kontrol  yang  bersifat  lebih  agresif  dibandingkan  dengan  ikan  yang  diberikan perlakuan ekstrak daun jambu biji diduga merupakan penyebabnya Gambar 2.
Menurut  Supriyanto  et  al.  2007,  perubahan  posisi  yang  sangat  cepat mengakibatkan  tingginya  frekuensi  gesekan  antar  molekul  air,  sehingga  dapat
menimbulkan  panas  yang  menyebabkan  suhu  media  kontrol  lebih  tinggi dibandingkan  suhu  media  perlakuan  lainnya.  Peningkatan  suhu  tidak  selalu
berakibat  pada  kematian  ikan  Irianto  2005,  namun  meningkatnya  suhu  dapat menyebabkan    gangguan  fisiologis  berupa  peningkatan  laju  metabolisme  pada
ikan  Ross    Ross  2008.  Selama  kisaran  suhu  media  masih  dalam  batasan toleransi,  maka  sintasan  hidup  ikan  selama  proses  transportasi  tetap  dapat
dipertahankan Junianto 2003.
4.4 Pengujian Oksigen Terlarut DO Media selama Transportasi
Oksigen diperlukan ikan untuk katabolisme yang menghasilkan energi bagi aktivitas berupa  renang, reproduksi, dan pertumbuhan Irianto 2005. Pentingnya
peranan oksigen bagi kelangsungan hidup ikan, menjadikan oksigen sebagai salah satu  parameter  pengujian  dalam  penelitian  ini.  Hasil  pengujian  kadar  oksigen
terlarut dalam media selama transportasi berlangsung disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Grafik  perubahan  kadar  oksigen  terlarut  DO  selama  transportasi;
huruf  berbeda  a,b  pada  grafik  menunjukkan  nilai  berbeda  nyata kontrol
; 0,25 ; 0,50
; dan 0,75 Konsentrasi oksigen terlarut pada masing-masing taraf perlakuan cenderung
bersifat  fluktuatif,  yaitu  pada  menit  awal  pengujian  hingga  menit  ke-30 konsentrasi  oksigen  media  pada  setiap  perlakuan  menurun  drastis  kemudian
a a
b d
b b
b c
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00 9,00
30 60
90 120
Nila i D
O m
g L
Waktu menit
meningkat  kembali  seiring  waktu  pengamatan,  namun  hal  demikian  tidak  terjadi pada  kontrol.  Konsentrasi  oksigen  terlarut  kontrol  terus  mengalami  penurunan
hingga akhir pengamatan. Hasil  analisis  statistik  menunjukkan  bahwa  pemberian  ekstrak  daun  jambu
biji  daging  buah  merah  pada  media  berpengaruh  signifikan  P0,05  terhadap nilai  DO  pada  menit  ke-90  dan  120,  sedangkan  pada  menit  ke-30  dan  60,
perlakuan  yang  diberikan  tidak  berpengaruh  signifikan  P0,05  terhadap  nilai DO  media.  Penurunan  konsentrasi  DO  media  pada  menit  awal  pengujian
disebabkan  oleh  stres  adaptif  ikan  selama  proses  transportasi.  Hal  tersebut didukung  pernyataan  Junianto  2003  yang  mengungkapkan  bahwa  stres  dapat
terjadi  pada  awal  pengangkutan  akibat  perubahan  kondisi  lingkungan  yang mendadak  sehingga  mengakibatkan  konsumsi  oksigen  tertinggi  terjadi  pada
15 menit awal dari saat pengangkutan. Pada  menit  berikutnya  ikan  telah  beradaptasi  dengan  lingkungan  barunya
sehingga  konsumsi  oksigen  ikan  menjadi  berkurang,  ditambah  lagi  dengan pengaruh  pemberian  ekstrak  sehingga  aktivitas  respirasi  ikan  nila  mengalami
penurunan.  GutiƩrrez et  al.  2008  menyatakan,  disamping  memiliki  sifat antialergi,  antiinflamasi,  dan  analgesik,  ekstrak  daun  jambu  biji  memiliki
kemampuan  menurunkan  aktivitas  sistem  syaraf  pusat  serta  memberikan  efek sedatif.  Faktor  lain  meningkatnya  nilai  DO  juga  dipengaruhi  pemberian  aerasi
selama transportasi berlangsung, sehingga difusi oksigen dari atmosfer lebih cepat terjadi.  Menurut  Wynne    Wurts  2011,  terdapat  berbagai  metode  untuk
meningkatkan  kadar  DO  selama  pengangkutan,  salah  satunya  dengan  aerasi. Aerasi  dapat  dilakukan  pada  transportasi  ikan  dengan  kepadatan  yang  tinggi.
Penggunaan  aerasi  dapat  mempertahankan  konsentrasi  oksigen  hingga  minimal 6 mgL selama pengangkutan. Selain itu, aerasi dapat mengurangi stres fisiologis
yang berdampak terhadap kenaikan kadar amoniak. Kisaran  nilai  DO  yang  dicapai  selama  pengujian  adalah  2,70-8,00 mgL,
dimana  nilai  DO  tertinggi  dan  terendah  yang  dicapai  selama  pengujian  terdapat pada  perlakuan  dengan  konsentrasi  0,25.  Sebagaimana  dikemukakan
Mjoun et al. 2010, kisaran nilai DO yang dicapai selama pengujian masih dalam batas  toleransi  ikan  nila.  Bahkan  diungkapkan  dalam  penelitiannya  ikan  nila
merupakan jenis biota  yang sangat  toleran terhadap oksigen terlarut  yang rendah dan  mampu  bertahan  pada  kisaran  DO  mencapai  0,1  mgL.  Namun  demikian,
kebutuhan  DO  yang  paling  optimum  untuk  menunjang  kelangsungan  hidup  dan pertumbuhan ikan nila adalah 3 mgL.
Oksigen merupakan  gas yang memiliki kelarutan  yang rendah di  dalam air Mallya  2007.  Salmin  2005  mengungkapkan  bahwa  kecepatan  difusi  oksigen
dari  udara  disebabkan  oleh  beberapa  faktor,  antara  lain  kekeruhan  air,  suhu, salinitas,  dan  pergerakan  massa  air  seperti  arus.  Kekurangan  oksigen  dapat
berakibat  pada  mortalitas  ikan.  Sensitivitas  terhadap  kadar  oksigen  terlarut  yang rendah sangat spesifik untuk setiap jenis ikan. Pada umumnya, apabila kandungan
oksigen  terlarut  turun  menjadi  3-4  mgL,  ikan  akan  mengalami  stres Irianto 2005.
4.5 Pengujian Nilai Karbon Dioksida CO