ketiga perlakuan terus turun sampai hari ke-4 penyimpanan dan mulai stabil sampai minggu ke-14 penyimpanan, dan mulai naik kembali sampai akhir penyimpanan. Proses naiknya kembali kekerasan
buah disebabkan buah mulai mengalami pembusukan. Selama proses pembusukan buah akan mengalami banyak kehilangan air yang menyebabkan sel-sel menciut sehingga ruang antar sel
menyatu dan zat pektin menjadi saling berkaitan Pantastico, 1986. Pengukuran kekerasan buah manggis dilkukan setelah simulasi transportasi, perubahan
kekerasan buah manggis diukur pada sekeliling buah manggis dengan menggunakan Rheometer. Hasil pengukuran kekerasan dinyatakan dalam satuan kgf kilogram force, semakin besar nilai kgf
menunjukkan buah semakin keras. Berdasarkan hasil analisis ragam dan hasil uji Duncan pada Lampiran 17b, dapat dilihat bahwa
antara buah kontrol dan buah yang dikemas pada K48C maupun K60C, terlihat perubahan kekerasannya tidak berbeda nyata. Dengan demikian penggunaan kemasan tidak memberikan
berbedaan yang signifikan terhadap perubahan kekerasan buah manggis. Parameter mutu yang juga diamati perubahannya selama penyimpanan adalah total padatan
terlarut. Hasil pengukuran total padatan terlarut buah manggis selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 35.
Gambar 35. Grafik perubahan total padatan terlarut buah manggis selama penyimpanan Pada grafik terlihat dari tiga perlakuan mempunyai pola perubahan total padatan terlarut yang
hampir sama. Tetapi masih terlihat adanya penyimpangan, hal ini disebabkan buah yang diukur merupakan buah yang berbeda dengan yang lainnya. Jika dilihat pada lampiran nilai total padatan
terlarut antar perlakuan memiliki selisih maksimal sekitar 0.8 brix untuk tiap kali pengukuran. Hal ini
menunjukkan kemasan tidak mempengaruhi total padatan terlarut. Berdasarkan hasil analisis ragam dan hasil uji Duncan pada Lampiran 17c, dapat dilihat bahwa
antara buah kontrol dan buah yang dikemas pada K48C maupun K60C, terlihat perubahan total padatan terlarutnya tidak berbeda nyata. Jadi penggunaan kemasan tidak memberikan berbedaan yang
signifikan terhadap perubahan total padatan terlarut buah manggis.
G. Optimasi Penyusunan Kemasan
Program Cube master adalah program yang dapat digunakan untuk menentukan bentuk tumpukan yang paling optimal saat penyusunan bahan pada suatu alat transportasi, dan juga optimasi
pada pengisian bahan ke dalam karton. Pada program ini terdapat empat macam alat transportasi yaitu pallet, air cargo, sea cargo, dan truck. Jenis benda yang dapat dijadikan input program adalah segala
jenis benda yang berbertuk persegi, memiliki panjang, lebar dan tinggi. Input program seperti ukuran benda dan alat transportasi bisa diubah-ubah sesuai yang
diinginkan, begitu juga ketetapan lain seperti berat bahan, kapasitas alat transportasi, tinggi tumpukan
maksimum, dan ketetapan lainnya yang berhubungan dengan spesifikasi bahan dan alat bisa diubah. Sedangkan keluaran yang dihasilkan berupa data efisiensi luasan volum, total bahan, tinggi tumpukan,
dan gambar pola tumpukan. Hasil optimasi penyusunan kemasan pada pallet dapat dilihat pada Tabel 16, sedangkan contoh
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12a. Hasil output dari program didapat 5 macam pola dengan tingkat efektifitas tertinggi.
Tabel 16. Optimasi penyusuan kemasan pada pallet ukuran 1200x1000 mm Disain
kemasan Pola
Penumpukan Efisiensi
Volume Efisiensi
Luasan Total
berat kg
Jumlah kemasan
Jumlah tumpukan
kemasan Tinggi
tumpukan mm
K60C A1
69.98 74.76
472 54
9 1404
A2 69.98
74.76 472
54 9
1404 A3
69.98 74.76
472 54
9 1404
A4 69.98
74.76 472
54 9
1404 A5
58.32 62.3
400 45
9 1405
K48C B1
75.49 80.66
472 72
9 1404
B2 75.49
80.66 472
72 9
1404 B3
75.49 80.66
472 72
9 1404
B4 75.49
80.66 472
72 9
1404 B5
66.06 70.57
418 63
9 1405
Pada tabel diatas terlihat bahwa pada penggunaan pola tumpukan A1 sampai A4 efisiensi luasan dan volume kemasan K60C memiliki nilai yang sama, tetapi dalam aplikasi kestabilan dan
kepraktisan penumpukan harus diperhatikan. Selain itu pada transportasi yang menggunakan pendingin jarak antara kemasan pada pallet harus diatur sedemikian rupa agar aliran udara dari
refrigerator dapat mengalir ke kemasan, penggunaan luasan pada pallet untuk transportasi menggunakan pendingin berkisar antara 80-85 Peleg, 1985. Sedangkan tiap lapis tumpukan pada
pallet dapat diisi maksimum 6 kemasan K60C dan 8 kemasan K48C. Dari beberapa pola yang ada, pola penumpukan A3 dan B5 Gambar 36 lebih memungkinkan untuk diaplikasikan saat proses
pengangkutan karena pada pola tersebut jumlah dinding berventilas yang tidak terhalang oleh kemasan lain jumlahnya lebih banyak, sehingga aliran udara lebih lancar. Pola penumpukan yang lain
dapat dilihat pada Lampiran 18a dan 18b.
a b Gambar 36. Pola penumpukan kemasan pada pallet. A3 a, B5 b
Berdasarkan hasil optimasi penyusunan kemasan maka dapat dihitung biaya pembuatan kemasan untuk satu kali proses transportasi menggunakan kontainer. Hasil perhitungan dapat dilihat
pada Tabel 17, sedangkan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 18a dan 18b.
Tabel 17. Biaya total pembuatan kemasan Disain
kemasan Jenis Kontainer
Jumlah pallet
Jumlah kemasan Total berat
Buah kg Total biaya
kemasan Rp K60C
20ft 20’×8’×8’6” 10
540 4320
10.562.400 40ft 40’×8’×8’6”
21 1134
9072 22.181.040
40ft high cube 24
1296 10368
25.349.760 K48C
20ft 20’×8’×8’6” 10
720 4680
11.750.400 40ft 40’×8’×8’6”
21 1512
9828 24.675.840
40ft high cube 24
1728 11232
28.200.960
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan