dalam menyaring tayangan-tayanga
n televisi yang ada saat ini. Beliau
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menganggap bahwa saat ini tayangan-tayangan di televisi terlalu banyak yang tidak mendidik, seperti sinetron, informasi mengenai selebriti atau artis-artis di
Indonesia yang secara tidak langsung akan mengajarkan anak-anak untuk berfikir lebih dewasa yang tidak setara dengan usianya. Karena tayangan-tayangan
tersebut banyak yang ditayangkan di jam-jam dimana anak-anak dapat leluasa menonton televisi.
Oleh karena itu, Ibu Winda tidak melewatkan sedikitpun waktu untuk anaknya ketika sedang menonton televisi karena beliau juga menyatakan bahwa
anak-anak sekarang ini dapat dengan mudahnya mengganti channel televisi sesuka hatinya. Ibu Winda juga mengaku paham mengenai simbol-simbol yang
tertera pada televisi yang berupa singkatan seperti BO Bimbingan Orang Tua, R Remaja, SU Semua Umur, dan simbol-simbol lainnya yang menjelaskan
secara tidak langsung segmentasi khalayak yang seharusnya menonton tayangan televisi tersebut. Beliau juga memberikan dukungan yang positif terhadap kartun
favorit anaknya tersebut. “Selagi masih dalam pemantauan saya ketika ia menonton televisi, saya
selalu mengizinkannya menonton kartun tersebut meskipun sudah ada simbol seperti itu”
Peneliti kemudian menanyakan mengenai KPI yang berencana menghapuskan beberapa tayangan kartun di Indonesia, Ibu Winda menjawab
dengan tegas bahwa beliau mengetahui tentang wacana tersebut dan berkomentar kartun favorit anaknya yaitu Spongebob Squarepants yang termasuk salah satu
kartun yang akan dihapuskan sama sekali tidak mengandung kekerasan. Spongebob Squarepants justru mengajarkan tentang persahabatan, tolong-
menolong, dan dihiasi oleh lelucon-lelucon yang menghibur. Namun memang menurut beliau, ada sesekali cuplikan seperti mengejek
teman, berbuat jahil termasuk dalam tayangan kartun Spongebob Squarepants. Tetapi Ibu Winda mengatakan bahwa itu hal yang biasa, tentu anak-anak juga
pernah melakukan hal tersebut kepada teman-temannya namun masih dibatas wajar, dan Kheysa juga paham bahwa hal tersebut bukanlah hal yang baik untuk
dicontoh.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Ibu Winda yang sudah mengetahui sejak lama wacana KPI tersebut ternyata sudah membuat suatu rencana yang mungkin akan dilakukannya jikalau
benar KPI akan menghapus tayangan kartun favorit anaknya tersebut, yaitu dengan memasang televisi berlangganan dirumahnya yang menayangkan khusus
untuk anak-anak seperti Indovision, Oke Vision, Yes TV, dan lain-lain. Ibu Winda yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini juga akan
membiasakan anaknya menonton kartun lain yang masih akan tayang dan tidak ikut dihapus oleh KPI agar menjadi kartun favoritnya yang baru sehingga Kheysa
tidak melulu menonton kartun yang telah dihapus, melainkan juga ingin menonton kartun-kartun lain yang tentunya masih bersifat mendidik. Ibu Winda menyatakan
dengan yakin bahwa kartun-kartun yang ada pada saat ini, tidak akan menciptakan dampak yang berarti dalam tumbuh kembang anaknya selagi kartun tersebut saya
nyatakan baik. Pernyataan baik menurut beliau adalah tidak mengajarkan anak- anak mencuri, memukul, berkata-kata kasar dan lain sebagainya.
“Selama saya menemani Kheysa menonton Spongebob, rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, nak. Namanya juga kartun. Walaupun ada
kartun yang terdapat cuplikan seperti mencuri, kekerasan dan hal negatif lainnya. Tapi untuk kartun Spongebob Squarepants, menurut saya aman
aman aja.”
Kesimpulan Kasus
Berdasarkan kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa Ibu Winda sudah tepat menjadi orang tua yang peduli atas tumbuh kembang anaknya, dilihat dari
keterbukaannya dengan anak perempuannya. Beliau selalu menemani anaknya untuk menonton televisi meski hanya kartun sekalipun, serta memberikan batasan-
batasan waktu tertentu bagi anaknya untuk menonton kartun di televisi yaitu paling lama hanya berkisar 2 jam, dikarenakan juga anak perempuannya yang
masih berusia dibawah umur tersebut sudah terbilang banyak kegiatan diluar maupun didalam sekolah. Ibu Winda mendukung anaknya menonton kartun
favoritnya, beliau menganggap kartun favorit anaknya yaitu Spongebob Squarepants tidak sama sekali mengandung kekerasan, hanya saja sedikit
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menampilkan beberapa cuplikan seperti mengejek teman, berbuat jahil dan lain sebagainya. Namun menurutnya, hal tersebut masih menjadi kebiasaan para
anaknya bersama teman-temannya, meskipun tetap harus diberi nasihat agar perbuatan tersebut masih dibatas wajar.
Ibu Winda memahami betul mengenai simbol-simbol panduan menonton televisi dan beliau merasa tidak khawatir karena anaknya selalu menonton televisi
bersamanya. Menurut beliau, tayangan televisi saat ini banyak yang tidak mendidik, seperti sinetron, acara gosip selebriti dan lain-lain. Beliau menganggap
bahwa kartun sama sekali tidak berbahaya, oleh karena itu beliau sedikit tidak menyetujui wacana KPI yang akan menghapus beberapa tayangan kartun di
Indonesia. Sebagai orang tua, jikalau KPI akan benar-benar merealisasikan wacananya tersebut, beliau akan membiasakan anaknya untuk menonton kartun
lain yang tidak termasuk dalam golongan kartun yang akan dihapuskan. Selain itu, beliau akan memasang televisi berlangganan dirumahnya khusus untuk anak-anak
yang menyajikan kartun-kartun serial untuk anak-anak. Tindakan tersebut cukup efektif agar anak perempuan dari Ibu Winda dapat terus menonton televisi dengan
tayangan kartun. Ibu Winda juga tidak perlu khawatir jika sedang tidak ada waktu untuk menemani anaknya menonton televisi, karena apabila memasang televisi
berlangganan khusus untuk anak-anak, tentu tayangan yang disajikan adalah murni hanya untuk anak-anak. Tidak ada tayangan lain kecuali tayangan yang
ditujukan untuk anak-anak.
4.1.3.2 Informan II