Pengujian Nilai Karbon Dioksida CO

merupakan jenis biota yang sangat toleran terhadap oksigen terlarut yang rendah dan mampu bertahan pada kisaran DO mencapai 0,1 mgL. Namun demikian, kebutuhan DO yang paling optimum untuk menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila adalah 3 mgL. Oksigen merupakan gas yang memiliki kelarutan yang rendah di dalam air Mallya 2007. Salmin 2005 mengungkapkan bahwa kecepatan difusi oksigen dari udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kekeruhan air, suhu, salinitas, dan pergerakan massa air seperti arus. Kekurangan oksigen dapat berakibat pada mortalitas ikan. Sensitivitas terhadap kadar oksigen terlarut yang rendah sangat spesifik untuk setiap jenis ikan. Pada umumnya, apabila kandungan oksigen terlarut turun menjadi 3-4 mgL, ikan akan mengalami stres Irianto 2005.

4.5 Pengujian Nilai Karbon Dioksida CO

2 Media selama Transportasi Karbon dioksida merupakan salah satu gas terlarut dalam air yang termasuk dalam parameter penentu kualitas air. Keberadaan gas ini dipicu oleh aktivitas respirasi, suhu, difusi gas dari atmosfer, dan pH media. Tingginya kadar karbon dioksida dalam air dapat mengganggu kondisi keseimbangan fisiologis ikan, atau bahkan dapat berakibat fatal misal kematian pada ikan. Hasil pengujian kadar karbon dioksida dalam media transportasi ikan nila disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 Grafik perubahan nilai karbon dioksida CO 2 selama transportasi; huruf berbeda a,b pada grafik menunjukkan nilai berbeda nyata kontrol ; 0,25 ; 0,50 ; dan 0,75 a a;b b a a a b c c a b d 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 30 60 90 120 Nil a i CO 2 m g L Waktu menit Konsentrasi CO 2 pada masing-masing perlakuan cenderung memiliki pola perubahan yang sama. Kondisi media perlakuan dengan konsentrasi 0,50 dinilai lebih bersifat fluktuatif dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Kenaikan konsentrasi CO 2 pada perlakuan dengan konsentrasi 0,50 mulai terjadi pada menit ke-0 hingga 60. Kondisi yang serupa juga dialami kontrol dan perlakuan dengan konsentrasi 0,75, namun peningkatan yang terjadi tidak sebesar media perlakuan dengan konsentrasi 0,50. Hal ini diduga pola aktivitas respirasi ikan perlakuan dengan konsentrasi 0,50 lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi karbondioksida yang lebih tinggi dalam media. Faktor utama dominasi tingginya aktivitas respirasi ikan perlakuan dengan konsentrasi 0,50 diduga karena ukuran ikan juga mempengaruhi aktivitas respirasi ikan, dimana pada perlakuan tersebut memiliki bobot ikan paling rendah, yaitu 773,50 g. Budiardi et al. 2005 mengungkapkan bahwa tingkat konsumsi oksigen ikan yang berukuran lebih kecil relatif lebih tinggi dibandingkan ikan yang berukuran lebih besar. Pada menit selanjutnya ikan sudah mulai beradaptasi sehingga aktivitas respirasi ikan menurun, selain itu pemberian perlakuan ekstrak juga memberikan pengaruh terhadap menurunnya aktivitas respirasi ikan. Pada menit ke-60 hingga 90 konsentrasi karbon dioksida yang terdeteksi dalam media cenderung mengalami penurunan, namun hal serupa tidak terjadi pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25. Penurunan kadar karbon dioksida pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25 telah terjadi lebih awal pada menit sebelumnya. Penurunan konsentrasi CO 2 dalam media diduga akibat turunnya aktivitas respirasi ikan dan penambahan aerasi pada media. Penurunan aktivitas ikan pada kontrol diduga karena ikan mengalami kelelahan, sedangkan pada perlakuan ekstrak menurunnya pola respirasi diduga akibat adanya pengaruh ekstrak daun jambu biji. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kisaran perubahan konsentrasi CO 2 yang terjadi selama pengujian sebesar 1,9-16,7 mgL dengan konsentrasi minimum terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,25 dan konsentrasi maksimum terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 0,50. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berupa pemberian ekstrak daun jambu biji daging buah merah berpengaruh signifikan P0,05 terhadap konsentrasi CO 2 media transportasi pada menit ke-30, 60, dan 90, sedangkan pada menit ke-120 perlakuan ekstrak daun jambu biji daging buah merah tidak berpengaruh signifikan P0,05 terhadap perubahan konsentrasi CO 2 media transportasi. Gomes et al. 2006 mengungkapkan bahwa nilai kristis karbon dioksida selama proses transportasi bergantung pada spesies. Nilai kritis untuk spesies ikan subtropis sebesar 40 mgL, sedangkan untuk spesies ikan tropis nilai kritisnya mencapai 140 mgL. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa konsentrasi karbon dioksida media selama pengujian masih jauh lebih rendah dibandingkan nilai kritisnya. Pengaruh pemberian ekstrak tidak memberikan dampak langsung terhadap penurunan konsentrasi CO 2, melainkan melalui suatu tahap penurunan aktivitas respirasi yang ditunjukkan melalui respon tingkah laku ikan nila. Faktor lain tereduksinya gas karbon dioksida selama proses transportasi adalah penggunaan aerasi. Hal ini didukung oleh Swann 1993 dan Hargreaves Brunson 1996, yang menyatakan bahwa tingkat karbon dioksida yang tinggi dalam suatu media transportasi dapat direduksi dengan aplikasi aerasi mekanis atau mengisikan gas oksigen ke dalam wadah transportasi hingga terbentuk ruang kolom udara pada aplikasi transportasi sistem tertutup. Selain itu, keberadaan gas karbon dioksida dalam air juga dipengaruhi sifat kelarutan gas dan pola respirasi ikan. Kadar karbon dioksida lebih dari 12 mgL biasanya sudah bersifat mematikan, tetapi penggunaan aerasi yang baik dapat menurunkan tingkat toksisitas karbon dioksida hingga konsentrasi di atas 100 mgL Irianto 2005. Hargreaves Brunson 1996 mengungkapkan, ikan dapat melepaskan karbon dioksida melalui insang sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi karbon dioksida dalam darah ikan dan lingkungannya. Jika konsentrasi karbon dioksida lingkungan tinggi, ikan akan mengalami kesulitan untuk mengurangi konsentrasi karbon dioksida dalam tubuhnya, sehingga akan terjadi akumulasi CO 2 dalam darah ikan. Akumulasi ini menghambat kemampuan hemoglobin, membawa molekul oksigen dalam darah untuk mengikat oksigen dan dapat menyebabkan ikan menjadi stres bahkan mati.

4.6 Pengujian Nilai pH Media selama Transportasi