Struktur Tenaga Pendidik dan Kependidikan Informan Tambahan I

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Struktur Tenaga Pendidik dan Kependidikan

STRUKTUR TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN TK PERMATA BANGSA

4.1.3 Proses Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan penelitian ini yang berjudul peran orang tua dalam membatasi tayangan televisi bagi anak di perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat studi kasus terhadap wacana di hapusnya beberapa tayangan kartun di Indonesia, peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan teknik maupun metode penelitian yang telah dijelaskan pada bab II dan III. Peneliti tentu melakukan observasi terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian, dengan memperhatikan lingkungan sekolah yang masih dipenuhi dengan para orang tua murid yang menunggu dan menemani anak-anaknya selama mengikuti pelajaran. Dalam penentuan memilih informan, peneliti tidak menentukan secara khusus informan yang dapat memberikan informasi yang mencukupi. Hanya saja YAYASAN Drs. Hendra Sucitra KEPALA SEKOLAH PKS May Riszki Trisnawati S.Pd KOMITE Widiyani Hutahuruk S.Pd Guru Kelas Kober Dina Puspita S.Pd Guru Kelas A1 Fauziah Umri S.Pd Lala Elfiani S.Pd Guru Kelas B1 Irawani S.Pd Anggra P. S.Pd Guru Kelas B2 May Riszki S.Pd Nona Lidya S.Pd Dina Puspita S.Pd Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara informan yang dipilih tentu adalah orang tua dari siswa-siswi TK Taman Kanak- Kanak di Yayasan Perguruan Permata Bangsa Binjai Barat. Informan yang didapat oleh peneliti adalah 5 lima orang yang seluruhnya adalah orang tua siswa-siswi TK Permata Bangsa Binjai Barat dan berusia 4-6 tahun. Setelah itu peneliti akan menambahkan informan demi menentukan validitas data informasi yang telah peneliti peroleh dalam penelitian. Oleh karena itu, peneliti tidak menemukan kendala yang berarti selama menjalankan proses wawancara. Adapun tahapan proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Peneliti langsung mendatangi sekolah menemui orang yang berwenang dalam memberikan izin yaitu Bapak Drs. Hendra Sucitra selaku pemilik dari yayasan tempat penelitian. Kemudian Bapak Hendra Sucitra mengarahkan peneliti untuk bertemu dengan orang kepercayaannya yang merupakan kepala sekolah di sekolah tersebut, yaitu Ibu Dina Puspita S.Pd yang akrab disapa Miss Dina. 2. Setelah mendapat persetujuan, peneliti mendatangi Miss Dina yang berada di kantor lokasi penelitian kemudian menyatakan maksud dari penelitian dengan menunjukkan judul penelitian. Setelah beliau paham, peneliti lalu menanyakan waktu yang paling tepat bagi peneliti untuk menemui para orang tua murid TK di sekolah tersebut. 3. Miss Dina menyatakan para orang tua murid kebanyakan berkumpul di kantin sekolah bersama dengan orang tua murid lainnya dan kemudian ketika jam istirahat tiba, anak-anaknya mendatangi orang tua masing- masing sekedar untuk makan dan minum lalu kemudian dengan riang mereka bermain bersama teman-temannya. 4. Peneliti kemudian dengan cekat langsung melakukan pencarian informan pada keesokan harinya yaitu di tanggal 3 Februari dengan mendatangi kantin satu-satunya di sekolah tersebut dan mulai melakukan wawancara mendalam mengenai penelitian ini. 5. Peneliti melakukan wawancara sambil mengobrol, melakukan pendekatan dengan orang tua murid TK, sambil memberikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 6. Saat wawancara, peneliti membawa secarik kertas berisi acuan wawancara serta telepon seluler sebagai alat perekam, hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kesan kaku yang dapat menimbulkan kegugupan dalam proses tanya jawab selanjutnya.

4.1.3.1 Informan I

Pada hari pertama peneliti melakukan wawancara, peneliti berkeliling terlebih dahulu untuk memperhatikan orang tua yang sedang duduk menunggu anaknya mengikuti pelajaran. Peneliti tentu tidak langsung mendapatkan orang tua yang sesuai dengan kriteria untuk menjadi informan, yaitu memiliki anak dengan tingkat TK di Permata Bangsa ini. Sesekali orang tua yang menunggu juga merupakan orang tua dari anak-anak SD. Terlihat para orang tua yang menunggu anaknya di sekolah adalah wanita atau ibunya. Lalu pada akhirnya tepat pukul 11.05 WIB, peneliti menemui seorang Ibu yang duduk sendiri di kantin sekolah padahal suasana kantin terlihat ramai karena bertepatan dengan jam istirahat. Setelah peneliti memperhatikan, ternyata Ibu tersebut sedang sibuk berbicara dengan anaknya yang berseragam TK. Peneliti pun duduk mendekati Ibu tersebut ketika usai berbicara dengan anaknya, kemudian menyapa beliau dengan hangat sebagai pembukaan pembicaraan. Sambil mengobrol sambil berkenalan, peneliti bertanya-tanya terlebih dahulu apakah beliau merupakan orang tua dari anak perempuan yang baru saja menghampirinya tersebut. Beliau mengangguk dan peneliti pun langsung menyatakan maksud dari obrolan tersebut dengan menunjukkan terlebih dahulu judul dari penelitian ini dan peneliti meminta izin terlebih dahulu untuk merekam pembicaraan mereka melalui telepon selular. Setelah semua persetujuan tersebut, peneliti sudah dapat berleluasa untuk melakukan wawancara mendalam. Nama : Winda Syafira Tanjung TTL : Medan, 31 Desember 1978 Usia : 36 Tahun Agama : Islam Pendidikan : S1 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tempat Tinggal :Jln. Tengku Imam Bonjol no. 52 Binjai Status : Menikah Jumlah Anak : 3 Orang 1 Laki-laki, 2 Perempuan Nama Anak : Kheysa Azzahra Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tanggal Wawancara : 3 Februari 2015 Tempat : Kantin Permata Bangsa Binjai Barat Pukul : 11.05 WIB No Hp : 085695908715 Informan yang pertama kali ditemui ini adalah Ibu Winda. Ibu berparas cantik dan mengenakan jilbab dikepalanya ini tertarik ketika peneliti menunjukkan judul penelitian ini terlebih dahulu dan peneliti merasa yakin akan memiliki banyak masukan yang berhubungan dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan. Ibu Winda selaku orang tua dari Kheysa Azzahra yang merupakan murid Taman Kanak-Kanak di Permata Bangsa Binjai ini sangat selektif dan peka dalam memantau anak perempuannya ini dalam menonton tayangan televisi. Kheysa yang masih berusia 5 tahun ini sangat menyukai kartun Spongebob Squarepants yang ditayangkan di Global TV. Ibu Winda mengaku selalu menemani anaknya menonton televisi meski hanya menonton kartun sekalipun. Dalam sehari, Khesya hanya menonton program Spongebob Squarepants favoritnya tersebut hanya berkisar 30 menit hingga paling lama 2 jam, karena Ibu Winda menyatakan bahwa anak perempuannya ini sudah memiliki kegiatan- kegiatan diluar sekolah seperti les yang berupa les sempoa, piano, dan lain sebagainya. Kheysa dapat penuh menonton program kartun favoritnya pada hari Minggu ketika ia juga tidak pergi untuk berlibur bersama keluarganya. “Hari Minggu cuma hari yang full ia menonton televisi, dan cuma boleh kartun. Yaa selagi gak ada acara keluarga, liburan keluarga atau ada pekerjaan rumah PR, saya masih mengizinkan ia untuk menonton kartun full pada hari Minggu itu.” Pada keterampilan dalam menonton televisi, Ibu Winda termasuk orang tua yang baik dalam menyaring tayangan-tayanga n televisi yang ada saat ini. Beliau Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara menganggap bahwa saat ini tayangan-tayangan di televisi terlalu banyak yang tidak mendidik, seperti sinetron, informasi mengenai selebriti atau artis-artis di Indonesia yang secara tidak langsung akan mengajarkan anak-anak untuk berfikir lebih dewasa yang tidak setara dengan usianya. Karena tayangan-tayangan tersebut banyak yang ditayangkan di jam-jam dimana anak-anak dapat leluasa menonton televisi. Oleh karena itu, Ibu Winda tidak melewatkan sedikitpun waktu untuk anaknya ketika sedang menonton televisi karena beliau juga menyatakan bahwa anak-anak sekarang ini dapat dengan mudahnya mengganti channel televisi sesuka hatinya. Ibu Winda juga mengaku paham mengenai simbol-simbol yang tertera pada televisi yang berupa singkatan seperti BO Bimbingan Orang Tua, R Remaja, SU Semua Umur, dan simbol-simbol lainnya yang menjelaskan secara tidak langsung segmentasi khalayak yang seharusnya menonton tayangan televisi tersebut. Beliau juga memberikan dukungan yang positif terhadap kartun favorit anaknya tersebut. “Selagi masih dalam pemantauan saya ketika ia menonton televisi, saya selalu mengizinkannya menonton kartun tersebut meskipun sudah ada simbol seperti itu” Peneliti kemudian menanyakan mengenai KPI yang berencana menghapuskan beberapa tayangan kartun di Indonesia, Ibu Winda menjawab dengan tegas bahwa beliau mengetahui tentang wacana tersebut dan berkomentar kartun favorit anaknya yaitu Spongebob Squarepants yang termasuk salah satu kartun yang akan dihapuskan sama sekali tidak mengandung kekerasan. Spongebob Squarepants justru mengajarkan tentang persahabatan, tolong- menolong, dan dihiasi oleh lelucon-lelucon yang menghibur. Namun memang menurut beliau, ada sesekali cuplikan seperti mengejek teman, berbuat jahil termasuk dalam tayangan kartun Spongebob Squarepants. Tetapi Ibu Winda mengatakan bahwa itu hal yang biasa, tentu anak-anak juga pernah melakukan hal tersebut kepada teman-temannya namun masih dibatas wajar, dan Kheysa juga paham bahwa hal tersebut bukanlah hal yang baik untuk dicontoh. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Ibu Winda yang sudah mengetahui sejak lama wacana KPI tersebut ternyata sudah membuat suatu rencana yang mungkin akan dilakukannya jikalau benar KPI akan menghapus tayangan kartun favorit anaknya tersebut, yaitu dengan memasang televisi berlangganan dirumahnya yang menayangkan khusus untuk anak-anak seperti Indovision, Oke Vision, Yes TV, dan lain-lain. Ibu Winda yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini juga akan membiasakan anaknya menonton kartun lain yang masih akan tayang dan tidak ikut dihapus oleh KPI agar menjadi kartun favoritnya yang baru sehingga Kheysa tidak melulu menonton kartun yang telah dihapus, melainkan juga ingin menonton kartun-kartun lain yang tentunya masih bersifat mendidik. Ibu Winda menyatakan dengan yakin bahwa kartun-kartun yang ada pada saat ini, tidak akan menciptakan dampak yang berarti dalam tumbuh kembang anaknya selagi kartun tersebut saya nyatakan baik. Pernyataan baik menurut beliau adalah tidak mengajarkan anak- anak mencuri, memukul, berkata-kata kasar dan lain sebagainya. “Selama saya menemani Kheysa menonton Spongebob, rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, nak. Namanya juga kartun. Walaupun ada kartun yang terdapat cuplikan seperti mencuri, kekerasan dan hal negatif lainnya. Tapi untuk kartun Spongebob Squarepants, menurut saya aman aman aja.” Kesimpulan Kasus Berdasarkan kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa Ibu Winda sudah tepat menjadi orang tua yang peduli atas tumbuh kembang anaknya, dilihat dari keterbukaannya dengan anak perempuannya. Beliau selalu menemani anaknya untuk menonton televisi meski hanya kartun sekalipun, serta memberikan batasan- batasan waktu tertentu bagi anaknya untuk menonton kartun di televisi yaitu paling lama hanya berkisar 2 jam, dikarenakan juga anak perempuannya yang masih berusia dibawah umur tersebut sudah terbilang banyak kegiatan diluar maupun didalam sekolah. Ibu Winda mendukung anaknya menonton kartun favoritnya, beliau menganggap kartun favorit anaknya yaitu Spongebob Squarepants tidak sama sekali mengandung kekerasan, hanya saja sedikit Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara menampilkan beberapa cuplikan seperti mengejek teman, berbuat jahil dan lain sebagainya. Namun menurutnya, hal tersebut masih menjadi kebiasaan para anaknya bersama teman-temannya, meskipun tetap harus diberi nasihat agar perbuatan tersebut masih dibatas wajar. Ibu Winda memahami betul mengenai simbol-simbol panduan menonton televisi dan beliau merasa tidak khawatir karena anaknya selalu menonton televisi bersamanya. Menurut beliau, tayangan televisi saat ini banyak yang tidak mendidik, seperti sinetron, acara gosip selebriti dan lain-lain. Beliau menganggap bahwa kartun sama sekali tidak berbahaya, oleh karena itu beliau sedikit tidak menyetujui wacana KPI yang akan menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia. Sebagai orang tua, jikalau KPI akan benar-benar merealisasikan wacananya tersebut, beliau akan membiasakan anaknya untuk menonton kartun lain yang tidak termasuk dalam golongan kartun yang akan dihapuskan. Selain itu, beliau akan memasang televisi berlangganan dirumahnya khusus untuk anak-anak yang menyajikan kartun-kartun serial untuk anak-anak. Tindakan tersebut cukup efektif agar anak perempuan dari Ibu Winda dapat terus menonton televisi dengan tayangan kartun. Ibu Winda juga tidak perlu khawatir jika sedang tidak ada waktu untuk menemani anaknya menonton televisi, karena apabila memasang televisi berlangganan khusus untuk anak-anak, tentu tayangan yang disajikan adalah murni hanya untuk anak-anak. Tidak ada tayangan lain kecuali tayangan yang ditujukan untuk anak-anak.

4.1.3.2 Informan II

Setelah selesai mengobrol dengan informan pertama, di hari yang sama peneliti kembali melakukan pencarian. Pencarian informan selanjutnya tidak terlalu sulit karena ketika waktu istirahat sebelumnya, peneliti sudah memperhatikan orang tua yang duduk di kantin sekolah yang ditemui oleh anak TK. Saat mengobrol dengan informan pertama, peneliti sedikit memperhatikan seorang Ibu yang sedang menyuapi makan anaknya yang mengenakan seragam kotak-kotak berwarna kuning yang menandakan anak tersebut adalah anak TK di sekolah tersebut. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk peneliti melanjutkan wawancara dengan informan selanjutnya dengan mendatangi Ibu yang telah jauh diperhatikan sebelumnya. Tidak berbeda dengan prosedur pertama, peneliti terlebih dahulu mengenalkan diri sambil menunjukkan judul penelitian. Kemudian peneliti mengajak beliau mengobrol lalu mengarah ke wawancara mendalam setelah mendapat persetujuan untuk merekam pembicaraan tersebut. Nama : Sri Bulanna TTL : Binjai, 23 Maret 1982 Usia : 32 Tahun Agama : Islam Pendidikan : SMA Tempat Tinggal :Jln. Tanjung Keriahen no. 254 Binjai Status : Menikah Jumlah Anak : 2 Orang 2 Orang Laki-laki Nama Anak : Alvino Akbar Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal Wawancara : 3 Februari 2015 Tempat : Kantin Permata Bangsa Binjai Barat Pukul : 11.50 WIB No Hp : 085270029383 Bunda dari Alvino Akbar murid Taman Kanak-Kanak kelas B di Perguruan Permata Bangsa ini menyatakan kepada peneliti bahwa beliau tidak selalu memantau anak laki-lakinya tersebut ketika sedang menonton televisi di karenakan beliau sedikit sibuk diluar rumah dengan pekerjaannya dan Alvino lebih sering dijaga oleh Bibinya atau pembantu rumah tangganya. Namun anak laki-laki yang akrab disapa Vino dirumahnya ini merupakan anak yang penurut dan tidak pernah melawan orang tuanya. Menurut Ibu Sri, Vino sangat menyukai banyak tayangan kartun namun lebih sering menonton Tom Jerry yang tayang di MNC Group. Beliau juga menyatakan bahwa anaknya itu sangat menyukai kartun tersebut karena ia sangat menyukai pula hewan terutama kucing. Vino menonton Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tayangan kartun di televisi hanya dibatasi paling lama hanya 4 jam dan tentunya konsumsinya hanya kartun saja. Vino tidak selalu menonton Tom Jerry, ia juga menyukai beberapa kartun seperti Upin Ipin, Bobo Boy, dan lain sebagainya yang dapat ditontonnya ketika selesai menonton kartun kucing dan tikus tersebut. “Vino itu suka kali sama kucing, jadi dia saya liat suka kali juga sama kartun Tom Jerry. Tapi nggak juga sih, dia masih mau nonton kartun lain kayak Boboy Boy itu, Upin Ipin pun dia suka. Saya dukung aja kartun-kartun itu sih, gak berbahaya kok menurut saya. Sesekali saya menemani dia nonton dulu, kalo gak berbahaya ya udah, saya lepas dia nonton sendiri. Kan kartun itu gak kayak sinetron-sinetron sekarang yang buat anak-anak berimajinasi berlebihan” Ibu Sri mendukung penuh kartun-kartun yang menurutnya dapat mendidik untuk menjadi konsumsi bagi anak-anak dibawah umur karena beliau juga pernah ikut menonton kartun-kartun yang ditonton oleh anaknya terlebih dahulu dan memahami isi cerita kartun tersebut. Menurutnya, yang penting tayangan kartun itu tidak mengajarkan anak-anak untuk berimajinasi yang berlebihan dan berfikiran dewasa sebelum waktunya seperti beberapa tayangan-tayangan televisi saat ini yang beliau anggap sama sekali tidak memberikan pelajaran yang positif untuk anak-anak. Mungkin memang tayangan tersebut bukan dikhususkan untuk anak-anak, namun anak-anak dengan mudahnya menonton tayangan tersebut diluar sepengetahuan orang tuanya. Tetapi baginya tidak untuk Vino, Vino lebih mudah dinasehati dengan kalimat-kalimat yang mudah dicernanya, dengan lemah lembut yang dapat membuatnya paham dan menuruti perkataan orang tuanya. Ibu Sri Bulanna yang memiliki 2 anak tersebut mengaku paham mengenai simbol-simbol yang tertera di setiap tayangan televisi seperti BO, R, SU, RBO, dan lain sebagainya. Mengenai hal tersebut juga Ibu Sri Bulanna sudah pernah menasehati anak laki-lakinya tersebut bahwa itu bukanlah tayangan untuknya dan tidak boleh menontonnya melalui perkataan yang lembut namun sedikit memberikan gimmick demi kebaikan anaknya. Menurutnya pula, tayangan yang berlambangkan BO, R, SU dan RBO tersebut banyak yang tayang pada malam hari ketika anaknya sudah tidak lagi menonton televisi dan harus tidur. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “Vino itu anak yang mudah di nasehati, menurut saya karena sekolah disini dia jadi anak yang penurut. Kalau kedapatan simbol yang bukan untuknya tapi dia gak sengaja nonton tayangan itu, saya pasti kasih tau. Saya pasti nasehati sebelumnya kalau itu bukan untuknya, kadang sedikit saya beri gimmick seperti tayangan itu banyak hantunya, nak. Dengan gitu, Vino langsung menurut. Lagian Vino itu tidak terlalu banyak punya kesempatan nonton tayangan yang bersimbol seperti itu, jam 8 paling tidak dia udah tidur. Jadi saya gak perlu khawatir.” Ibu Sri Bulanna pun menyatakan bahwa beliau belum mengetahui tentang rencana KPI yang akan menghapuskan beberapa tayangan kartun di Indonesia. Menanggapi kartun favorit anaknya akan ikut dihapus, beliau merasa KPI patut memperhatikan lagi jika memang Tom Jerry mengandung kekerasan terhadap hewan. Tidak seharusnya KPI menghapuskan kartunnya, tapi boleh menghapus cuplikan-cuplikannya yang dianggap mengandung kekerasan tersebut. Meskipun tidak semua kartun yang sering menjadi konsumsi anaknya ikut dihapus, sebagai orang tua Ibu Sri Bulanna kini harus lebih sering meluangkan waktunya untuk ikut serta menemani dan memantau anaknya dalam menonton televisi. Hal tersebut dilakukan agar nantinya ketika tayangan televisi yang tidak seharusnya ditonton malah menjadi konsumsi Vino. Setelah itu, beliau akan menasehati kembali mengenai tayangan tersebut jangan sampai ditonton karena tidak akan baik baginya. Barulah ketika Vino paham dan menuruti perkataan orang tuanya, Ibu Sri Bulanna dapat melepaskan ia kembali ketika menonton televisi. Selain itu, Bunda dari Vino ini menyatakan akan memperbanyak DVD atau VCD kartun-kartun termasuk kartun favoritnya untuk menyiasati jikalau kartun telah dihapus oleh KPI. Ketika anaknya menonton televisi, sebelumnya sudah disediakan dan dinyalakan DVD atau VCD kartun tersebut untuk siap ditontonnya. Hal tersebut juga diajarkan beliau kepada pembantu rumah tangganya yang menjadi orang tua kedua setelah beliau ketika beliau tidak bisa mengurus anak bungsunya itu. Kesimpulan Kasus Sebagai orang tua, Ibu Sri Bulanna tidak terlalu peduli dan tidak ambil pusing dengan anaknya, berbeda seperti Ibu Winda yang kerap kali menemani anaknya ketika menonton televisi. Ibu Sri Bulanna lebih sering menyerahkan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pengasuhan anaknya kepada pembantu rumah tangganya dirumah, dikarenakan Ibu Sri Bulanna sibuk dengan pekerjaannya diluar rumah. Namun Ibu Sri Bulanna tidak merasa khawatir dengan tontonan televisi anaknya ketika dirumah, beliau sudah terlebih dahulu mengajarkan pembantu rumah tangganya untuk selalu membatasi tayangan televisi anaknya, hanya sekitar paling lama 4 jam Vino boleh menonton televisi dalam sehari. Itu merupakan waktu yang cukup efektif. Menurut beliau, anaknya Vino adalah anak yang penurut dan mudah dinasehati, oleh sebab itu pulalah Ibu Sri Bulanna tidak mengkhawatirkan anaknya menonton tayangan yang tidak baik. Beliau mengaku menemani anaknya menonton televisi terlebih dahulu sekedar untuk menyaring tontonan Vino agar ia tidak menonton sinetron, atau tayangan-tayangan untuk dewasa lainnya yang dianggap beliau sama sekali tidak mendidik tersebut. Setelah menyaring tayangan televisi Vino, menasehati tayangan yang bersimbol R, RBO, BO dan D, bukanlah untuk anak seusianya. Dengan memberikan gimmick yang dianggap beliau sangat ampuh agar anaknya menurutinya. Hal tersebut tidak masalah untuk dilakukan, karena untuk kebaikan anaknya. Ibu Sri Bulanna juga menyatakan bahwa Vino sudah tidur di jam 8. Jam tersebut adalah jam yang ditentukan dengan tepat bagi anak dibawah umur seperti Vino. Oleh karena itu, ia tidak memiliki kesempatan lagi untuk menonton tayangan yang bersimbol bukan untuknya. Mengenai KPI, Ibu Sri Bulanna mengaku tidak mengetahui tentang wacana tersebut, beliau berkomentar jikalau KPI benar-benar ingin menghapus beberapa kartun termasuk kartun favorit anaknya tersebut yaitu Tom Jerry, lebih baik menghapus cuplikan-cuplikannya saja yang menurut KPI mengandung kekerasan tersebut. Beliau juga akan menyiasati hal tersebut dengan memperbanyak DVD atau VCD sebagai pengganti tontonan televisinya dirumah, agar ia tidak menonton tayangan-tayangan lain. Hal tersebut juga akan diajarkan terlebih dahulu kepada pembantu rumah tangganya untuk bertindak sama seperti beliau jika beliau tidak berada dirumah. Tindakan tersebut termasuk tindakan efektif yang dilakukan untuk orang tua yang memiliki banyak pekerjaan diluar rumah. Secara tidak langsung, Ibu Sri Bulanna juga terus mengikuti perkembangan anaknya dalam menonton televisi seperti menemaninya terlebih dahulu sekedar untuk memahami tayangan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara favoritnya. Setelah beliau memastikan bahwa tayangan tersebut tidak berbahaya, beliau lalu melepaskan anaknya menonton televisi tanpa pantauan kembali darinya. Ibu Sri Bulanna memiliki hak untuk memantau bagaimana pembantu rumah tangganya merawat anak laki-lakinya tersebut, apakah pembantu rumah tangganya telah bertindak hal yang sama dengan Ibu Sri Bulanna atau tidak.

4.1.3.3 Informan III

Peneliti menjadikan Ibu Sri Bulanna sebagai informan kedua menjadi informan terakhir pada hari itu. Karena keterbatasan waktu dan selama melakukan wawancara, peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama namun bersifat santai sehingga sudah waktunya anak-anak TK menemui para orang tuanya dan pulang kerumah. Pencarian informan selanjutnya adalah keesokan harinya, peneliti tiba di sekolah pada pukul 11.35 WIB. Namun ketika peneliti duduk di kantin yang merupakan tempat dimana para orang tua siswa-siswi Permata Bangsa menunggu anak-anaknya, peneliti tidak banyak menemukan orang tua yang menunggu anaknya tidak seperti biasanya, hanya ramai diisi oleh penjaga kantin dan guru- guru. Cuaca pada hari itu memang sedang tidak mendukung, hujan baru saja mengguyur sekolah itu. Menurut penjaga sekolah, orang tua yang datang menjemput anak-anaknya hanya menunggu di mobil hingga anaknya keluar kelas. Setelah berkeliling sambil menunggu, peneliti ternyata mendapati seorang pria yang tengah berdiri di depan kelas anak-anak SD. Pria tersebut tidak lain adalah pemilik yayasan tersebut. Suatu kehormatan tersendiri bagi peneliti untuk bertemu dengan pemilik yayasan itu yang kebetulan sedang memantau yayasan miliknya. Beliau adalah Bapak Hendra Sucitra yang akrab disapa Sir Ghuan di Perguruan Permata Bangsa ini bukanlah seorang yang asing bagi guru-guru, orang tua murid, dan siswa-siswi Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Dasar. Sir Ghuan merupakan pemilik dari Yayasan Perguruan Permata Bangsa tersebut. Anaknya yang berusia 4 tahun juga merupakan murid dari sekolah miliknya di kelas TK A. Peneliti pun tertarik untuk menjadikan Sir Ghuan sebagai salah satu informan, karena peneliti yakin akan mendapatkan informasi yang baik dan kritis dalam menanggapi penelitian yang dilakukan. Salah satu kehormatan bagi peneliti Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara bisa bertemu langsung Sir Ghuan yang kebetulan mendatangi yayasan miliknya tersebut. Dengan tidak membuang waktu yang lama, peneliti langsung mendatangi pria yang akrab disapa Sir Ghuan tersebut dan menyatakan maksud dari peneliti yaitu ingin mewawancara beliau dan menjadikannya sebagai salah satu informan. Tidak lupa peneliti meminta izin terlebih dahulu ingin merekam pembicaraan mereka. Nama : Hendra Sucitra TTL : Bekasi, 21 Januari 1969 Usia : 46 Tahun Agama : Buddha Pendidikan : S2 Tempat Tinggal : Kompleks Taman Binjai Indah blok D no. 89 Status : Menikah Jumlah Anak : 5 Orang 3 Laki-laki, 2 Perempuan Nama Anak : Chintya Faradita Pekerjaan : WiraswastaKepala Sekolah Tanggal Wawancara : 4 Februari 2015 Tempat : Kantor Kepala Sekolah Permata Bangsa Pukul : 13.05 WIB No Hp : 08126016755 Sir Ghuan sangat sensitif jika ditanya soal tayangan televisi yang ada pada saat ini. Terutama sinetron-sinetron, reality show dan program-program lain yang bukan mendidik anak-anak malah justru dapat merusak imajinasinya. “Ketika yang tidak mungkin dapat terjadi malah bisa terjadi padahal dibuat melalui setting dan efek-efek aja, tak ada yang real. Itu kan tak dapat dijangkau pemikirannya oleh anak-anak. Masa ada manusia berubah jadi binatang, masa ada tuyul-tuyul bertingkah lucu” Tayangan-tayangan tidak mendidik tersebut justru tayang pada jam-jam dimana anak dapat dengan mudahnya menonton televisi. Sir Ghuan hanya mengajukan tayangan kartun saja untuk konsumsi anak bungsunya tersebut. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Menurut pemantauannya, Chintya sangat menyukai kartun Spongebob Squarepants karena beliau cukup sering memperhatikan anaknya menonton kartun tersebut dan malah suka dengan tokoh kartun itu yang terlihat dari kebiasaannya membeli barang-barang seperti tas, kotak pensil, dan peralatan tulis lainnya yang bergambarkan tokoh kartun yang berwarna kuning tersebut. Sir Ghuan menyetujui dan mendukung anaknya menonton kartun itu, karena menurutnya hanya bercerita tentang cerita-cerita sederhana yang berbalut lelucon sehingga tidak membahayakan bagi anaknya. Sir Ghuan juga tidak jarang menemani anak perempuannya menonton kartun tersebut, baik itu melalui televisi ataupun smartphone milik beliau. Pemilik yayasan ini juga mengatakan bahwa beliau memahami betul mengenai simbol-simbol di televisi yang merupakan panduan dalam menonton, untuk siapa tayangan tersebut ditujukan, yaitu BO, RBO, R dan lain sebagainya. Namun menurutnya pula, tidak semua tayangan televisi memberikan simbol demikian padahal tayangan tersebut perlu diberi petunjuk melalui simbol tersebut. Beliau mencontohkan sinetron Tuyul di salah satu stasiun televisi. Sinetron tersebut juga termasuk tayangan yang tidak mendidik menurut beliau. Karena menurutnya, anak-anak akan berimajinasi berlebihan. Ketika peneliti bertanya mengenai wacana KPI yang ingin menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia, Sir Ghuan dengan cepat menjawab tahu. Beliau telah lama membaca wacana yang sama seperti sepengetahuan peneliti dari website resmi KPI. Semenjak mengetahui wacana tersebut, Sir Ghuan sebagai orang tua tidak tinggal diam menyikapinya. Beliau lalu menyediakan ruang menonton televisi dirumahnya untuk anak perempuannya agar dapat bebas menonton televisi dengan channel yang hanya dapat diubah-ubah oleh beliau sendiri dikamar beliau dengan istrinya. “TV dirumah saya hanya ada 3, di kamar saya dan istri, di kamar anak sulung saya dan di ruang televisi. Jadi tiap kali nonton tv, anak-anak saya yang lain yang masih kecil-kecil itu nonton tv nya ya disitu. Tapi, yang membedakan itu channel nya hanya saya dan istri yang bisa menggantinya. Alias saya paralel kan tv itu ke kamar saya. Itu ya supaya anak-anak saya tidak menonton yang aneh-aneh, terutama Chintya anak bungsu saya.” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Mengenai wacana KPI yang telah diketahuinya sejak lama tersebut, Sir Ghuan menyatakan bahwa bukan kartun yang selayaknya dihapus, itu merupakan konsumsi anak-anak dibawah umur seperti anaknya. Meski hanya beberapa, setidaknya anak-anak kehilangan serial favoritnya. Oleh karena itulah beliau betul-betul menyaring tontonan televisi anaknya dengan memparalelkan televisi di ruang televisi dengan kamarnya. Beliau melakukan juga dikarenakan beliau sangat tidak ingin anaknya sudah berimajinasi yang tidak sewajarnya pada usianya yang masih sangat dibawah umur. Tindakan lain yang menurut beliau efektif untuk terbatasnya tayangan televisi anak yaitu dengan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak. Beliau juga mengharuskan putrinya tersebut untuk tidur di jam 8 malam karena Sir Ghuan adalah seorang kepala sekolah yang mencintai kedisiplinan. Sangat terlihat dari kebiasaan-kebiasaan beliau dalam mendidik anak-anaknya. Kesimpulan Kasus Sir Ghuan telah berlaku benar sebagai orang tua karena telah bertindak disiplin pada anak-anaknya. Begitupun ketika menonton televisi, beliau sangat sensitif ketika ditanya soal tayangan televisi yang ada saat ini, tidak jauh berbeda dengan informan lainnya bahwa beliau sangat tidak menyetujui tayangan- tayangan yang tidak masuk akal untuk dicerna terutama pada anak dibawah umur. Sir Ghuan adalah orang tua yang cukup peka dan perhatian akan segala macam isu-isu yang berkembang dalam masyarakat, termasuk diantaranya wacana KPI yang menjadi acuan dalam penelitian ini. Sehingga setelah mengetahui tentang wacana tersebut, beliau tidak tinggal diam dan menjadi orang tua yang lebih selektif dan disiplin lagi bagi anak-anaknya dengan memasang channel televisi yang paralel langsung ke kamarnya, atau dengan memasang televisi berlangganan sama seperti Ibu Winda. Sir Ghuan dianggap kritis menanggapi segala pertanyaan yang diajukan, beliau nampak antusias mendengar pertanyaan-pertanyaan mengenai televisi, wacana KPI dan lain sebagainya. Upayanya dalam menyaring tontonan televisi untuk anaknya terbilang sangat terlalu disiplin namun lebih dibutuhkan lagi kesenggangan terhadap upayanya tersebut agar sang anak nantinya tidak mengerti Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara bergaul dengan teman-temannya yang masih dalam batas wajar diluar sekolah yang sekarang ini dianggap penting. Namun menurut beliau, kedisiplinan yang dilakukan oleh Sir Ghuan tentu nantinya akan menciptakan suatu kedisiplinan pula seiring dengan tumbuh kembang anak bungsunya tersebut. Tak hanya disiplin dalam menonton televisi, beliau juga menerapkan kedisiplinan dirumahnya dengan membatasi jam-jam tertentu untuk tidur, menyelesaikan Pekerjaan Rumah PR, bermain dan lain sebagainya. Hal tersebut selayaknya dilakukan kepada para orang tua agar anaknya dapat terbiasa untuk berperilaku disiplin.

4.1.3.4 Informan IV

Pencarian informan pada wawancara hari kedua hanya berlangsung pada satu informan saja, yaitu Bapak Hendra Sucitra yang akrab disapa Sir Ghuan dikarenakan waktu melakukan wawancara cukup memakan waktu. Setelah peneliti selesai mewawancarai informan ketiga tersebut, peneliti memilih untuk pulang karena keadaan sekolah sudah terlihat sepi dan tidak ada aktivitas belajar mengajar lagi. Peneliti kembali pada keesokan harinya. Mendatangi tempat utama yang menjadi pilihan para orang tua untuk menunggu anaknya, yaitu kantin sekolah. Peneliti menemui salah seorang Ibu yang sedang duduk bersama Ibu-Ibu yang lain. Beliau adalah Ibu Nurul yang kebetulan juga merupakan orang tua dari murid TK Permata Bangsa. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, peneliti langsung melakukan pendekatan seperti yang sama dilakukan pada informan- informan sebelumnya. Nama : Nurul Fadhillah TTL : Medan, 31 Agustus 1975 Usia : 39 Tahun Agama : Islam Pendidikan : SMA Tempat Tinggal : Kompleks Padang Hijau Binjai km. 13 blok F no. 4a Status : Menikah Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Jumlah Anak : 2 Orang 1 Laki-laki, 1 Perempuan Nama Anak : Latifah Fitria Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal Wawancara : 5 Februari 2015 Tempat : Kantin Sekolah Permata Bangsa Pukul : 11.15 WIB No Hp : 081397343000 Ibu Nurul ternyata bertempat tinggal sedikit jauh dari Perguruan Permata Bangsa, namun beliau tetap rutin setiap menemani putrinya yang berusia 5 tahun saat belajar di sekolah. Begitupun dalam menonton televisi dirumah, Ibu Nurul yang sedang mengandung anak ketiganya ini mengaku selalu menemani dan memantau tontonan televisi anaknya. Sekitar 4 jam dalam satu hari beliau memastikan Latifah paling lama dalam menonton televisi. Tayangan televisi favoritnya tentu ialah kartun dan melalui pemantauan Ibu Nurul, putrinya menyukai kartun Crayon Sinchan di RCTI. Namun beliau sedikit tidak menyetujui kartun tersebut menjadi konsumsi putrinya, karena menurutnya pihak televisi yang menayangkan kartun tersebut tidak menyaring terlebih dahulu beberapa cuplikan-cuplikan yang masih mengandung unsur pornografi. Contohnya seperti Sinchan yang merupakan anak kecil, namun suka menggoda lawan jenis yang jauh lebih dewasa. “Sinchan itu kan anak kecil, ceritanya juga saya liat lucu-lucunya. Tapi terkadang kita liat juga sendiri, adegan-adegannya sering kali tidak sopan seperti membuka celana, nakal, menggoda lawan jenis yang lebih tua. Jadi sebenarnya itu patut jadi perhatian yang berwenang, jika mau menayangkan kartun itu mbok ya cuplikan seperti itu dihapus.” Jadi, Ibu Nurul tidak menyetujui anaknya menonton Crayon Sinchan. Oleh karena itu, Ibu Nurul menyiasati hal tersebut dengan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak yaitu BIG TV. Semenjak beliau memasang televisi berlangganan tersebut, anak perempuannya kini tidak melulu ingin menonton serial Crayon Sinchan yang menurutnya lucu tersebut. Namun Latifah Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara juga mau menonton kartun lain seperti Upin Ipin yang lebih mendidik, atau kartun Barbie yang banyak memiliki serial. Menurut Ibu Nurul, kartun dapat menambah kreatifitas anak jika menonton kartun yang benar dan mengajarkan tentang tolong menolong, memanfaatkan barang, persahabatan yang baik, menuruti orang tua, dan hal-hal positif lainnya. Ibu Nurul mengaku memahami tentang simbol-simbol di televisi seperti BO, RBO, R dan lain sebagainya. Beliau menyatakan bahwa itulah yang merupakan panduan menonton agar tidak salah dalam menilai tayangan televisi saat ini. Tetapi beliau tidak begitu khawatir dengan hal tersebut, karena beliau memasang televisi berlangganan khusus untuk anak-anak. Memasang televisi berlangganan sangat berpengaruh besar disamping maraknya sinetron-sinetron yang Ibu Nurul anggap sangat tidak mendidik dan akan membuat anak-anak tidak hanya anaknya sendiri untuk berperilaku tidak baik karena terikuti tayangan- tayangan yang dianggap beliau tidak mendidik tersebut. Ketika peneliti bertanya mengenai KPI yang akan menghapus beberapa kartun di Indonesia, Ibu Nurul menjawab telah mengetahuinya. Beliau telah membaca wacana tersebut dari berbagai macam berita online yang pada saat ini sangat dengan mudahnya di akses melalui telepon genggam sendiri. Menanggapi hal tersebut, Ibu Nurul tidak terlalu ambil pusing jika KPI benar-benar merealisasikan wacananya tersebut karena beliau telah menyiasatinya dengan memasang televisi berlangganan. Beliau pun mengakui bahwa setelah mengetahui wacana tersebut, memasang televisi berlangganan menjadi solusi yang tepat agar anaknya dapat tetap menonton televisi serial kartun. “Ya karena alasan itu juga lah saya langsung bertindak dengan memasang televisi berlangganan.” Kesimpulan Kasus Sebagai orang tua, Ibu Nurul sangat dapat dikatakan orang tua yang bertanggung jawab dalam mengurus anaknya dan memenuhi segala kebutuhan anaknya. Termasuk diantaranya mengantar-jemput anak perempuannya ke Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sekolah dan terus menemani hingga waktu pelajaran usai. Padahal, dapat dilihat bahwa jarak tempat tinggalnya menuju Permata Bangsa Binjai sedikit jauh. Sikap bertanggung jawab juga beliau terapkan dalam memantau anaknya menonton televisi, beliau mengaku selalu memantau dan menemani anaknya menonton televisi. Keterbukaannya dengan anaknya juga dapat dilihat melalui pengetahuan beliau tentang kartun favorit anaknya, yaitu Crayon Sinchan. Namun, beliau tidak terlalu mendukung anaknya menonton tayangan kartun tersebut karena dianggap mengandung unsur-unsur pornografi dalam beberapa cuplikannya. Ibu Nurul terlebih dahulu mengetahui tentang wacana KPI yang akan menghapuskan beberapa tayangan kartun. Agar anaknya dapat terus menonton kartun, beliau pun kemudian memasang televisi berlangganan khusus anak-anak yang hanya menayangkan kartun-kartun. Semenjak saat itu pula, anak perempuannya tidak lagi bergantung dengan serial Crayon Sinchan, namun mau menonton kartun lain. Ibu Nurul juga paham mengenai simbol panduan dalam menonton televisi dan beliau juga tidak merasa khawatir karena televisi berlangganan yang dipasang olehnya tidak ada yang ditujukan selain daripada anaknya. Beliau telah menyiasatinya dengan sangat baik, berbeda dengan perkiraan peneliti yang berpikir para orangtua yang mengetahui tentang wacana KPI langsung bertindak. Ibu Nurul dengan Bapak Hendra Sucitra misalnya, mereka yang sudah mengetahui tentang wacana KPI langsung bertindak. Meskipun telah memasang televisi berlangganan khusus anak-anak, Ibu Nurul tetap memberikan batasan menonton televisi untuk anaknya yaitu sekitar 4 jam lamanya. Waktu tersebut sudah termasuk efektif untuk anak dibawah umur.

4.1.3.5 Informan V

Setelah selesai melakukan wawancara mendalam terhadap Ibu Nurul, peneliti kini mengelilingi sekolah dan tidak lagi mencari informan yang duduk di kantin sekolah karena peneliti kerap kali gagal saat menanyakan para orang tua lain yang duduk di kantin sekolah, ternyata kebanyakan dari mereka adalah orang tua dari anak-anak SD. Seorang Ibu berambut pendek dan berwarna, kemudian ditemukan peneliti sedang duduk di samping lapangan olahraga siswa-siswi Permata Bangsa yang baru saja kelihatan di datangi oleh anak kecil berseragam Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kotak-kotak berwarna kuning yang berarti menandakan bahwa Ibu tersebut adalah orang tua dari anak TK yang bersekolah disitu. Peneliti kemudian melakukan hal yang sama dengan informan-informan sebelumnya. Setelah semuanya dilakukan, peneliti memulai melakukan wawancara mendalam. Nama : Elliyah TTL : Binjai, 4 Juni 1985 Usia : 29 Tahun Agama : Islam Pendidikan : SLTA Tempat Tinggal : Jln. Tanjung Keriahen no. 98 Status : Menikah Jumlah Anak : 1 Orang Laki-laki Nama Anak : Rangga Fadly Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal Wawancara : 4 Februari 2015 Tempat : Lapangan Olah Raga Murid Permata Bangsa Pukul : 12.08 WIB No Hp : 081263592297 Ibu Elliyah yang berprofesi sebagai pengusaha muda ini terlihat selalu menemani anaknya Rangga di sekolah. Ibu Elliyah mengaku selalu menemani dan memantau Rangga dalam menonton televisi, baik itu menonton kartun sekalipun. Beliau pun membatasi anak satu-satunya ini menonton televisi yang berlebihan. Sekitar 2 jam dalam satu hari beliau anggap cukup, karena Rangga lebih suka bermain dengan smartphone milik beliau entah itu sekedar bermain game atau menonton kartun melalui youtube. Beliau menekankan dengan tegas bahwa anaknya sangat menyukai kartun Spongebob Squarepants yang menurutnya lucu, selalu menolong orang lain, dan kegiatan positif lainnya. Ibu Elliyah juga memperhatikan anaknya menyukai tokoh kartun tersebut karena Rangga sering mengoleksi gambar-gambar yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara didapatnya melalui internet dan kemudian di simpan di smartphone ibunya tersebut. Sebagai seorang Ibu, Ibu Elliyah menyatakan bahwa beliau tidak keberatan dengan kartun tersebut jika menjadi konsumsi bagi anaknya, karena beliau sering meluangkan waktunya untuk menonton serial Spongebob Squarepants bersama anaknya. Oleh karena itu, beliau mengaku paham mengenai cerita demi cerita kartun dengan tokoh berwana kuning itu. Menurut beliau, Spongebob Squarepants dapat mengajarkan bagaimana persahabatan yang terjalin meskipun terdapat perbedaan, tolong-menolong, dan lelucon-lelucon yang sama sekali tidak mengandung unsur pornografi, kekerasan, dan memunculkan imajinasi yang berlebihan bagi anak usia dibawah umur. “Namanya juga kartun, pastilah isinya cuma sekedar lelucon dan setau saya kartun Spongebob Squarepants justru ngajarin hal-hal yang positif. Selama ini saya dukung-dukung aja Rangga nonton kartun itu kok, tapi dia tetep saya ajarin nonton kartun lain, masih banyak kartun-kartun mendidik lainnya.” Rangga hanya memiliki satu kartun favorit, namun bukan berarti ia tidak menyukai tayangan kartun lainnya, menurut Ibunya. Beliau selalu membimbing Rangga untuk tidak monoton dalam menonton, meski hanya menonton kartun sekalipun. Masih banyak kartun yang dapat mendidik, seperti Upin Ipin, Adit Sopo Jarwo, dan lain sebagainya yang bisa menjadi pilihannya. Namun berbeda dengan Alvino Akbar anak dari Ibu Sri Bulanna, Ibu Elliyah mengaku sedikit susah untuk melakukan hal tersebut. Rangga terbilang anak yang susah dinasehati sekali saja, harus berulang-ulang. Oleh sebab itu, Ibu Elliyah selalu mendampingi segala kegiatan yang dilakukan oleh Rangga. Ketika Rangga menonton televisi, beliau juga tetap harus mendampingi. Peneliti kemudian masuk ke pertanyaan mengenai bagaimana menurut BapakIbu mengenai tayangan televisi yang ada pada saat ini. Ibu Elliyah langsung menjawab hal yang tidak jauh berbeda dengan informan-informan sebelumnya bahwa dengan tegas beliau menyatakan tayangan televisi saat ini sangat banyak yang tidak mendidik. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “Gak mendidik sama sekali, terlalu berimajinasi yang gak masuk akal, terutama sinetron-sinetron ya. Kasihan anak-anak sekarang, di dominasi sama tayangan malah yang begituan.” Ibu Elliyah juga mengakui bahwa beliau sangat paham dengan simbol- simbol seperti R, RBO, D, BO dan lain sebagainya. Beliau bahkan menyebutkan satu persatu kepanjangan dari singkatan-singkatan tersebut. Beliau menjawab simbol tersebut adalah panduan menonton agar kita mengerti sebelum menonton tayangan televisi dan mengerti pula siapa yang ditujukan untuk menonton tayangan yang bersimbol itu. Namun tidak semua tayangan televisi menunjukkan simbol demikian, jadi anak-anak yang menonton televisi tanpa pengawasan dari orang tuanya akan menjadi sesuatu yang perlu ditakuti oleh para orang tua. Jika dalam keadaan seperti itu, Ibu Elliyah menyatakan beliau akan memperketat waktu menonton televisi untuk anaknya, hanya boleh menonton televisi bersamanya dan tidak boleh menonton televisi sendirian. Apabila beliau melihat terlebih dahulu simbol yang terlihat dalam tayangan televisi tersebut, beliau akan tetap menemaninya menonton televisi meskipun bersimbol SU Semua Umur. ”Yang sudah disaring sedemikian, diberi tanda SU sekalipun, kadang kedapatan juganya cuplikan yang bukan untuk SU. Itu yang seharusnya menjadi perhatian Komisi Penyiaran Indonesia” Peneliti mulai memasuki ke pertanyaan selanjutnya, yaitu pengetahuan beliau mengenai wacana KPI yang akan menghapuskan beberapa tayangan kartun Indonesia. Beliau menjawab sudah mengetahui namun hanya melalui wacana yang tidak resmi dari KPI, melainkan hanya melalui blog-blog. Beliau terlihat kaget ketika peneliti melontarkan pertanyaan tersebut, karena beliau masih percaya tidak percaya atas berita yang sebenarnya sudah pernah dibacanya. Peneliti kemudian menunjukkan capture foto wacana KPI yang disimpan di smartphone peneliti. Ibu Elliyah menambahkan jikalau memang wacana tersebut benar-benar direalisasikan oleh KPI, beliau hanya akan menyediakan DVD atau VCD kartun terutama kartun favorit anaknya sebagai stock jika menonton televisi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Atau beliau mengaku akan menyiasatinya dengan memasang televisi berlangganan khusus untuk anak-anak, seperti para informan lain. Tidak hanya kartun Spongebob Squarepants, beliau akan menambahkan beberapa kartun- kartun mendidik lainnya dengan membimbing terlebih dahulu anaknya supaya ia mau menonton kartun-kartun lainnya. “Yang seharusnya dihapus itusinetron-sinetron, bukan kartun.” Kesimpulan Kasus Ibu Elliyah sebagai orang tua berperilaku protektif terhadap anaknya, terlihat dari penjagaan ketat yang dilakukan sendiri olehnya di luar maupun di dalam sekolah. Beliau mengaku anak laki-lakinya tersebut harus selalu diawasi karena sedikit bertingkah nakal dan aktif meskipun hanya tingkah laku nakalnya anak-anak kecil. Dalam menonton televisi, Ibu Elliyah menyatakan bahwa anaknya hanya menonton televisi sekitar 2 jam dalam sehari karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain game di smartphone milik beliau. Anaknya menyukai tayangan kartun Spongebob Squarepants dan beliau pun mendukung kartun tersebut sebagai konsumsi anaknya. Ibu Elliyah menganggap tayangan televisi saat ini dapat merusak imajinasi anak-anak dan tentunya tidak mendidik. Beliau menyatakan bahwa beliau paham mengenai simbol-simbol panduan dalam menonton televisi, namun beliau tetap terus memantau anaknya dalam menonton televisi meskipun sudah bersimbolkan SU atau A. Hal tersebut tepat dilakukan oleh beliau, mengingat anaknya yang bersifat jahil dan nakal. Anaknya bisa saja mengganti channel-nya sendiri jika tanpa pemantauan dari orang tuanya yaitu Ibu Elliyah. Mengenai wacana KPI, Ibu Elliyah menyatakan telah mengetahuinya namun hanya membaca dari berita online yang bukan merupakan alamat resmi dari KPI. Ketika diperjelas mengenai wacana tersebut, beliau langsung mengatakan bahwa tidak seharusnya kartun yang dihapuskan melainkan sinetron- sinetron yang tidak mendidik tersebut. Ungkapan Ibu Elliyah merupakan ungkapan kritis yang tegas terlihat dari pernyataannya yang menggebu-gebu dalam penyampaiannya ketika wawancara berlangsung. Setelah memahami wacana tersebut, beliau akan melakukan tindak lanjut dengan memperketat lagi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara waktu menonton televisi pada anaknya kemudian akan membeli beberapa DVD atau VCD kartun untuk konsumsinya jika menonton televisi. Selain itu, sama dengan informan-informan lainnya bahwa beliau akan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak yang akan menjadi pengganti terhapusnya beberapa kartun oleh KPI.

4.1.4 Peran Orang Tua dan Tingkat Melek Media dalam Membatasi Tayangan Televisi Anak

Berdasarkan fokus masalah yang telah tertulis dalam bab 1, tentu peneliti sudah memahami bagaimana peran orang tua dalam membatasi tayangan televisi anak disamping wacana KPI yang akan menghapuskan beberapa tayangan kartun di Indonesia setelah melakukan penelitian dengan wawancara beberapa informan yang bersangkutan. Dalam rangka pencapaian tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat literasi melek media para orang tua anak Taman Kanak- Kanak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat terhadap tayangan kartun. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui peran orang tua serta tindak lanjutnya dalam membatasi tontonan televisi anak khususnya pada tayangan kartun jika KPI benar-benar merealisasikan wacananya, maka terlaksanalah penelitian ini dengan metode wawancara mendalam In-depth interview. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

4.1.4.1 Reduksi Data Penelitian Peran Orang Tua

Peneliti menguraikan hasil wawancara tersebut dalam bentuk tabel yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 No. Informan Peran Orang Tua 1. Ibu Winda - Selalu menemani dan memantau anaknya dalam menonton televisi - Selalu menyaring tayangan yang seharusnya ditonton dan yang tidak seharusnya ditonton anak-anak dengan ikut serta menonton televisi bersama anaknya - Membiasakan anaknya hanya menonton tayangan kartun saja - Mendukung anak menyukai kartun karena tidak berbahaya - Mengetahui sejak lama wacana KPI - Menyiasati dengan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak 2. Ibu Sri Bulanna - Tidak selalu menemani dan memantau anaknya menonton televisi - Selalu mudah menasehati tayangan seperti apa yang patut ditonton oleh anaknya - Mendukung anak menyukai kartun favoritnya - Tidak mengetahui wacana KPI - Menyiasati dengan memperbanyak menemani dan memantau anaknya menonton televisi - Membelikan VCD dan DVD kartun untuk anaknya 3. Bapak Hendra Sucitra - Berperilaku disiplin bagi anak-anaknya - Sering menemani dan memantau anaknya menonton televisi atau menonton kartun dari smartphone Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara miliknya - Mengharuskan anaknya untuk mengkonsumsi kartun saja - Memparalelkan televisi di ruang televisi tempat anaknya menonton dengan kamarnya dan hanya beliau yang dapat mengganti channel televisi - Jika masih kurang efektif, beliau akan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak 4. Ibu Nurul - Selalu menemani dan memantau anaknya menonton televisi - Memasang televisi berlangganan khusus untuk anak- anak yang menayangkan kartun-kartun saja setelah mengetahui wacana yang diumumkan oleh KPI 5. Ibu Elliyah - Bersikap tegas terhadap anak-anaknya - Selalu mendampingi semua kegiatan anaknya diluar sekolah maupun di dalam sekolah termasuk menonton televisi - Membimbing anaknya menonton kartun-kartun mendidik lainnya supaya tidak monoton - Memperketat dan mempersingkat waktu menonton televisi jika KPI menghapuskan beberapa kartun - Tidak ingin melewatkan waktu sedikitpun untuk memantau anaknya menonton televisi meskipun hanya kartun - Memperbanyak VCD dan DVD kartun untuk menyiasati penghapusan kartun favoritnya - Memasang televisi berlangganan sebagai cara lain untuk menyiasati penghapusan kartun Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

4.1.4.2 Reduksi Data Penelitian Literasi Media

Tabel 4.2 No. Informan Tingkat Literasi Media Media Literacy 1. Ibu Winda - Mengetahui apa tayangan kartun favorit anaknya - Paham mengenai simbol pedoman menonton televisi - Kritis menjawab tentang tayangan televisi yang ada pada saat ini - Menanggapi tayangan kartun Spongebob Squarepants bukan kartun yang terkandung unsur kekerasan 2. Ibu Sri Bulanna - Mengetahui tayangan kartun favorit anaknya - Paham mengenai simbol pedoman menonton televisi - Menanggapi dengan tegas seperti apa tayangan televisi yang ada saat ini - Menanggapi wacana KPI yang tidak seharusnya menghapus kartun yang bukan termasuk golongan kekerasan 3. Bapak Hendra Sucitra - Mengetahui tayangan kartun favorit anaknya dan menanggapi bahwa kartun tersebut tidak membahayakan imajinasinya - Paham mengenai simbol pedoman menonton televisi namun menurutnya tidak semua tayangan memberikan simbol demikian - Menanggapi tayangan televisi saat ini lebih banyak tidak baik daripada yang baik dan dapat menimbulkan imajinasi yang berlebihan pada anak-anak Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara - Menanggapi wacana KPI dengan menyatakan bahwa tidak semua tayangan kartun yang akan dihapuskan mengandung kekerasan yang berakibat buruk bagi anak-anak 4. Ibu Nurul - Memahami tayangan kartun favorit anaknya dengan menonton bersama anaknya terlebih dahulu - Paham mengenai simbol panduan menonton - Menyatakan dengan menonton kartun yang mendidik, kreativitas anak bertambah - Menanggapi tayangan televisi sekarang ini lebih banyak yang tidak mendidik - Sudah tahu sejak lama wacana KPI dan langsung mengambil tindakan - Menyetujui beberapa cuplikan kartun yang memang patut dihapuskan oleh KPI 5. Ibu Elliyah - Paham dan tahu kartun favorit anaknya - Paham mengenai simbol panduan menonton televisi - Menyatakan tayangan televisi saat ini lebih banyak yang ditujukan untuk orang dewasa daripada anak-anak - Mengetahui wacana KPI hanya sekedar saja melalui berita-berita di blog - Menanggapi bahwa tidak semua kartun yang dinyatakan mengandung kekerasan benar- benar mengandung kekerasan - Menanggapi bukannya kartun yang seharusnya dihapuskan melainkan sinetron- sinetron yang sama sekali tidak mendidik Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

4.2 Informan Tambahan

Informan tambahan dalam sebuah penelitian juga berperan penting dalam hal membandingkan memverifikasi data guna menentukan keabsahan data yang telah peneliti peroleh dari kelima para orang tua anak Taman Kanak-Kanak Permata Bangsa Binjai sebagai informan utama dalam penelitian ini. Kegiatan verifikasi ini merupakan sesuatu yang dilakukan dalam penelitian untuk menentukan validitas data informasi yang telah peneliti peroleh dalam penelitian. Sama halnya dengan penelitian kualitatif pada umumnya, dalam menentukan keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Teknik ini yakni teknik dalam pemanfaatan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan dan sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan tambahan yaitu para anggota keluarga yang lain dari informan utama. Peneliti tidak merasa sulit menemukan informan tambahan karena peneliti telah meminta alamat informan utama sebelumnya saat melakukan penelitian. Oleh karena itu wawancara mendalam bagi informan tambahan dilakukan dua minggu setelah melakukan penelitian di lokasi penelitian tersebut. Pertanyaan- pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti tidak jauh berbeda dengan pertanyaan kepada informan utama, hanya saja tidak lengkap setara dengan informan utama, karena tujuan dari informan tambahan adalah sebagai pembanding data untuk menentukan keabsahan data.

4.2.1 Informan Tambahan I

Informan tambahan yang pertama ditemui oleh peneliti dirumah Ibu Winda selaku informan utama yang bertempat tinggal tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti. Peneliti dengan mudah menjadikan suami dari Ibu Winda untuk menjadi informan tambahan yang pertama karena keluarga dari Ibu Winda bukanlah orang asing lagi bagi peneliti. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa peneliti mengajukan pertanyaan yang sedikit berbeda dari informan utama, namun tidak jauh dari tujuan sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Nama : Ibrahim Zul TTL : Medan, 29 Januari 1968 Usia : 47 Tahun Agama : Islam Pendidikan : S1 Tempat Tinggal :Jln. Tengku Imam Bonjol no. 52 Binjai Status : Menikah Jumlah Anak : 3 Orang 1 Laki-laki, 2 Perempuan Nama Anak : Kheysa Azzahra Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal Wawancara : 26 Februari 2015 Tempat : Rumah Kediaman Ibu Winda dan Bapak Ibrahim Pukul : 10.00 WIB No Hp : 082368463913 Bapak Ibrahim adalah sosok kepala keluarga yang terbilang sibuk di luar rumah karena pekerjaannya. Bapak Ibrahim mengaku memiliki satu orang pembantu rumah tangga yang mengurus anak-anak dan membereskan rumahnya. Namun dalam memantau dan menemani anak perempuannya dengan Ibu Winda yaitu Kheysa, beliau mengaku istrinya yang lebih dominan dalam membatasi tayangan-tayangan televisi untuk anaknya, sesuai dengan ungkapan Ibu Winda. Bapak Ibrahim tidak mengetahui banyak mengenai tumbuh kembang Kheysa dalam menonton televisi. Namun ketika waktunya libur seperti di hari Minggu beliau mengaku ikut menemani anak perempuannya menonton kartun Spongebob Squarepants persis seperti yang diceritakan oleh Ibu Winda. Beliau juga menyatakan bahwa di hari Minggu itulah anaknya dapat leluasa menonton serial kartun di televisi karena banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh anaknya tersebut. Bapak Ibrahim dan Ibu Winda terus membiasakan anak perempuannya untuk menonton kartun saja, disamping maraknya tayangan-tayangan yang tidak mendidik pula. Mereka pun mendukung kartun Spongebob Squarepants untuk menjadi konsumsi anaknya. Bapak Ibrahim juga memahami bagaimana kartun Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Spongebob Squarepants dan apa makna yang diajarkan di dalamnya, begitupun dengan Ibu Winda. “Ya kalo Spongebob aja ngertilah, bagusnya itu kartunnya gak ngajarin macem-macem. Istriku pun tau itu.” Ungkapan Ibu Winda dan Bapak Ibrahim juga tidak jauh berbeda mengenai pembatasan jam menonton televisi meskipun hanya kartun, yaitu paling lama hanya 2 jam dalam sehari dan tentunya masih dibawah pengawasan Ibunya jika Bapak Ibrahim tidak berada dirumah. Bapak Ibrahim selalu mengarahkan istrinya untuk tidak melepas anaknya menonton televisi dirumah. Ibu Winda dan Bapak Ibrahim tentu paham mengenai simbol panduan menonton televisi yang tercantum pada setiap tayangan televisi. Mereka pun sepakat akan membimbing anaknya untuk mengonsumsi kartun-kartun bermanfaat lainnya agar tidak monoton dalam menonton televisi. Hal tersebut di ungkapkan oleh Bapak Ibrahim saat ditanya mengenai wacana KPI yang akan menghapus beberapa tayangan kartun di Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan Ibu Winda, sebagai suami, Bapak Ibrahim turut melakukan hal yang sama yaitu dengan memasang televisi berlangganan khusus anak-anak agar tontonan televisi anaknya tetap terkontrol dan berjalan sesuai dengan usianya. Kesimpulan Kasus Tidak jauh berbeda dengan ungkapan Ibu Winda, Bapak Ibrahim ternyata memberikan jawaban-jawaban yang persis dengan Ibu Winda. Sebagai orang tua, mereka terlihat kompak dalam membesarkan anaknya agar terhindar dari dampak media massa yang negatif. Keduanya memiliki kemampuan dalam bermelek media, karena sama-sama memiliki pengetahuan serta keterampilannya ditampakkan dari anggapan mereka mengenai tayangan televisi yang ada saat ini. Selain itu, mereka juga paham mengenai simbol pedoman menonton televisi dan tetap saling menghimbau untuk terus mengawasi dan menemani anak perempuan mereka menonton televisi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Bapak Ibrahim juga setuju dengan peran Ibu Winda jika KPI benar-benar merealisasikan wacananya, yaitu dengan memasang televisi berlangganan dan membiasakan anaknya untuk menonton kartun-kartun lain yang dapat menambah kreativitas dan memberikan dampak positif dalam kehidupan sehari-harinya. Peran tersebut merupakan tindakan yang tepat karena tanpa diawasi, anak-anak leluasa menonton kartun di televisi berlangganan yang dikhususkan untuk anak- anak tersebut dan orang tua tidak perlu merasa khawatir yang berlebihan.

4.2.2 Informan Tambahan II

Dokumen yang terkait

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

1 22 124

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 16

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 2

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 6

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 16

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 2

Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 20

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBATASI TAYANGAN TELEVISI BAGI ANAK DI PERGURUAN TK PERMATA BANGSA BINJAI BARAT (Studi Kasus terhadap Wacana di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun di Indonesia)

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 6

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBATASI TAYANGAN TELEVISI BAGI ANAK DI PERGURUAN TK PERMATA BANGSA BINJAI BARAT (Studi Kasus terhadap Wacana di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun di Indonesia)

0 0 16