Gambar 32. Penyusunan kemasan pada meja getar. Pengukuran tingkat kerusakan mekanis buah manggis dilakukan secara manual pasca simulasi
transportasi. Kerusakan yang terjadi diakibatkan oleh benturan buah manggis dengan kemasan, yang menyebabkan kerusakan pada buah manggis seperti luka gores, memar dan kelopak patah.
Tingkat kerusakan mekanis pasca transportasi yang dilakukan selama 2 jam, dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Data tingkat kerusakan mekanis pasca simulasi transportasi Kapasitas
kemasan Jumlah rusak buah
Tingkat kerusakan mekanis Rata-rata
tingkat kerusakan
mekanis Ulangan
1 Ulangan
2 Ulangan
3 Ulangan
1 Ulangan
2 Ulangan
3 48 buah
1 1
2.08 2.08
1.39 60 buah
2 1
3.33 1.67
1.67 Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat kerusakan dari dua jenis kapasitas kemasan tidak
berbeda jauh, adapun kerusakan yang terjadi adalah pecahnya kelopak buah, hal ini terjadi pada buah yang ukurannya lebih kecil dari ruangan inner kemasan, sehingga saat terjadi goncangan buah akan
bebas bergerak sesuai arah goncangan dan menyebatkan terjadinya benturan dengan dinding kemasan. Sedangkan untuk kerusakan mekanis seperti buah pecah, retak, dan memar tidak di temukan.
Pantastico 1986 menjelaskan bahwa wadah-wadah yang dipakai dalam kegiatan distribusi haruslah cukup untuk menahan penumpukan serta dampak pemuatan dan pembongkaran tanpa menimbulkan
memar pada barang-barang yang lunak. Tingginya kerusan mekanis yang dialami oleh produk pertanian, secara ekonomis akan mengalami kerugian, karena jumlah buah yang rusak akan semakin
bertambah. Tingkat kerusakan mekanis dapat memacu meningkatnya susut bobot, kekerasan, dan total
padatan terlarut, hal ini menyebabkan buah lebih cepat matang sehingga akan mengurangi umur simpannya. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Seesar 2009, menunjukkan bahwa buah
manggis yang dikemas dengan peti kayu bersekat styrofoam memiliki tingkat kerusakan mekanis sebesar 5,2 , dan buah manggis yang dikemas dengan keranjang plastik bersekat styrofoam memiliki
tingkat kerusakan sebesar 3,57 . Hal ini menunjukkan bahwa kemasan karton bersekat memiliki tingkat kerusakan mekanis yang lebih rendah dari pada kemasan tersebut.
F. Perubahan Mutu Buah Manggis Selama Penyimpanan
Pengukuran perubahan mutu buah manggis dilakukan pasca simulasi transportasi dan selama penyimpanan. Terdapat tiga perlakuan selama penyimpanan buah manggis yaitu: penyimpanan pada
kemasan K48C, K60C, dan buah kontrol. Buah kontrol adalah buah yang tidak dilakukan simulasi
transportasi dan berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui pengaruh kemasan terhadap laju perubahan mutu buah. Pengukuran dilakukan setiap 2 hari sekali selama 18 hari pada suhu
penyimpanan 28
o
C. Parameter mutu yang diamati yaitu susut bobot, kekerasan, dan total padatan terlarut. Hasil pengukuran perubahan susut bobot buah manggis dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33. Grafik perubahan susut bobot buah manggis selama penyimpanan Hasil pengamatan pada gambar diatas menunjukkan bahwa susut bobot yang terjadi pada buah
yang dikemas lebih kecil dari pada buah yang dijadikan kontrol, dimana pada akhir penyimpanan kontrol memiliki rata-rata susut bobot 26.78 , sedangkan buah saat simulasi transportasi dikemas
pada kemasan kapasitas 48 buah memiliki nilai susut bobot rata-rata sebesar 24.14 , dan buah yang dikemas dalam kemasan berkapasitas 60 buah sebesar 25.04 . Nilai ini menunjukkan bahwa
penggunaan kemasan mampu memberikan kondisi yang ideal pada buah, yakni RH, suhu dan ketersedian oksigen dalam kemasan tidak berlebihan. Ketersedian oksigen yang berlebihan akan
mempercepat laju respirasi sehingga air yang hilang dari prosuk lebih banyak, sedangkan menurut Ryall dan Penzer 1992 jika ruang simpan memiliki RH tinggi maka kehilangan air pada buah kecil
dibandingkan dengan ruang simpan yang memiliki RH rendah. Berdasarkan hasil analisis ragam dan hasil uji Duncan pada Lampiran 17a, dapat dilihat
bahwa buah manggis yang dijadikan kontrol dan buah manggis yang dikemas dalam K48C menunjukkan peningkatan susut bobotnya tidak berbeda nyata, tetapi manggis yang dikemas dalam
K60C peningkatan susut bobotnya berbeda nyata dengan semua perlakuan. Walau berbeda nyata tetapi laju susut bobot buah yang dikemas pada K60 masih lebih rendah dari perlakuan lainya,
sehingga pemakaian kemasan ini tidak akan menurunkan kualitas buah secara signifikan. Hasil pengukuran kekerasan buah manggis selama penyimpana dapat dilihat pada Gambar 34
dan Lampiran 15.
Gambar 34. Grafik perubahan kekerasan buah manggis selama penyimpanan Berdasarkan gambar di atas perubabahan kekerasan buah kontrol, dan buah yang dikemas pada
kemasaan kapasitas 48 dan 60 buah saat di simulasi transportasi tidak berbeda, gambar menunjukkan pada awal pengujian nilai kekerasan cukup tinggi, hal ini karena buah belum matang. nilai kekerasan
ketiga perlakuan terus turun sampai hari ke-4 penyimpanan dan mulai stabil sampai minggu ke-14 penyimpanan, dan mulai naik kembali sampai akhir penyimpanan. Proses naiknya kembali kekerasan
buah disebabkan buah mulai mengalami pembusukan. Selama proses pembusukan buah akan mengalami banyak kehilangan air yang menyebabkan sel-sel menciut sehingga ruang antar sel
menyatu dan zat pektin menjadi saling berkaitan Pantastico, 1986. Pengukuran kekerasan buah manggis dilkukan setelah simulasi transportasi, perubahan
kekerasan buah manggis diukur pada sekeliling buah manggis dengan menggunakan Rheometer. Hasil pengukuran kekerasan dinyatakan dalam satuan kgf kilogram force, semakin besar nilai kgf
menunjukkan buah semakin keras. Berdasarkan hasil analisis ragam dan hasil uji Duncan pada Lampiran 17b, dapat dilihat bahwa
antara buah kontrol dan buah yang dikemas pada K48C maupun K60C, terlihat perubahan kekerasannya tidak berbeda nyata. Dengan demikian penggunaan kemasan tidak memberikan
berbedaan yang signifikan terhadap perubahan kekerasan buah manggis. Parameter mutu yang juga diamati perubahannya selama penyimpanan adalah total padatan
terlarut. Hasil pengukuran total padatan terlarut buah manggis selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 35.
Gambar 35. Grafik perubahan total padatan terlarut buah manggis selama penyimpanan Pada grafik terlihat dari tiga perlakuan mempunyai pola perubahan total padatan terlarut yang
hampir sama. Tetapi masih terlihat adanya penyimpangan, hal ini disebabkan buah yang diukur merupakan buah yang berbeda dengan yang lainnya. Jika dilihat pada lampiran nilai total padatan
terlarut antar perlakuan memiliki selisih maksimal sekitar 0.8 brix untuk tiap kali pengukuran. Hal ini
menunjukkan kemasan tidak mempengaruhi total padatan terlarut. Berdasarkan hasil analisis ragam dan hasil uji Duncan pada Lampiran 17c, dapat dilihat bahwa
antara buah kontrol dan buah yang dikemas pada K48C maupun K60C, terlihat perubahan total padatan terlarutnya tidak berbeda nyata. Jadi penggunaan kemasan tidak memberikan berbedaan yang
signifikan terhadap perubahan total padatan terlarut buah manggis.
G. Optimasi Penyusunan Kemasan