67 penyewa kapal, penyedia souvenir, porter, guide, dan menyediakan penginapan
bagi pengunjung.
6.7 Kontribusi Kegiatan Wisata TNUK terhadap Kegiatan Konservasi di
TNUK
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam merupakan kekayaan alam yang sangat tinggi nilainya perlu dijaga kelestariannya dan dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata dapat diselenggarakan melalui kegiatan pengusahaan pariwisata alam.
Penyelenggaraan pengusahaan pariwisata alam tersebut dilakukan dengan sebaik- baiknya sehingga tidak merusak lingkungan kawasan.
Berdasarkan hal tersebut tersebut, potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di taman nasional perlu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi
kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan
dan pemanfaatan secara lestari. Salah satu upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya ditempuh melalui penetapan sebagian kawasan hutan
atau kawasan perairan menjadi taman nasional yang salah satu fungsinya adalah sebagai obyek dan daya tarik wisata alam untuk dijadikan pusat pariwisata dan
kunjungan wisata alam. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka taman
nasional yang memiliki keunikan alam, keindahan alam, dan lain-lain, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam
disamping sebagai wahana penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Agar obyek dan daya tarik wisata alam tersebut dapat dimanfaatkan
secara nyata diperlukan modal dan teknologi. Oleh karena itu, modal masyarakat
68 dan teknologi yang sesuai, perlu diikut sertakan dalam kegiatan pengusahaan
pariwisata alam. Kegiatan wisata di TNUK merupakan kegiatan yang memanfaatkan
potensi alam yang dilakukan pada zona pemanfaatan yang berada di kawasan TNUK. Hal tersebut sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar
mencegah terjadinya perambahan ke zona inti yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan wisata tersebut secara tidak langsung dapat memberikan pemahaman
mengenai pentingnya konservasi dan juga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar kawasan disamping pekerjaan pokok diantaranya
tour guide , porter, kuncen, dan penyewaan kapal.
Sebagai pendukung kegiatan konservasi alangkah baiknya jika kegiatan wisata alam yang dikelola di TNUK minimalnya dapat memenuhi dana
operasional untuk kegiatan wisata dari penerimaan kegiatan wisata tersebut sehingga tidak lagi dibebankan dari alokasi dana pengembangan wisata alam di
TNUK yang berasal dari pemerintah. Bahkan selanjutnya diharapkan penerimaan dari kegiatan wisata tersebut mendapatkan surplus sehingga dapat pula
dialokasikan sebagai dana konservasi di TNUK. Oleh karena itu, perlu dibandingkan alokasi dana pengelolaan wisata di TNUK dari pemerintah pusat
dengan penerimaan yang diperoleh dari kegiatan wisata tersebut, serta sistem keuangan yang berlaku di Indonesia. Selain itu perlu diestimasi penerimaan tiket
jika berdasarkan WTP dan surplus konsumen yang bisa dilihat pada Tabel 15 berikut.
69
Tabel 15. Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Kegiatan Konservasi Serta Estimasi Penerimaan dari Kegiatan Wisata di TNUK Tahun 2012
Keterangan Besar
Penerimaan terhadap biaya
pengembangan wisata
terhadap biaya wisata dan
konservasi - Biaya Operasional
Pengembangan Wisata dari
Pemerintah Pusat
328.120.000
- -
- Alokasi Dana Konservasi dari
Pemerintah Pusat
9.257.415.000
- -
Jumlah 9.585.535.000
- Penerimaan dengan
harga tiket saat ini N x harga tiket
79.291.800 24,16
ERTSCOP100
0,83
ERTSCOPK100
- Estimasi Penerimaan dengan
harga WTP
N x harga WTP
160.833.491,50 49,02
ERTWCOP100
1,67
ERTWCOPK100
Sumber: = Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon 2011
= Diolah oleh Penulis, 2012 Keterangan:
N = Jumlah Kunjungan
ERTS = Estimasi Penerimaan dengan harga tiket saat ini
ERTW = Estimasi Penerimaan dengan harga WTP
COP = Biaya Operasional Pengembangan Wisata
COPK = Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Alokasi Dana Konservasi dari
Pemerintah
Kontribusi kegiatan wisata sebagai pendukung terhadap konservasi di TNUK dapat dilihat dengan pendekatan penerimaan tiket masuk kawasan TNUK
dan besarnya biaya untuk kegiatan konservasi di TNUK. Berdasarkan tarif saat ini kegiatan wisata tersebut berkontribusi sebesar 24,12 terhadap biaya
pengembangan wisata tersebut. Sedangkan kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi adalah sebesar 0,83, artinya
sebesar 99,17 biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi ditanggung subsidi pemerintah.
Jika berdasarkan WTP pengunjung kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02 terhadap biaya pengembangan wisata tersebut. Sedangkan
kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi dapat
70 meningkat menjadi 1,67, artinya sebesar 98,33 biaya pengembangan wisata
dan kegiatan konservasi ditanggung subsidi pemerintah. Hal ini dapat mengurangi sebesar 0,84 subsidi yang diberikan oleh pemerintah walaupun masih belum
menutupi semua biaya pengembangan wisata dari pemerintah. Terjadinya peningkatan dari penerimaan kegiatan wisata tersebut dapat berkontribusi lebih
besar jika dibandingkan dengan harga tiket saat ini yang dapat mengurangi beban pemerintah dalam pengembangan wisata maupun kegiatan konservasi di TNUK.
Ada peluang memanfaatkan surplus konsumen sebesar Rp 3.015.873, 016 yang jika dimaksimalkan dengan mengalikannya dengan jumlah kunjungan satu
tahun terakhir diperoleh manfaat sebesar Rp 16.511.904.761,90. Manfaat ini dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi di
TNUK. Surplus konsumen tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan wisata yang berbentuk paket wisata dengan melibatkan masyarakat
sekitar dalam pengelolaannya sehingga adanya kegiatan wisata di TNUK dapat membantu keberlangsungan kegiatan konservasi di TNUK.
Sistem keuangan saat ini belum memungkinkan untuk menggunakan secara langsung penerimaan tarif masuk dari kegiatan wisata untuk pembiayaan
konservasi di TNUK. Sistem keuangan di negara Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak mengharuskan semua penerimaan dari pungutan masuk kawasan hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya dan
taman wisata laut harus disetorkan langsung ke kas negara sehingga menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak PNBP. Oleh karena itu, penggunaan langsung
dana dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK baik untuk tambahan dana
71 operasional pengembangan wisata maupun kegiatan konservasi di TNUK tidak
memungkinkan, melainkan harus melalui pengajuan anggaran yang selama ini
proporsi untuk kegiatan konservasi khususnya di TNUK dirasa masih kecil.
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan
Taman Wisata Alam. Pengusahaan pariwisata alam diselenggarakan oleh koperasi, badan usaha milik negara, perusahaan swasta dan perorangan dengan
izin yang jelas dan wisata yang dikembangkan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga untuk pengembangan wisata
di TNUK yang berbasis ekowisata dapat dilaksanakan dengan menggandeng pihak lain sebagai mitra baik itu koperasi, swasta, maupun BUMN. Diharapkan
hal ini dapat menjembatani atau menjadi solusi bagi permasalahan pengalokasian dana konservasi dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK.
72
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam, kebersihan, dan keamanan di
kawasan wisata TNUK dinilai baik, namun beberapa fasilitas masih kurang memadai diantaranya penyediaan tempat sampah, toko souvenir, penyewaan
alat, konsumsi dan jaringan telekomunikasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap kegiatan wisata
di TNUK adalah pendapatan, usia, lama mengetahui, jarak ke lokasi, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor pendapatan, usia, lama mengetahui, dan
jarak ke lokasi memiliki pengaruh positif, sedangkan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap permintaan wisata TNUK.
2. Taman Nasional Ujung Kulon sebagai tempat wisata alam yang
memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan memiliki nilai ekonomi wisata sebesar Rp 16.511.904.761,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kawasan Taman Nasional Ujung Kulon memiliki nilai penting berupa manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata.
3. Nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah sebesar Rp 15.666,7 dan nilai
surplus konsumen sebesar Rp 3.015.873,016 per kunjungan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai dasar penetapan tiket optimum masuk kawasan
TNUK yang saat ini baru menetapkan tarif masuk sebesar Rp 2.500,00 untuk wisatawan nusantara.