merah mampu menghambat produksi metabolit ikan selama transportasi berlangsung. Demikian juga pada waktu pengamatan selanjutnya, dimana
perlakuan berupa pemberian ekstrak memiliki nilai TAN terukur yang lebih rendah dibandingkan kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
efektivitas ekstrak yang diberikan makin meningkat seiring tingginya level konsentrasi ekstrak.
Hasil penelitian Adnyana et al. 2004, menyatakan bahwa ekstrak daun jambu biji daging buah merah pada konsentrasi tertentu mampu menekan
frekuensi defekasi yang berbeda nyata dibandingkan kontrol, namun apabila konsentrasi yang diberikan terlalu tinggi, maka bisa jadi frekuensi penurunan
defekasi tidak terlihat berbeda nyata. Hal tersebut diduga karena konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi fisiologis hewan uji yang
mengakibatkan efek obat tidak begitu terlihat dominan. Birdi et al. 2010; GutiƩrrez et al. 2008, ekstrak kasar daun jambu biji
memiliki suatu komponen aktif berupa kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktivitas biologis. Kuersetin dilaporkan
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, antara lain proteksi terhadap jantung, aktivitas antikanker, pencegahan terhadap katarak, aktivitas antiviral, dan
antiinflamasi. Selain itu, kuersetin mampu menghambat ekskresi air dan pelepasan asetilkolin.
4.8 Pengujian Tingkat Turbiditas Media selama Transportasi
Turbiditas merupakan ukuran kejernihan air yang menunjukkan berapa banyak material tersuspensi dalam air. Nilai turbiditas diukur berdasarkan satuan
NTU nephelometric turbidity unit. Pengukuran terhadap material tersuspensi dalam air menjadi penting karena parameter ini sangat berkaitan dengan
keberadaan komponen kualitas air seperti, oksigen. Hasil pengujian aplikasi ekstrak daun jambu biji daging buah merah terhadap nilai turbiditas selama
transportasi ikan nila disajikan pada Gambar 11. Hasil pengujian menunjukkan bahwa selama pengujian nilai turbiditas
media transportasi pada masing-masing perlakuan cenderung mengalami kenaikan hingga akhir waktu pengamatan. Peningkatan nilai turbiditas terjadi pada menit
ke-30 hingga 120. Kisaran nilai kekeruhan yang dicapai selama pengujian 0-29 NTU. Dimana nilai turbiditas terendah yang dicapai selama terdapat pada
perlakuan kontrol, sedangkan nilai turbiditas tertinggi yang dicapai selama pengujian terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,75. Hasil analisis
statistik menunjukkan, bahwa pemberian perlakuan ekstrak daun jambu biji daging buah merah memberikan pengaruh yang signifikan P0,05 terhadap nilai
turbiditas media pada setiap waktu pengamatan.
Gambar 11 Grafik perubahan nilai turbiditas selama transportasi; huruf berbeda a,b pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata kontrol
; 0,25
; 0,50 ; dan 0,75
Perbedaan tingkat kekeruhan yang signifikan pada media transportasi terlihat antara kontrol dan perlakuan yang diberi penambahan ekstrak daun jambu
biji daging buah merah. Hal tersebut dikarenakan ekstrak yang ditambahkan pada media masih berupa ekstrak kasar yang didalamnya terkandung partikel
tersuspensi berupa zat-zat organik. Keberadaan pertikel tersuspensi pada ekstrak diindikasikan melalui warna dan bau ekstrak, sehingga ketika dilarutkan pada
media, ekstrak akan memberikan pengaruh terhadap tingkat kekeruhan media transportasi. Perbedaan level konsentrasi ekstrak juga turut memberikan pengaruh
terhadap tingkat kekeruhan media. Semakin tinggi tingkat konsentrasi perlakuan maka semakin tinggi pula tingkat kekeruhan medianya. Berdasarkan Gambar 11
juga dapat diketahui, bahwa selisih peningkatan nilai turbiditas paling rendah hingga yang tertinggi secara berturut-turut terdapat pada kontrol, perlakuan
ekstrak dengan konsentrasi 0,50, 0,25, dan 0,75.
a a
a a
c c
b b
b b
b;c b
d d
c c
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00
30 60
90 120
Nila i
T urbid
it a
s NT
U
Waktu menit
Peningkatan nilai turbiditas pada setiap waktu pengamatan juga mengindikasikan akumulasi metabolit ikan selama transportasi. Nilai turbiditas
memiliki korelasi terhadap nilai TAN, setiap kenaikan nilai TAN akan diiringi juga dengan peningkatan nilai kekeruhan. Akumulasi feses ikan selama
tansportasi akan menyebabkan peningkatan bahan organik dan nilai turbiditas NSCFS 2008. Kandungan partikel terlarut kurang dari 25 mgL tidak
menyebabkan gangguan pada ikan. Adapun pada kandungan padatan lebih dari 400 mgL akan menyebabkan perairan tersebut sangat tidak layak untuk kegiatan
perikanan. Partikel-partikel dalam air dapat mengganggu insang atau menyebabkan kerusakan insang sehingga merangsang ikan untuk memproduksi
mukus secara berlebih. Pada kasus yang berat, ikan dapat mengalami kekurangan oksigen akibat insang tertutup oleh mukus dan partikel-partikel tersuspensi
Irianto 2005.
4.9 Kadar Glukosa Darah