Nilai Tambah Bruto Peranan Subsektor Perikanan dalam Ekonomi Regional

77 3. Kelompok III K-III adalah sektor yang memiliki derajat kepekaan dan daya penyebaran rendah dibawah rata-rata 4. Kelompok IV K-IV adalah sektor yang memiliki daya penyebaran tinggi tetapi derajat kepekaan rendah. Gambaran posisi IDP dan IDK seluruh sektor-sektor perekonomian di kota Sibolga yang didasari dari klasifikasi 16 sektor ekonomi dapat dilihat pada Gambar 21 dan Gambar 22. Dari gambar ini akan terlihat kekuatan mendorong dan kemampuan mensuplai sektor-sektor ekonomi yang ada di kota Sibolga. Gambar 21 Grafik posisi sektor-sektor ekonomi kota Sibolga. Sektor-sektor yang memiliki koefisien keterkaitan ke belakang dan ke depan paling tinggi dapat dikatakan sebagai sektor-sektor yang memiliki basis domestik baik dari sisi input maupun output. Artinya sektor tersebut memiliki kemampuan untuk menggerakkan perekonomian regional domestik. Hasil analisis tabeil I-O ini dapat dilihat bahwa sektor yang memiliki kekuatan menggerakkan perekonomian wilayah kota Sibolga baik dari sisi hulu dan sisi hilir adalah sektor industri migas. Sektor ini terlihat mampu menggerakkan sektor-sektor hulu maupun hilir dari sistem perekonomian di kota Sibolga. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 In d ek s De rajat K ep ek aan ID K Indeks Derajat Penyebaran IDP 78 DERAJAT PENYEBARAN Rendah Tinggi D ER A JAT K EP EK A A N Tingg i - Listrik, Gas dan Air Bersih 6 - Perhotelan 9 - KonstruksiBangunan 7 - Angkutan Laut Sungai dan Penyeberangan 12 - Perikanan Budidaya 3 - Peternakan dan Hasil Lainnya 1 - Jasa Penunjang Angkutan 13 - Angkutan Jalan Raya 11 - Industri Bukan Migas 5 R enda h - Restoran 10 - Komunikasi 14 - Jasa-jasa Pemerintah dan Swasta 16 - Pertambangan dan Penggalian 4 - Perikanan Tangkap 2 - Perdagangan 8 - Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 15 Gambar 22 Kelompok sektor-sektor ekonomi kota Sibolga.

5.2.6 Multiplier Effect

Multiplier effect adalah koefisien yang menyatakan kelipatan dampak langsung dan tidak langsung dari meningkatnya permintaan akhir suatu sektor sebesar satu unit terhadap produksi total semua sektor ekonomi suatu wilayah. Multiplier terbagi menjadi multiplier Tipe I dan multiplier Tipe II. Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief I-A -1 , dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous yang berarti rumah tangga dianggap dapat menentukan pola konsumsinya di luar sistem ekonomi, sedangkan multiplier Tipe II tidak hanya menghitung dampak langsung dan tidak langsung, tetapi termasuk pula dampak induksi, yaitu dampak dari perubahan pola konsumsi rumah tangga akibat peningkatan terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Analisis multiplier effect yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis multiplier Tipe I. Analisis multiplier effect dari sektor-sektor perekonomian wilayah kota Sibolga berdasarkan Tabel I-O Tahun 2010 terdiri atas multiplier output, NTB, dan pendapatan income.

5.2.6.1 Multiplier Effect Output

Multiplier Effect Output menunjukkan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di suatu wilayah. Hasil analisis multiplier effect sektor perekonomian wilayah kota Sibolga berdasarkan 79 tabel input-output perekonomian tahun 2010, menjelaskan bahwa terdapat sektor yang memiliki multiplier effect terhadap output yang tinggi dan juga memiliki multiplier effect terhadap output yang rendah. Pada Gambar 23 ditampilkan secara rinci nilai multiplier effect terhadap output masing-masing sektor perekonomian. Gambar 23 Nilai multiplier effect output sektor-sektor perekonomian. Hasil analisis yang didapatkan terlihat bahwa nilai multiplier effect output untuk perikanan tangkap angka terendah sebesar 1,1013 yang menduduki peringkat ke-16 sedangkan perikanan budidaya sebesar 1,7158 di peringkat ke-4. Berdasarkan nilai tersebut maka kegiatan dari subsektor perikanan yang memiliki potensi sebagai komoditas yang dapat diunggulkan dari sisi pembentukan output terbesar adalah perikanan budidaya. Jika di artikan hal ini berarti bahwa setiap peningkatan akhir sektor perikanan budidaya sebesar satu satuan, maka output perekonomian wilayah kota Sibolga secara total akan meningkat sebesar 1,7158 satuan. Sektor yang memiliki nilai multiplier effect output tertinggi ada pada sektor perhotelan dengan nilai 1,9167 diikuti sektor listrik, gas dan air bersih dan peringkat ke-3 tertinggi ada pada sektor konstruksi dan bangunan.

5.2.6.1 Multiplier Effect Nilai Tambah Bruto

Multiplier Effect Nilai Tambah Bruto NTB atau PDRB multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan NTB. 1,6727 1,1013 1,7158 1,2672 1,6676 1,9165 1,9125 1,3555 1,9167 1,4240 1,5973 1,7050 1,6065 1,3837 1,2797 1,2398 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 Peternakan dan Hasil-hasil Lainnya Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Pertambangan dan Penggalian Industri Bukan Migas Listrik, Gas dan Air Bersih KonstruksiBangunan Perdagangan Perhotelan Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Laut, Sungai, Danau dan… Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Pemerintah dan Swasta 80 Nilai Tambah Bruto NTB atau PDRB adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Dalam tabel I-O diasumsikan NTB atau PDRB berhubungan dengan output secara linier. Artinya peningkatan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan atau penurunan NTB. Nilai multiplier effect NTB sektor-sektor perekonomian di kota Sibolga dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24 Nilai multiplier effect NTB sektor-sektor perekonomian. Berdasarkan Gambar 24 terlihat bahwa perikanan budidaya memberikan peranan lebih tinggi dari pada perikanan tangkap terhadap kelipatan peningkatan nilai tambah brutoPDRB dengan nilai 2,3445 atau berada pada peringkat ke-2, yang berarti bahwa apabila permintaan akhir perikanan budidaya meningkat satu kali, maka dampak peningkatan nilai tambah brutoPDBR kota Sibolga akan naik sebesar 2,3445 kali lipat. Peningkatan permintaan akhir satu kali dari perikanan tangkap, hanya menghasilkan peningkatan nilai tambah brutoPDRB sebesar 1,0771 saja.

5.2.6.1 Multiplier Effect Pendapatan

Nilai dari multiplier effect Pendapatan menunjukkan dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di suatu wilayah. Nilai multiplier effect pendapatan sektor-sektor perekonomian nilainya dapat dilihat pada Gambar 25. 1,5930 1,0771 2,3445 1,2621 1,9517 2,3917 2,1470 1,2745 2,1665 1,3283 1,6621 1,7893 1,5757 1,2719 1,2043 1,1530 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 Peternakan dan Hasil-hasil Lainnya Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya Pertambangan dan Penggalian Industri Bukan Migas Listrik, Gas dan Air Bersih KonstruksiBangunan Perdagangan Perhotelan Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Laut, Sungai, Danau dan… Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Pemerintah dan Swasta