Alergi Pangan Glikasi Isolat Protein Kedelai Gmo Dan Non-Gmo Secara In Vitro Dan Pengujian Sifat Alergenisitasnya.
6 permukaan sel. Reaksi tipe III immune complex-mediated hypersensitivity
memberikan respon dalam waktu 3-10 jam, diperantarai oleh reaksi imun yang yang mengandung antibodi IgG dan pada reaksi ini kompleks antigen-antibodi
yang terdeposit di jaringan menginduksi aktivasi komplemen dan respon inflamasi. Reaksi tipe IV delayed-type hypersensitivity dikenal sebagai reaksi
alergi tertunda dan melibatkan sel T dalam proses reaksinya. Sel T tersensitisasi melepas sitokin yang mengaktivasi makrofag dan sel Tc sehingga mengakibatkan
kerusakan sel Roitt dan Delves 2001. Perbandingan tipe-tipe hipersensitivitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perbandingan tipe-tipe hipersensitivitas
Parameter Tipe hipersensitivitas
I II
III IV
Waktu respon 30 menit
8 jam 3-10 jam
24-72 jam Sel yang terlibat
Mastosit basofil
Makrofag Polimorfonuklear, komplemen
Limfosit T Manifestasi
anafilaksis Hemolitik neonatus
Rh Eritema, edema
Radang penvaskula
r
Antibodi yang terlibat IgE IgG, IgM IgG
- Contoh
Alergi pangan
Transfusi darah
Lupus Celiac
disease Sumber : Roitt dan Delves 2001
Alergi pangan dikenal sebagai reaksi tipe I yang dimediasi oleh antibodi IgE. IgE Imunoglobulin E IgE adalah salah satu dari tubuh 5 kelas isotypes
imunoglobulin antibodi. Seperti imunoglobulin lainnya, IgE diproduksi oleh sel B dan sel plasma. Berbeda dengan imunoglobulin lain, konsentrasi IgE dalam
sirkulasi sangat rendah. Konsentrasi immunoglobulin E dalam darah biasanya kurang dari 1 µgmL. Konsentrasi IgE dalam darah berbeda-beda pada tiap
golongan umur. Antara usia 10 sampai 14 tahun, kadar IgE lebih tinggi daripada orang dewasa. Setelah usia 70 tahun, kadar IgE menurun sedikit dan lebih rendah
dari pada orang dewasa dibawah 40 tahun Winter et al. 2000.
Dalam alergi yang dimediasi IgE, sel mastosit dan basofil memainkan peran penting. Asosiasi alergen dengan antibodi IgE mengikat
FcεRI, tingginya afinitas reseptor IgE pada permukaan sel mastosit dan basofil, menyebabkan pelepasan
berbagai mediator bioaktif seperti histamin, leukotrien dan prostaglandin dari sel- sel, sehingga mendorong reaksi alergi. Setelah berikatan dengan
FcεRI, sel mastosit juga memproduksi berbagai sitokin dan kemokin yang mendorong
pematangan dan migrasi sel inflamasi misalnya, eosinofil dan sel T yang menyebabkan peradangan pada jaringan lokal. Mekanisme alergi ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
7
Gambar 1 Mekanisme reaksi alergi Singh dan Bhalla 2008 Tabel 2 Jenis-jenis alergen pada kacang kedelai
Alergen atau fraksi protein BM kDa Sumber
Gly m 1.0101 Gly m 1A, Protein hidrofobik 7,5 Ogawa et al. 2000
Gly m 1.0102 Gly m 1B, Protein hidrofobik 7 Ogawa et al. 2000
Gly m 2, Defesin 8
Ogawa et al. 1991 Methionine rich protein
8-12 Amnuaycheewa dan
Elvira 2010 Gly m 3, Profilin
14 Cordle 2004
Gly m 4, 2S-globulin 17
Vorlova 2010 Whey fraction
18-21 Amnuaycheewa dan
Elvira 2010 Kunitz trypsin inhibitor, 2S-globulin
20 Cordle 2004
Glisinin G2, Glisinin 11S globulin 22
Helm et al. 2000 Gly m BD 28K, Fraksi 7S-globulin
26-28 Xiang et al. 2004
Whey fraction 29-31
Ogawa et al. 1991 Soy Lesitin
32 Amnuaycheewa dan
Elvira 2010 Gly m Bd 30 k, protein vacuolar P34
30-34 Ogawa et al. 1991
Glisinin G1, 35-40
Beardslee dan Ebner 2000
P39 39
Xiang et al. 2008 7S-Globulin
40-41 Ogawa et al. 1991
β-conglycinin subunit β 42
Ogawa et al. 1991 7S-Globulin
47-50 Ogawa et al. 1991
7S-Globulin 52-55
Ogawa et al. 1991 Gly m BD 60K,
β-conglycinin subunit α 57-67
Ogawa et al. 2000 Gly m BD 68K,
β-conglycinin subunit α’ 71
Ogawa et al. 2000 Uzzaman dan Seong 2012, juga mengemukakan bahwa reaksi
hipersensitivitas tipe I terdiri dari dua fase yaitu respon langsung yang terjadi dalam hitungan menit yang disebabkan oleh histamin, prostaglandin D
2
,
8 leukotrien D
4
, serta kinins dan tryptase. Selain itu, ada reaksi tunda yang terjadi setelah 4-8 jam dan dipengaruhi oleh sitokin seperti IL-1, tumor necrosis factor,
IL-4, IL-5, IL-13 dan berbagai faktor colony-stimulating seperti granulosit pada monosit colony-stimulating factor. Selain sel mastosit dan basofil, eosinofil dan
neutrofil juga mungkin terlibat dalam reaksi hipersensitif. Contoh reaksi hipersensitif adalah anafilaksis, yang ditandai dengan dilatasi dari pembuluh darah
dan penyempitan saluran pernafasan dan dapat terjadi sebagai respon terhadap alergen yang terdapat dalam pangan seperti kacang-kacangan dan susu. Alergi
pangan yang difokuskan pada penelitian ini adalah alergi terhadap kacang kedelai. Beberapa jenis protein alergen yang terdapat pada kedelai dapat dilihat pada Tabel
2.