13
2.8 Penelitian Sebelumnya
Oktavia 2000 mengkaji tentang Sistem Transportasi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di unit usaha Bekri PTPN VII, Bandar Lampung. Dalam penelitian ini, Oktavia juga menentukan jumlah
armada truk yang optimal dengan menggunakan analisis antrian. Wicaksono 2007 mengkaji tentang Penjadwalan Pengangkutan Hasil Panen TBS
menggunakan Linear Programming. Dalam penelitian ini, Wicaksono menggunakan model penugasan deterministik untuk penjadwalan alat angkut.
14
III. METODOLOGI
3.1 Kerangka Pemikiran
Dalam industri kelapa sawit pada umumnya, tandan buah segar yang diolah merupakan hasil yang dipanen dari kebun sendiri. Kebun ini dapat berupa kebun inti ataupun kebun plasma. Hal ini
didasari pemikiran bahwa penggunaan bahan baku yang berasal dari kebun sendiri akan meminimumkan biaya, sekaligus memaksimumkan keuntungan.
Penggunaan bahan baku dari kebun sendiri hanyalah salah satu bentuk upaya optimisasi keuntungan. Dalam teori maupun praktiknya, ada beberapa faktor lain yang juga menjadi penentu
dalam keuntungan yang nantinya diperoleh. Terkait dengan penjadwalan transportasi tandan buah segar dan tandan kosong, keuntungan yang ingin dicapai berkenaan dengan penjagaan kualitas mutu
tandan buah segar, efisiensi sumber daya, dan produktivitas kerja. Tandan buah segar kelapa sawit sebagai salah satu komoditas pertanian memiliki sifat mudah
rusak. Apabila tidak diberikan perlakuan dengan benar, maka tandan buah segar yang telah dipanen akan mengalami penurunan kualitas yang besar. Parameter mutu yang sering dijadikan dalam industri
kelapa sawit biasanya adalah kadar air dan bilangan asam. Hal ini akan berimplikasi terhadap mutu hasil olahan tandan buah segar ini, seperti minyak sawit mentah crude palm oil dan kernel sawit
palm kernel. Produk olahan yang bermutu rendah maka akan dihargai rendah pula oleh pasar, sehingga secara langsung berdampak terhadap keuntungan. Salah satu yang dapat menyebabkan
penurunan mutu tandan buah segar adalah kondisi restan belum olah yang terlalu lama. Dengan adanya penjadwalan transportasi yang baik, maka kondisi restan tandan buah segar saat tepat selesai
panen dan saat pengangkutan dapat diminumkan. Adapun efisiensi sumber daya, maka kaitannya dengan penjadwalan adalah usaha untuk
menggunakan sumber daya berupa alat transportasi angkutan dan pekerja sehingga kondisi idle menganggur minimum. Alat transportasi angkutan yang digunakan dalam industri kelapa sawit
dapat berasal dari kepemilikan sendiri ataupun sewa dari pihak lain. Jika dimiliki sendiri, maka alat transportasi dipandang sebagai investasi yang mengalami penyusutan depresiasi seiring berjalannya
waktu. Apabila disewa dari pihak lain, maka perusahaan akan membayar selama rentang waktu sewa tersebut, terlepas apakah alat transportasi angkut tersebut digunakan atau tidak. Dari sini dapat
dipahami bahwa baik berupa kepemilikan sendiri maupun sewa dari pihak ketiga, alat transportasi yang dibiarkan idle akan tetap menyebabkan pengeluaran biaya. Demikian pula halnya dengan pekerja
yang terlibat langsung dalam transportasi angkutan tandan buah segar dan tandan kosong, yang dalam hal ini adalah operator alat transportasi angkut. Penjadwalan transportasi akan mencari solusi
memuaskan sehingga sumber daya yang digunakan dapat diberdayakan secara efisien. Berkaitan dengan produktivitas kerja, penjadwalan akan menentukan rute tempuh serta waktu
keberangkatan dan selesainya transportasi, sehingga dapat dicapai hasil yang optimum. Rute tempuh yang dihasilkan nantinya adalah rute yang efisien, berupa tempat pengumpulan hasil TPH tandan
buah segar yang harus dilewati dalam satu kali perjalanan trip, disesuaikan dengan kapasitas angkut alat transportasi. Waktu keberangkatan dan selesai transportasi pengangkutan disesuaikan sehingga
kinerja transportasi dapat produktif. Transportasi pengangkutan merupakan penghubung antara kebun dan pabrik. Ketiganya yaitu
kebun, pabrik, dan transportasi, dipandang sebagai kesatuan mata rantai yang saling berkaitan. Dengan demikian, maka penjadwalan transportasi juga memperhatikan penjadwalan panen di kebun
dan penjadwalan produksi di pabrik. Penjadwalan transportasi tidak dapat berdiri sendiri, dan demikian pula halnya dengan penjadwalan panen dan penjadwalan transportasi.
15
Penjadwalan panen akan menentukan jumlah panen tandan buah segar yang dihasilkan dalam satuan tonase di setiap afdeling. Penjadwalan panen dilakukan menggunakan metode prakiraan
tertentu, yang biasanya berupa pendugaan dari beberapa sampel pohon sawit. Sedangkan penjadwalan produksi di pabrik dilakukan berdasarkan kapasitas olah. Dari penjadwalan di pabrik ini, maka akan
dapat diketahui jumlah tandan kosong yang dihasilkan dalam setiap satuan waktu. Seluruh komponen ini nantinya akan menghasilkan penjadwalan, baik di kebun maupun di pabrik. Penjadwalan
transportasi didasarkan pada penjadwalan panen dan penjadwalan produksi yang telah dihasilkan. Dengan penjadwalan panen dan penjadwalan produksi dijadikan sebagai masukan, maka
penjadwalan transportasi akan mengolah masukan ini dengan memperhatikan faktor-faktor kendala, agar didapatkan hasil yang maksimum. Faktor kendala yang terkait dengan penjadwalan transportasi
adalah kapasitas alat transportasi, jam kerja maksimum, dan lain sebagainya. Penjadwalan transportasi akan menganalisis alur perpindahan tandan buah segar mulai dari tepat selesai di panen sampai
dengan selesai dibongkar di pabrik, sekaligus menjadwalkan pengalokasian tandan kosong hasil olahan dari pabrik ke kebun.
Keluaran yang didapatkan dari penjadwalan transportasi pengangkutan tandan buah segar adalah jumlah sumber daya yang dialokasikan, waktu keberangkatan dan selesai transportasi
pengangkutan, serta rute yang ditempuh oleh alat transportasi pengangkutan.
3.2 Pendekatan Berencana