Universitas Sumatera Utara
bergaul dengan teman-temannya yang masih dalam batas wajar diluar sekolah yang sekarang ini dianggap penting.
Namun menurut
beliau, kedisiplinan
yang dilakukan oleh Sir Ghuan tentu nantinya akan menciptakan suatu kedisiplinan pula seiring dengan tumbuh
kembang anak bungsunya tersebut. Tak hanya disiplin dalam menonton televisi, beliau juga menerapkan kedisiplinan dirumahnya dengan membatasi jam-jam
tertentu untuk tidur, menyelesaikan Pekerjaan Rumah PR, bermain dan lain sebagainya. Hal tersebut selayaknya dilakukan kepada para orang tua agar
anaknya dapat terbiasa untuk berperilaku disiplin.
4.1.3.4 Informan IV
Pencarian informan pada wawancara hari kedua hanya berlangsung pada satu informan saja, yaitu Bapak Hendra Sucitra yang akrab disapa Sir Ghuan
dikarenakan waktu melakukan wawancara cukup memakan waktu. Setelah peneliti selesai mewawancarai informan ketiga tersebut, peneliti memilih untuk
pulang karena keadaan sekolah sudah terlihat sepi dan tidak ada aktivitas belajar mengajar lagi.
Peneliti kembali pada keesokan harinya. Mendatangi tempat utama yang menjadi pilihan para orang tua untuk menunggu anaknya, yaitu kantin sekolah.
Peneliti menemui salah seorang Ibu yang sedang duduk bersama Ibu-Ibu yang lain. Beliau adalah Ibu Nurul yang kebetulan juga merupakan orang tua dari
murid TK Permata Bangsa. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, peneliti langsung melakukan pendekatan seperti yang sama dilakukan pada informan-
informan sebelumnya. Nama
: Nurul
Fadhillah TTL
: Medan, 31 Agustus 1975 Usia
: 39
Tahun Agama
: Islam
Pendidikan : SMA
Tempat Tinggal : Kompleks Padang Hijau Binjai km. 13 blok F no.
4a Status
: Menikah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Anak : 2 Orang 1 Laki-laki, 1 Perempuan
Nama Anak : Latifah Fitria
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Wawancara : 5 Februari 2015 Tempat
: Kantin Sekolah Permata Bangsa Pukul
: 11.15
WIB No
Hp :
081397343000
Ibu Nurul ternyata bertempat tinggal sedikit jauh dari Perguruan Permata Bangsa, namun beliau tetap rutin setiap menemani putrinya yang berusia 5 tahun
saat belajar di sekolah. Begitupun dalam menonton televisi dirumah, Ibu Nurul yang sedang mengandung anak ketiganya ini mengaku selalu menemani dan
memantau tontonan televisi anaknya. Sekitar 4 jam dalam satu hari beliau memastikan Latifah paling lama dalam menonton televisi. Tayangan televisi
favoritnya tentu ialah kartun dan melalui pemantauan Ibu Nurul, putrinya menyukai kartun Crayon Sinchan di RCTI. Namun beliau sedikit tidak
menyetujui kartun tersebut menjadi konsumsi putrinya, karena menurutnya pihak televisi yang menayangkan kartun tersebut tidak menyaring terlebih dahulu
beberapa cuplikan-cuplikan yang masih mengandung unsur pornografi. Contohnya seperti Sinchan yang merupakan anak kecil, namun suka menggoda
lawan jenis yang jauh lebih dewasa. “Sinchan itu kan anak kecil, ceritanya juga saya liat lucu-lucunya. Tapi
terkadang kita liat juga sendiri, adegan-adegannya sering kali tidak sopan seperti membuka celana, nakal, menggoda lawan jenis yang lebih tua.
Jadi sebenarnya itu patut jadi perhatian yang berwenang, jika mau menayangkan kartun itu mbok ya cuplikan seperti itu dihapus.”
Jadi, Ibu Nurul tidak menyetujui anaknya menonton Crayon Sinchan. Oleh karena itu, Ibu Nurul menyiasati hal tersebut dengan memasang televisi
berlangganan khusus anak-anak yaitu BIG TV. Semenjak beliau memasang televisi berlangganan tersebut, anak perempuannya kini tidak melulu ingin
menonton serial Crayon Sinchan yang menurutnya lucu tersebut. Namun Latifah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
juga mau menonton kartun lain seperti Upin Ipin yang lebih mendidik, atau kartun Barbie yang banyak memiliki serial.
Menurut Ibu Nurul, kartun dapat menambah kreatifitas anak jika menonton kartun yang benar dan mengajarkan tentang tolong menolong,
memanfaatkan barang, persahabatan yang baik, menuruti orang tua, dan hal-hal positif lainnya. Ibu Nurul mengaku memahami tentang simbol-simbol di televisi
seperti BO, RBO, R dan lain sebagainya. Beliau menyatakan bahwa itulah yang merupakan panduan menonton agar tidak salah dalam menilai tayangan televisi
saat ini. Tetapi beliau tidak begitu khawatir dengan hal tersebut, karena beliau
memasang televisi berlangganan khusus untuk anak-anak. Memasang televisi berlangganan sangat berpengaruh besar disamping maraknya sinetron-sinetron
yang Ibu Nurul anggap sangat tidak mendidik dan akan membuat anak-anak tidak hanya anaknya sendiri untuk berperilaku tidak baik karena terikuti tayangan-
tayangan yang dianggap beliau tidak mendidik tersebut. Ketika peneliti bertanya mengenai KPI yang akan menghapus beberapa
kartun di Indonesia, Ibu Nurul menjawab telah mengetahuinya. Beliau telah membaca wacana tersebut dari berbagai macam berita online yang pada saat ini
sangat dengan mudahnya di akses melalui telepon genggam sendiri. Menanggapi hal tersebut, Ibu Nurul tidak terlalu ambil pusing jika KPI benar-benar
merealisasikan wacananya tersebut karena beliau telah menyiasatinya dengan memasang televisi berlangganan. Beliau pun mengakui bahwa setelah mengetahui
wacana tersebut, memasang televisi berlangganan menjadi solusi yang tepat agar anaknya dapat tetap menonton televisi serial kartun.
“Ya karena alasan itu juga lah saya langsung bertindak dengan memasang televisi berlangganan.”
Kesimpulan Kasus
Sebagai orang tua, Ibu Nurul sangat dapat dikatakan orang tua yang bertanggung jawab dalam mengurus anaknya dan memenuhi segala kebutuhan
anaknya. Termasuk diantaranya mengantar-jemput anak perempuannya ke
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sekolah dan terus menemani hingga waktu pelajaran usai. Padahal, dapat dilihat bahwa jarak tempat tinggalnya menuju Permata Bangsa Binjai sedikit jauh. Sikap
bertanggung jawab juga beliau terapkan dalam memantau anaknya menonton televisi, beliau mengaku selalu memantau dan menemani anaknya menonton
televisi. Keterbukaannya dengan anaknya juga dapat dilihat melalui pengetahuan beliau tentang kartun favorit anaknya, yaitu Crayon Sinchan. Namun, beliau tidak
terlalu mendukung anaknya menonton tayangan kartun tersebut karena dianggap mengandung unsur-unsur pornografi dalam beberapa cuplikannya.
Ibu Nurul terlebih dahulu mengetahui tentang wacana KPI yang akan menghapuskan beberapa tayangan kartun. Agar anaknya dapat terus menonton
kartun, beliau pun kemudian memasang televisi berlangganan khusus anak-anak yang hanya menayangkan kartun-kartun. Semenjak saat itu pula, anak
perempuannya tidak lagi bergantung dengan serial Crayon Sinchan, namun mau menonton kartun lain. Ibu Nurul juga paham mengenai simbol panduan dalam
menonton televisi dan beliau juga tidak merasa khawatir karena televisi berlangganan yang dipasang olehnya tidak ada yang ditujukan selain daripada
anaknya. Beliau telah menyiasatinya dengan sangat baik, berbeda dengan perkiraan peneliti yang berpikir para orangtua yang mengetahui tentang wacana
KPI langsung bertindak. Ibu Nurul dengan Bapak Hendra Sucitra misalnya, mereka yang sudah mengetahui tentang wacana KPI langsung bertindak.
Meskipun telah memasang televisi berlangganan khusus anak-anak, Ibu Nurul tetap memberikan batasan menonton televisi untuk anaknya yaitu sekitar 4 jam
lamanya. Waktu tersebut sudah termasuk efektif untuk anak dibawah umur.
4.1.3.5 Informan V