Perubahan nilai pH media yang cenderung meningkat selama pengujian disebabkan oleh keadaan ion hidroksil yang lebih besar dibandingkan ion
hidrogen Irianto 2005. Menurut Ath-thar et al. 2010, peningkatan ion hidroksil dapat dipicu dari tingkat ekskresi amoniak yang tinggi selama transportasi.
Sedangkan penurunan pH menurut Yada dan Ito 1997, dapat disebabkan oleh tingginya kadar CO
2
dalam perairan. Penurunan nilai pH dapat menyebabkan menurunnya tingkat plasma sodium pada ikan nila, sehingga semakin rendah nilai
pH media, maka sintasan ikan akan semakin rendah. Selain itu, Ath-thar et al. 2010 mengungkapkan pula bahwa pada pH asam dan basa, ikan harus
beradaptasi lagi untuk dapat hidup, sehingga energi yang ada pada tubuhnya yang seharusnya digunakan untuk tumbuh, digunakan untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi pH asam dan basa. Susanto et al. 2009; Ath-thar et al. 2010 menyimpulkan
bahwa kondisi
demikian tentunya
dapat mengganggu
pertumbuhan ikan nila.
4.7 Pengujian Total Amoniak Nitrogen TAN media selama Transportasi
Amoniak merupakan sebagian fraksi kecil dari total nitrogen yang diekskresikan oleh ikan melalui urin Hoar Randall 1969. Selama proses
transportasi akan terjadi akumulasi amoniak dalam media transportasi. Amoniak yang terbentuk merupakan hasil katabolisme protein yang bersifat toksik bagi ikan
Wright Anderson 2001. Hasil pengujian aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah terhadap nilai TAN selama transportasi ikan nila disajikan
pada Gambar 10. Hasil pengujian bahwa nilai TAN media transportasi pada masing-masing
perlakuan cenderung mengalami kenaikan hingga akhir waktu pengamatan. Peningkatan nilai TAN pada media transportasi mulai terjadi pada menit ke-30
hingga menit ke-120. Kisaran nilai TAN media transportasi selama pengujian adalah 0,07-1,92 mgL, dimana nilai TAN tertinggi yang dicapai selama
pengujian terdapat pada kontrol. Pemberian perlakuan berupa perbedaan konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah selama transportasi ikan
nila berpengaruh signifikan P0,05 terhadap nilai TAN media transportasi pada setiap waktu pengamatan.
Gambar 10 Grafik perubahan nilai TAN selama transportasi; huruf berbeda a,b pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata kontrol
; 0,25
; 0,50 ; dan 0,75
Gambar 10 menunjukkan bahwa kenaikan nilai TAN dalam media transportasi meningkat seiring meningkatnya aktivitas metabolisme yang
digambarkan melalui respon tingkah laku ikan nila Gambar 5. Diduga peningkatan yang terjadi akibat akumulasi metabolit hasil ekskresi selama
kegiatan transportasi berlangsung. Rentang nilai TAN yang terakumulasi dalam media masih dalam batas normal sehingga tidak bersifat toksik bagi ikan.
Mjoun et al. 2010, menyatakan bahwa ikan nila mampu bertahan dalam kisaran amoniak hingga 7 mgL dan kisaran optimum nilai TAN pertumbuhan ikan nila,
yaitu 0,05 mgL. Peningkatan kadar amoniak terutama berasal dari pemberian pakan yang
berlebihan dan populasi dekomposer untuk menguraikan amoniak tidak memadai sehingga berakibat pada ekskresi amoniak oleh ikan cukup tinggi. Syamdidi et al.
2006 mengungkapkan bahwa kondisi stres juga akan menstimulasi lapisan luar adrenalin mengeluarkan sejumlah kortisol dan memacu perubahan protein tubuh
menjadi asam amino yang kemudian akan terurai menjadi amoniak. Akibatnya, produksi amoniak pada kondisi tersebut akan meningkat. Tingkat toksisitas
amoniak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain spesies ikan, kadar garam, tingkat paparan amoniak, lama paparan, dan pengaruh aklimasi yang diberikan
sebelumnya Irianto 2005. Nilai berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol yang terjadi pada setiap
menit pengamatan mengindikasikan aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah
b d
c c
a c
b b
a a
a a
a b
a a
0,00 0,20
0,40 0,60
0,80 1,00
1,20 1,40
1,60 1,80
2,00
30 60
90 120
Nil a
i T AN
m g
L
Waktu menit
merah mampu menghambat produksi metabolit ikan selama transportasi berlangsung. Demikian juga pada waktu pengamatan selanjutnya, dimana
perlakuan berupa pemberian ekstrak memiliki nilai TAN terukur yang lebih rendah dibandingkan kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
efektivitas ekstrak yang diberikan makin meningkat seiring tingginya level konsentrasi ekstrak.
Hasil penelitian Adnyana et al. 2004, menyatakan bahwa ekstrak daun jambu biji daging buah merah pada konsentrasi tertentu mampu menekan
frekuensi defekasi yang berbeda nyata dibandingkan kontrol, namun apabila konsentrasi yang diberikan terlalu tinggi, maka bisa jadi frekuensi penurunan
defekasi tidak terlihat berbeda nyata. Hal tersebut diduga karena konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi fisiologis hewan uji yang
mengakibatkan efek obat tidak begitu terlihat dominan. Birdi et al. 2010; GutiƩrrez et al. 2008, ekstrak kasar daun jambu biji
memiliki suatu komponen aktif berupa kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktivitas biologis. Kuersetin dilaporkan
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, antara lain proteksi terhadap jantung, aktivitas antikanker, pencegahan terhadap katarak, aktivitas antiviral, dan
antiinflamasi. Selain itu, kuersetin mampu menghambat ekskresi air dan pelepasan asetilkolin.
4.8 Pengujian Tingkat Turbiditas Media selama Transportasi