Pengujian Suhu Media selama Transportasi

dalam proses transportasi tingkat stres yang dicapai dapat direduksi. Gambaran visualisasi respon tingkah laku ikan nila selama transportasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada fase berikutnya, yaitu menit ke-30 hingga 60, tingkah laku ikan cenderung agak cepat, terutama pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25, 0,50, dan 0,75. Hal ini diduga karena pada perlakuan tersebut pengaruh ekstrak belum bereaksi secara optimal pada fisiologis ikan, sehingga efek perlakuan belum terlihat dominan pada tingkah laku ikan, sedangkan pada kontrol, tingkah laku ikan masih dalam kondisi normal, mengingat kondisi media kontrol turbiditas tidak terlalu berbeda dibandingkan menit sebelumnya. Pada menit ke-90 efek perlakuan lebih terlihat dominan pada aktivitas tingkah laku ikan, dimana pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25, 0,50, dan 0,75, respon tingkah laku ikan cenderung lebih tenang dan lambat. Hal serupa tidak terjadi pada kontrol, dimana respon tingkah laku ikan kontrol meningkat seiring waktu pengamatan. Diduga penurunan kualitas air yang terjadi pada media kontrol merupakan faktor penyebabnya. Penurunan kualitas air yang terjadi dapat berupa meningkatnya kadar CO 2 , TAN, dan kekeruhan sehingga tingkat stres ikan mempengaruhi aktivitas tingkah lakunya. Gambar 5 menunjukkan bahwa pada menit ke-120 aktivitas tingkah laku ikan yang diberikan perlakuan penambahan ekstrak daun jambu biji buah merah cenderung normal, namun pada ikan kontrol, respon tingkah lakunya cenderung normal lambat. Perilaku yang cenderung normal dan lambat mengindikasikan tingkat kelelahan ikan akibat stres berkelanjutan selama transportasi.

4.3 Pengujian Suhu Media selama Transportasi

Suhu merupakan salah satu faktor fisik yang berperan dalam pengaturan keseimbangan fisiologis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan. Kisaran toleransi setiap jenis ikan terhadap suhu memiliki rentang yang berbeda- beda. Maka dari itu, pengujian terhadap perubahan suhu media selama transportasi berlangsung dilakukan karena suhu merupakan faktor penting yang berperan menentukan keberhasilan transportasi. Perubahan suhu media selama pengujian transportasi ikan nila disajikan pada Gambar 6. Hasil pengujian menunjukkan bahwa suhu media transportasi pada masing- masing perlakuan cenderung meningkat hingga akhir waktu pengamatan. Peningkatan suhu mulai terjadi dari menit ke-30 hingga 120. Perubahan suhu yang terjadi selama pengujian 25,40-26,93ºC. Kisaran suhu minimum yang dicapai selama pengujian terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,50, sedangkan kisaran suhu maksimum yang dicapai selama pengujian terdapat pada konsentrasi 0,75. Perubahan suhu yang terjadi selama pengujian masih lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Novila 2012, yaitu 25,40-27,38ºC. Hal ini mengindikasikan pemberian ekstrak daun jambu biji daging buah merah lebih efektif menurunkan aktivitas tingkah laku biota selama transportasi. Gambar 6 Grafik perubahan suhu media selama transportasi; huruf berbeda a,b pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata kontrol ; 0,25 ; 0,50 ; dan 0,75 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berupa perbedaan konsentrasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah selama transportasi ikan nila memberikan pengaruh yang signifikan P0,05 terhadap perubahan suhu media transportasi pada menit ke-30, sedangkan pada menit ke-60, 90, dan 120, perlakuan ekstrak tidak berpengaruh signifikan P0,05 terhadap perubahan suhu media. Perubahan suhu yang terjadi dalam media pada masing-masing perlakuan masih dalam batas toleransi ikan nila. Sebagaimana dikemukakan Mjoun et al. 2010 yang menyatakan bahwa kisaran suhu optimum habitat ikan nila 22-29ºC. Perubahan suhu kontrol cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ekstrak daun jambu biji daging buah merah. Aktivitas ikan pada media b b a b 25,20 25,40 25,60 25,80 26,00 26,20 26,40 26,60 26,80 27,00 30 60 90 120 Su hu ᵒ C Waktu menit kontrol yang bersifat lebih agresif dibandingkan dengan ikan yang diberikan perlakuan ekstrak daun jambu biji diduga merupakan penyebabnya Gambar 2. Menurut Supriyanto et al. 2007, perubahan posisi yang sangat cepat mengakibatkan tingginya frekuensi gesekan antar molekul air, sehingga dapat menimbulkan panas yang menyebabkan suhu media kontrol lebih tinggi dibandingkan suhu media perlakuan lainnya. Peningkatan suhu tidak selalu berakibat pada kematian ikan Irianto 2005, namun meningkatnya suhu dapat menyebabkan gangguan fisiologis berupa peningkatan laju metabolisme pada ikan Ross Ross 2008. Selama kisaran suhu media masih dalam batasan toleransi, maka sintasan hidup ikan selama proses transportasi tetap dapat dipertahankan Junianto 2003.

4.4 Pengujian Oksigen Terlarut DO Media selama Transportasi