Kacang Kedelai dan Isolat Protein Kedelai

5 antinutrisi, alergen, atau zat bioaktif baru yang secara tidak sengaja terekspresikan. Diperlukan studi untuk memastikan bahwa transformasi yang terjadi tidak mengekspresikankan senyawa baru yang mengakibatkan perubahan negatif yang dapat memengaruhi kesehatan manusia Kőnig et al. 2004. Kacang kedelai dapat diolah langsung menjadi produk pangan atau diolah menjadi produk antara atau disebut dengan produk intermediet seperti tepung kedelai, protein hidrolisat, konsentrat protein dan isolat protein kedelai Nishinari et al. 2014. Produk intermediet ini dapat digunakan sebagai ingredien pangan sebagai pengental, campuran daging hingga sebagai emulsifier. Dikarenakan sifat fungsionalnya yang baik isolat protein kedelai banyak digunakan dalam industri sebagai bahan formulasi berbagai pangan Manohar et al. 20011. Isolat protein kedelai IPK adalah bentuk murni dari bubuk protein kedelai yang tersedia secara komersial, mengandung 90 protein, dan memiliki beberapa fungsi yang diinginkan seperti kemampuan sebagai pengemulsi. Protein kedelai menjadi bahan pangan yang banyak digunakan dalam formulasi pangan berbasis protein, karena memiliki protein tinggi dan kemampuan yang baik untuk meningkatkan kualitas pangan. Aplikasi yang paling penting dari IPK salah satunya adalah digunakan sebagai emulsifier dalam pembuatan pangan, seperti produk daging Chen et al. 2013. Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk mengisolasi protein diantaranya adalah isoelectric precipitation, alcohol precipitation, isoelectric precipitation combined with alcohol precipitation, serta alkali solution with isoelectric precipitation Wu et al. 2009. Konsumsi pangan berbasis kedelai telah meningkat sejak Food and Drug Administration FDA memutuskan untuk menerima klaim kesehatan terhadap protein kedelai. Klaim ini menghubungkan asupan produk kaya protein kedelai terhadap potensi yang bermanfaat bagi kesehatan Dolores et al. 2012. Disamping manfaatnya tersebut, kedelai memiliki potensi sebagai alergen karena mengandung protein yang dapat memicu alergi. Alergen pada kedelai adalah protein dengan berat molekul rendah atau peptida yang umumnya merupakan golongan glikoprotein Ballmer-Weber et al. 2007.

2.2 Alergi Pangan

Alergi pangan secara signifikan memengaruhi morbiditas dan mortalitas hingga 2.5 dari populasi orang dewasa dan 6-8 dari anak-anak kurang dari 3 tahun Sampson 1999. Menurut laporan AS terbaru menunjukkan bahwa tingkat kejadian anafilaksis meningkat menjadi 49.8 dalam 100.000 orang per tahun. Pangan merupakan penyebab utama anafilaksis, sehingga pasien karena anafilaksis yang diinduksi pangan dilaporkan telah meningkat sebesar 350 selama dekade terakhir Ben-Shoshan 2010. Reaksi hipersensitivitas yang terjadi pada manusia digolongkan menjadi 4 tipe, yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi tipe I immediate hypersensitivity terjadi dalam waktu yang relatif cepat, dimana pengikatan antigen dan respon IgE menyebabkan pelepasan berbagai mediator oleh sel mastosit yang mengakibatkan inflamasi. Reaksi tipe II antibody-dependent cytotoxic hypersensitivity merupakan reaksi hipersensitivitas yang bersifat sitotoksik dan tergantung pada peranan antibodi. Reaksi ini dapat terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam, dimana antibodi IgG atau IgM melawan antigen yang muncul pada 6 permukaan sel. Reaksi tipe III immune complex-mediated hypersensitivity memberikan respon dalam waktu 3-10 jam, diperantarai oleh reaksi imun yang yang mengandung antibodi IgG dan pada reaksi ini kompleks antigen-antibodi yang terdeposit di jaringan menginduksi aktivasi komplemen dan respon inflamasi. Reaksi tipe IV delayed-type hypersensitivity dikenal sebagai reaksi alergi tertunda dan melibatkan sel T dalam proses reaksinya. Sel T tersensitisasi melepas sitokin yang mengaktivasi makrofag dan sel Tc sehingga mengakibatkan kerusakan sel Roitt dan Delves 2001. Perbandingan tipe-tipe hipersensitivitas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perbandingan tipe-tipe hipersensitivitas Parameter Tipe hipersensitivitas I II III IV Waktu respon 30 menit 8 jam 3-10 jam 24-72 jam Sel yang terlibat Mastosit basofil Makrofag Polimorfonuklear, komplemen Limfosit T Manifestasi anafilaksis Hemolitik neonatus Rh Eritema, edema Radang penvaskula r Antibodi yang terlibat IgE IgG, IgM IgG - Contoh Alergi pangan Transfusi darah Lupus Celiac disease Sumber : Roitt dan Delves 2001 Alergi pangan dikenal sebagai reaksi tipe I yang dimediasi oleh antibodi IgE. IgE Imunoglobulin E IgE adalah salah satu dari tubuh 5 kelas isotypes imunoglobulin antibodi. Seperti imunoglobulin lainnya, IgE diproduksi oleh sel B dan sel plasma. Berbeda dengan imunoglobulin lain, konsentrasi IgE dalam sirkulasi sangat rendah. Konsentrasi immunoglobulin E dalam darah biasanya kurang dari 1 µgmL. Konsentrasi IgE dalam darah berbeda-beda pada tiap golongan umur. Antara usia 10 sampai 14 tahun, kadar IgE lebih tinggi daripada orang dewasa. Setelah usia 70 tahun, kadar IgE menurun sedikit dan lebih rendah dari pada orang dewasa dibawah 40 tahun Winter et al. 2000. Dalam alergi yang dimediasi IgE, sel mastosit dan basofil memainkan peran penting. Asosiasi alergen dengan antibodi IgE mengikat FcεRI, tingginya afinitas reseptor IgE pada permukaan sel mastosit dan basofil, menyebabkan pelepasan berbagai mediator bioaktif seperti histamin, leukotrien dan prostaglandin dari sel- sel, sehingga mendorong reaksi alergi. Setelah berikatan dengan FcεRI, sel mastosit juga memproduksi berbagai sitokin dan kemokin yang mendorong pematangan dan migrasi sel inflamasi misalnya, eosinofil dan sel T yang menyebabkan peradangan pada jaringan lokal. Mekanisme alergi ini dapat dilihat pada Gambar 1.