3
1.5  Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat dalam : 1  Memperoleh  data  ilmiah  mengenai  karakteristik  kimia  dan  derajat  glikasi
isolat protein yang terglikasi. 2  Memperoleh  informasi  teknologi  pengolahan  kacang  kedelai  yang  dapat
meminimalisasi risiko terjadinya alergi. 3  Menurunkan  risiko  terjadinya  alergi  akibat  konsumsi  pangan  yang  berasal
dari isolat kacang kedelai GMO maupun non-GMO.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Kacang Kedelai dan Isolat Protein Kedelai
Kedelai  Glycine  max  adalah  tanaman  kaya  protein  yang  dikonsumsi  di dunia.  Di  Indonesia,  kedelai  merupakan  komoditas  strategis  ketiga  berdasarkan
tingkat konsumsinya setelah padi dan jagung, karena setiap hari dikonsumsi oleh hampir  sebagian  masyarakat  dengan  tingkat  konsumsi  rata-rata  8.12
kgkapitatahun. Kedelai sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk produk olahan seperti tahu, tempe, kecap, tauco, tauge dan susu kedelai Harsono 2008.
Kedelai  merupakan  sumber  protein,  lemak  dan  nutrisi  lainnya.  Protein kedelai  dapat  digunakan  sebagai  pengganti  protein  hewani  karena  kedelai
memiliki  kandungan  protein  yang  baik  sekitar  34-43  Ginting  et  al.  2009. Keuntungan  protein  kedelai  adalah  memiliki  keseimbangan  komposisi  asam
amino  yang  baik,  karena  mengandung  asam  amino  esensial.  Kedelai  memiliki komponen  yang  menguntungkan  secara  fisiologis,  karena  terbukti  dapat
menurunkan  kolesterol  sehingga  dapat  mengurangi  risiko  hiperlipidemia  dan penyakit  kardiovaskuler.  Kedelai  juga  memiliki  keunggulan  dalam  membentuk
gel,  mengemulsi,  serta  kemampuan  mengikat  air  dan  minyak  yang  bermanfaat pada pengolahan pangan   Nishinari et al. 2014.
Selain  jagung,  canola,  kentang  dan  tomat,  kedelai  merupakan  salah  satu tanaman  yang  banyak dikembangkan  menggunakan teknologi  GMO genetically
modified organism . Tanaman direkayasa secara genetik guna merubah komposisi
genetik untuk memperoleh karakteristik baru, seperti toleransi terhadap herbisida, resistensi  terhadap  serangga,  meningkatkan  umur  simpan  atau  memodifikasi
komposisi  gizi  Arun  2013.  Disamping  itu,  tanaman  GMO  ini  dikhawatirkan dapat merubah dan meningkatkan senyawa endogen yang berdampak negatif salah
satunya adalah alergen Fernandez et al. 2013.
Keamanan  produk  GMO  ini  telah  banyak  diteliti,  namun  pro  dan  kontra terhadap  produk  ini  masih  terus  terjadi.  Mishra  et  al.  2012  menguji  secara  in
silico yaitu  simulasi  menggunakan  komputer  terhadap  potensi  alergenisitas
transgen  yang  digunakan  dalam  pengembangan  tanaman  pangan  GMO,  bahwa terdapat  potensi  alergi  dari  beberapa  gen,  seperti  Pers  a  1  dan  Hev  b  11  yang
dapat berikatan dengan 7 dari 75 serum pasien alergi pangan selain kedelai.  Gen Ole e
9, Cla h 10 dan  Alt a 10 memiliki alergen yang homolog dengan gandum. Hasil  ini  diharapkan  dapat  berfungsi  sebagai  panduan  untuk  pemilihan  transgen
dalam mengembangkan tanaman GMO. Fernandez et al. 2013 juga menyampaikan panduan yang dikeluarkan oleh
EFSA  European  Food  Safety  Authority  tahun  2011  bahwa  pengujian alergenisitas terhadap tanaman GMO mencakup dua hal, yaitu pengujian protein
baru  yang  terekspresikan  dan  pengujian  terhadap  keseluruhan  tanaman  GMO tersebut.  Salah  satu  aspek  dalam  penilaian  alergenisitas  keseluruhan  tanaman
GMO  adalah  untuk  memastikan  bahwa  modifikasi  genetik  tidak  memengaruhi tingkat atau karakteristik senyawa endogen yang akan berdampak negatif terhadap
kesehatan manusia maupun hewan.
Para  peneliti  telah  banyak  mengungkapkan  keamanan  dan  kandungan alergen  pada  tanaman  GMO  ini,  namun  isu  mengenai  keamanan  GMO  masih
terus  berkembang.  Penting  untuk  memastikan  bahwa  tidak  ada  senyawa  toksik,