Analytical Hierarcy Process AHP

42 Tabel 8 Indeks dan kualitas pembangunan manusia kota Sibolga tahun 2009-2010 Tahun IPM Status 2009 74,82 Menengah Atas 2010 75,08 Menengah Atas Sumber : BPS Kota Sibolga 2011c Perhitungan angka IPM tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota yang dapat dibandingkan tingkat kemajuan pembangunan manusianya. Dari 8 kota yang ada, IPM kota Pematang Siantar 77,51 paling besar dibanding 7 kota yang lain. Dari 25 kabupaten yang ada, kabupaten Nias Barat memiliki IPM terendah yaitu sebesar 66,46. Secara umum, pada tahun 2010 IPM tertinggi di Sumatera Utara adalah kota Pematang Siantar dan nilai IPM terendah adalah kabupaten Nias Barat. Nilai IPM untuk kota Sibolga 75,08 berada diatas nilai IPM provinsi Sumatera Utara 74,19 dan berada pada posisi 9 dari 33 kabupatenkota di Sumatera Utara. Nilai IPM kota Sibolga tahun 2009 – 2010 berdasarkan komponennya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Komponen indeks pembangunan manusia kota Sibolga tahun 2009-2010 Komponen 2009 2010 Angka Harapan Hidup tahun 70,17 70,23 Angka Melek Huruf 99,29 99,29 Rata-rata Lama Sekolah tahun 9,63 9,63 Pengeluaran Riil Per Kapita yang telah disesuaikan Rp 000 626,42 629,45 IPM 74,82 75,08 Sumber : BPS Kota Sibolga 2011c Budaya yang berkembang umumnya dapat dilihat dan disaksikan pada berbagai upacara-upacara seremonial yang dilaksanakan, seperti dalam upacara adat, perkawinan, perayaan dihari-hari bersejarah, festival dan lainnya. Dari sisi sejarah, yang pertama kali mendiami kota Sibolga adalah keturunan batak yang bermarga Hutagalung yang turun dari Silindung, sehingga berbagai corak budaya dari etnis lain serta agama yang dianut, maka terjadilah perpaduan yang mewarnai kebudayaan di Sibolga. Salah satu contoh yang jelas terlihat dari pengaruh perpaduan ini adalah “adat Sumando”, dimana adat ini merupakan campuran dari ajaran islam, adat minangkabau dan adat batak. 43 Berbagai adat yang sering dilaksanakan khususnya dalam upacara perkawinan antara lain: - Budaya Batak Toba, Angkola dan M andailing dengan filosofinya “Dalihan Na Tolu ” serta instrumennya berupa tarian tor-tor, musik gondang dan kain ulos. - Budaya Melayu, Minangkabau yang merupakan bagian dari budaya Minangkabau dengan menyerap budaya asli daerah setempat. - Budaya Nias, yang umumnya merupakan bawaan dari budaya pada masyarakat di pulau Nias dengan mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat Sibolga. - Budaya Cina, yang umumnya dilaksanakan oleh masyarakat etnis Cina yang tinggal di Sibolga.

4.3 Perekonomian Daerah

Gambaran mengenai perekonomian daerah yang menjadi fokus dalam bahasan ini adalah meliputi produk domestik regional bruto PDRB dan potensi sektor-sektor ekonomi.

4.3.1 Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu dapat ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto PDRB. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Jika dilihat pertumbuhan dari masing-masing sektor ekonomi, sebagian sektor ekonomi di kota Sibolga tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dan sebagian lagi mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding tahun 2009. Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa, sedangkan sektor ekonomi lainnya mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya Tabel 10. Pada tahun 2010, sektor yang mengalami laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya masih didomonasi oleh sektor angkutan dan 44 komunikasi yang mencapai 12,19 persen. sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi dengan pertumbuhan paling rendah yaitu sebesar 0,54 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran ditahun 2010 masih sedikit lebih lambat pertumbuhannya yaitu sebesar 4,96 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,03 persen. Berbeda halnya dengan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dimana pertumbuhannya sudah bergerak lebih cepat yaitu sebesar 6,16 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3,94 persen. Tabel 10 Laju pertumbuhan PDRB tahun 2006 – 20010 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 No. Lapangan Usaha Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 1. Pertanian 3,80 4,61 4,95 5,06 4,96 2. Pertambangan dan Penggalian 0,37 1,95 1,41 0,97 0,54 3. Industri Pengolahan 5,64 5,62 5,47 5,22 5,26 4. Listrik Gas dan Air Bersih 2,33 2,59 2,71 2,81 2,99 5. Bangunan 5,19 5,99 5,92 5,97 4,10 6. Perdagang, Hotel dan Restoran 4,12 4,44 5,24 5,03 4,96 7. Pengangkutan dan Komunikasi 9,77 9,98 10,26 11,37 12,19 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6,26 6,38 6,32 3,94 6,16 9. Jasa-jasa 5,16 4,80 4,93 4,61 5,22 PDRB 5,22 5,53 5,85 5,70 6,04 Sumber: BPS kota Sibolga 2011d Laju pertumbuhan yang tinggi dari suatu kelompok ekonomi tidak berarti bahwa sektor yang bersangkutan merupakan sumber pertumbuhan yang tinggi pula. Bila diurutkan berdasarkan laju pertumbuhan maka sektor pengangkutan dan komunikasi berada di peringkat teratas diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa, sektor industri pengolahan, sektor jasa -jasa, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan, sektor listrik gas dan air bersih, serta sektor pertambangan dan penggalian.

4.3.2 Potensi Sektor-Sektor Ekonomi

Potensi sektor-sektor ekonomi yang dijelaskan dalam bahasan ini adalah potensi sektor-sektor ekonomi yang memiliki sumbangan terbesar terhadap PDRB di kota Sibolga yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. 45 Dari struktur ekonomi sektoral, kontribusi atau peranan sektor-sektor ekonomi di kota Sibolga, peranan sektor pertanian tetap dominan dalam pembentukan PDRB daerah seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya. Kontribusi sektor ini paling besar dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya yaitu mencapai 23,13 persen. Faktor yang menyebabkan tingginya kontribusi sektor ini berasal dari subsektor perikanan khususnya perikanan tangkap.

4.3.2.1 Perikanan

Aktivitas kegiatan perikanan di kota Sibolga yang dominan ada pada kegiatan perikanan tangkap. Ini dapat dilihat dari produksi ikan yang dihasilkan. Dari total produksi ikan pada tahun 2010, produksi ikan tangkap mencapai nilai 52,69 ribu ton, sedangkan produksi perikanan budidaya hanya sebesar 6,31 ton atau 99,99 persen produksi ikan ada pada kegiatan perikanan tangkap. Untuk produksi ikan yang didaratkan di kota Sibolga pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Ikan yang didaratkan di kota Sibolga pada tahun 2010 Jenis alat tangkap Triwulan I Ton Triwulan II Ton Triwulan III Ton Triwulan IV Ton Tahun 2010 Ton Pukat tarik 3.057,50 2.843,50 3.213,10 3.148,90 12.263,00 Pukat cincin 4.334,3 4.030,9 4.554,9 4.463,8 17.383,9 Jaring insang hanyut 209,0 194,3 219,6 215,2 838,1 jaring insang tetap 639,0 594,2 671,5 658,1 2.562,8 Jaring tiga lapis 139,6 129,8 146,7 143,7 559,8 Bagan perahu 1.885,1 1.753,2 1.981,1 1.941,5 7.560,9 Rawai tetap 695,9 647,1 731,3 716,6 2.790,9 Pancing ulur 1.579,5 1.468,0 1.659,9 1.626,7 6.334,1 Bubu 598,3 556,5 628,8 616,2 2.399,8 Jumlah 13.138,2 12.217,5 13.806,9 13.530,7 52.693,3 Sumber : DKPP kota Sibolga 2011 Ikan yang didaratkan di Sibolga didominasi dari hasil tangkapan pukat udang. Alat tangkap ini merupakan alat tangkap yang cukup banyak beroperasi di Sibolga. Jika dibandingkan dari jumlah armada penangkapannya, pukat cincin merupakan alat tangkap yang mendominasi di Sibolga, namun hasil tangkapan pukat cincin masih berada di bawah pukat udang. Hal ini dapat terjadi karena kebanyakan pukat udang di Sibolga merupakan modifikasi dari trawl yang sudah 46 dilarang beroperasi di pantai Barat Sumatera. Hasil tangkapan pukat udang nelayan Sibolga memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan pukat cincin. Perdagangan perikananan tangkap di Sibolga tentunya didukung oleh sumberdaya ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan. Untuk pasar lokal dalam negeri sebagian besar ikan ini dijual langsung ke Belawan, Padang dan Pekanbaru. Untuk pasar ekspor luar negeri ikan biasanya dimasukkan dalam sterofoam dan langsung dikirim melalui pelabuhan Belawan. DKPP kota Sibolga 2011 mencatat bahwa untuk perikanan budidaya, komoditi ikan yang diproduksi terdiri dari beberapa spesies ikan. Untuk ikan budidaya air tawar, jenis ikan yang dipelihara terdiri dari lima jenis ikan yaitu ikan Mas, Nila, Mujahir, Lele dan GaringMerah dengan angka produksi di tahun 2010 sebesar 6,3 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 89.810.000, sedangkan untuk komoditi ikan budidaya air laut, jenis ikan yang dibudidayakan terdiri dari lima jenis ikan diantaranya ikan Kerapu, Kakap, Baronang, Kuwe dan Kepiting dengan angka produksi di tahun 2010 sebesar 17,65 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 139.815.000. Produksi ikan budidaya di kota Sibolga tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Produksi ikan budidaya di kota Sibolga tahun 2010 Jenis Budidaya Triwulan Total Nilai Produksi Rp I II III IV TON Budidaya Air Tawar Mas 0.005 0,050 990.000 Nila 0,220 0,565 0,725 19.365.000 Mujahir 0,060 0,125 3.085.000 Lele 0,785 1,315 1,928 0,500 65.495.000 GaringMerah 0,015 0,020 875.000 Budidaya Air Laut Kerapu 0,050 1,500 0,180 68.740.000 Kakap 0,035 0,010 0,025 2.800.000 Baronang 0,100 1,100 0,300 29.400.000 Kuwe 0,400 0,950 0,300 37.750.000 Kepiting 0,030 0,030 0,015 1.125.000 Sumber : DKPP kota Sibolga 2011 47

4.3.2.2 Perdagangan, Hotel dan Restoran

Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, jumlah perusahaanusaha yang terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan di tahun 2010 terdiri dari 96 perusahaan perorangan, 26 dalam bentuk CV, 25 PT dan 4 koperasi. Dari perusahaanusaha terdaftar tersebut, 72,46 persennya terdiri dari sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, sedangkan 10,86 persen ada pada sektor bangunan, serta 2,17 persen sisanya bergerak pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan.