BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, deforestasi adalah isu sentral dikalangan pemerhati, praktisi kehutananlingkungan, birokrat dan lain sebagainya. Degradasi dan deforastasi
hutan di Indonesia merupakan masalah yang kompleks sehingga perlu ditangani secara bijaksana. Keadaan hutan di Indonesia semakin memprihatinkan,
berdasarkan data dan hasil analisis Kementerian Kehutanan, pada periode 1985- 1997 telah terjadi laju deforestasi di Indonesia seluas 1,8 juta hatahun, lalu
meningkat pada periode 1997-2000 sebesar 2,8 juta hatahun dan menurun kembali pada periode 2000-2005 sebesar 1,08 juta hatahun BAPLAN 2008b.
Dukungan teknologi, data multi waktu, serta langkah yang efisien akan membantu dalam menjaga konsistensi kualitas dan kuantitas hutan di Indonesia. Salah satu
teknologi yang dapat diterapkan adalah dengan remote sensing atau penginderaan
jauh.
Penyusunan basis data tentang tutupan lahan di Indonesia perlu dilakukan salah satunya agar dapat digunakan dalam perhitungan tingkat deforestasi dan
pemetaan sebaran lokasi areal yang mengalami deforestasi Kementerian Kehutanan 2010. Indonesia telah menggunakan penginderaan jauh untuk
pemantauan sumber daya alam, khususnya dengan citra optik Landsat TM. Pada tahun 1990-an, Jambi masih memiliki tutupan lahan berupa hutan yang masih
dominan. Berdasarkan analisis citra Landsat, tutupan hutan di Jambi hampir 50 persen dari 5,2 juta ha luas total kawasan Provinsi Jambi WALHI 2012.
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dapat membantu dalam mendeteksi dinamika penggunaan lahan di Provinsi Jambi.
Posisi Indonesia yang berada pada iklim tropis menjadi kendala dalam menggunakan data citra optik. Iklim tropis di Indonesia terdiri dari musim
kemarau dan musim hujan. Pada musim hujan, frekuensi tutupan awan yang tinggi menggangu citra optik dalam melakukan interpretasi tutupan lahan.
Sedangkan pada musim kemarau asap kebakaran hutan juga menjadi kendala citra optik dalam mengidentifikasi tutupan lahan. Sebagai alternatif untuk
meminimalisir kendala pada citra optik, saat ini telah tersedia penginderaan jauh
dengan menggunakan citra radar. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa citra radar ALOS PALSAR resolusi 50 meter mampu mengidentifikasi
sebanyak 11 tipe tutupan lahan di Provinsi Bali Salman 2011 dan sebanyak 7 tipe tutupan lahan pada beberapa kabupaten di Pulau Jawa, yaitu Kabupaten
Tuban, Blora, Rembang dan Bojonegoro Maharani 2011. Aplikasi citra radar dalam penginderaan jauh sangat membantu dalam
kegiatan identifikasi tutupan lahan di Indonesia. Citra radar mampu melakukan perekaman dalam segala kondisi cuaca, baik pada kondisi berawan, berasap
maupun pada saat malam hari. Karakteristik citra synthetic aperture radar SAR yang berbeda dengan citra optik membutuhkan teknik interpretasi yang sedikit
berbeda. Salah satu contoh citra SAR adalah Advanced Land Observation Sattelite ALOS dengan sensor Phased Array L-band Synthetic Aperture Radar
PALSAR.
1.2 Tujuan Penelitian