3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili Palmae dan berasal dari Afrika Barat. Sebagai tumbuhan tropis, maka kelapa sawit dapat tumbuh hanya di wilayah yang
beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hingga kini tumbuhan ini telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit Fauzi et al, 2006.
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya mempunyai kambium dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diamter 20
– 75 sentimeter. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15
– 18 meter, sedangkan yang di alam mencapai 30 m. Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20
– 22 tandan per tahun Fauzi et al, 2006. Buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian pertama adalah perikarpium yang
terdiri dari epikarpium dan mesokarpium; dan yang kedua adalah biji, yang terdiri dari endokarpium, endosperm, dan lembaga atau embrio. Epikarpium adalah kulit buah dan licin, sedangkan
mesokarpium adalah daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi. Endokarpium merupakan tempurung berwarna hitam dan keras, endosperm atau disebut juga
kernel merupakan penghasil inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman Fauzi et al, 2006.
Kriteria kematangan buah sawit yang dipakai adalah warna buah sawit yang berubah dari kehitaman menjadi jingga kemerahan. Kriteria lain adalah buah akan mudah terlepas dari tandan.
Pemanenan tandan buah segar tepat pada waktunya bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan, karena kematangan merupakan sesuatu yang abstrak bagi pemanen. Penggunaan warna sebagai
kriteria kematangan buah tidak sederhana. Untuk wilayah tanaman yang berbeda, buah menunjukkan derajat pewarnaan yang berbeda, walaupun tingkat kematangan sama Mangoensoekarjo dan
Semangoen, 2003.
2.2 Agorindustri Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas agroindustri yang memiliki nilai jual tinggi di pasar dunia. Hal ini tidak terlepas dari beragamnya produk turunan yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit.
Sejauh ini, dalam dunia agroindustri, pemanfaatan yang dilakukan terhadap kelapa sawit adalah berupa pengolahan tandan buah segar. Produk-produk tersebut ada yang berbentuk setengah jadi dan
ada pula yang berbentuk produk jadi. Pohon industri tandan buah segar kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1.
4
Gambar 1. Pohon industri tandan buah segar kelapa sawit Departemen Perindustrian, 2007
Perkembangan agroindustri kelapa sawit di Indonesia tergolong pesat. Menurut Chandra 2005, Indonesia dan Malaysia memiliki potensi lahan yang subur serta pasokan tenaga kerja yang
cukup untuk menjadikan kelapa sawit sebagai andalan pertumbuhan ekonomi. Perkebunan kelapa
Tandan Buah Segar TBS Kelapa Sawit
Buah Kelapa Sawit
Tandan Kosong
Sludge Minyak
Kelapa Sawit Daging
Kelapa Sawit
Biji Kelapa Sawit
Inti Kelapa Sawit
Tempurung
Serat Carotene
Tocopherol
Olein Stearin
Free Fatty Acid FFA
Soap Stock Bungkil
Minyak Inti Sawit
Tepung Tempurung
Arang Bahan
Bakar Bahan
Selulosa Cocoa Butter
Substitute Minyak
Goreng Minyak
Salad Margarine
Shortening Vegetables
Ghee Minyak
Padat Glyserine
Sabun Komponen
M. Ternak Fatty
Acid Lauric Acid
Myristic Acid Briket
Arang Karbon
Aktif Asam
Organik Kertas
5
sawit merupakan salah satu sektor unggulan bagi Indonesia, karena kondisi geografis wilayah Indonesia memang sangat cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan
Pusdatin 2010, pada tahun 2009 luas areal kelapa sawit di Indonesia mencapai 7.51 juta hektar dengan produksi sebesar 18.64 juta ton minyak sawit dan 3.47 juta ton inti sawit. Sementara, bila
dilihat dari luas areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata tahun 1998-2009 sebanyak 52.23 diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta PBS, 36.70 diusahakan oleh
Perkebunn Rakyat PR dan 11.07 diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara PBN. Secara umum pola perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia pada periode tahun 1970
– 2009 cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 11.12. Seiring dengan peningkatan luas areal kelapa sawit, maka produksi kelapa sawit Indonesia dalam wujud
produksi minyak sawit selama tahun 1970 – 2009 juga cenderung meningkat. Jika pada tahun 1970
produksi minyak sawit Indonesia hanya sebesar 216.8 ribu ton maka pada tahun 2009 meningkat menjadi 18.64 juta ton atau tumbuh rata-rata sebesar 12.47 per tahun Pusdatin, 2010. Gambar 2a
menunjukkan perkembangan luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan di Indonesia dan Gambar 2b menunjukkan perkembangan produksi minyak sawit menurut status pengusahaan di
Indonesia.
Gambar 2a. Perkembangan luas areal kelapa sawit
Gambar 2b. Perkembangan produksi minyak sawit
6
Sentra produksi minyak sawit Indonesia terutama berasal dari tujuh propinsi yang memberikan kontribusi sebesar 81.80 terhadap produksi minyak sawit Indonesia, dengan Riau dan Sumatera
Utara sebagai dua propinsi sentra produksi terbesar Pusdatin, 2010. Kontribusi masing-masing propinsi tersebut disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Propinsi sentra produksi minyak sawit di indonesia rata-rata 2005 – 2009
Ditinjau dari sisi ketersediaan kelapa sawit berdasarkan perhitungan Neraca Bahan Makanan NBM, kelapa sawit di Indonesia umumnya digunakan sebagai bahan untuk diolah menjadi minyak
sawit yang dirinci sebagai bahan makanan dan diolah non-makanan. Pada tahun 1990 – 2007, rata-
rata ketersediaan minyak sawit sebagai bahan makanan mencapai 1,928 ribu ton per tahun atau 98.36 dari total penggunaan, sedangkan diolah non-makanan rata-rata sebesar 23 ribu ton per tahun
atau 1.19 dari total penggunaan dan tercecer sebesar 36 ribu ton per tahun atau 1.83. Untuk mengurangi persentase tercecer perlu dilakukan pengelolaan yang baik pada saat panen dan pasca
panen maupun proses pengolahan dan distribusi ke konsumen. Perkembangan ketersediaan minyak sawit sebagai bahan makanan Indonesia menurut Neraca Bahan Makanan dapat dilihat pada Gambar
4.
Gambar 4. Perkembangan ketersediaan minyak sawit sebagai bahan makanan Indonesia menurut Neraca Bahan Makanan Pusdatin, 2010
7
Perkembangan volume ekspor kelapa sawit pada periode 1996 – 2009 cenderung terus
meningkat, yaitu dari 2.62 juta ton tahun 1996 menjadi 21.67 juta ton tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan per tahun sebesar 21.30 per tahun. Pada Gambar 5 dapat dilihat perkembangan volume
ekspor minyak sawit di Indonesia.
Gambar 5. Perkembangan volume ekspor minyak sawit di Indonesia Pusdatin, 2010 Hasil olahan kelapa sawit sendiri memiliki peluang pasar yang masih terbuka lebar. Menurut
Mielke 2010, peluang pasar ekspor global minyak sawit kasar akan memimpin hingga 58 dengan volume 38.4 juta ton pada tahun 20102011. Pertumbuhan permintaan minyak sawit ini mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dalam tiga belas tahun terakhir. Dibandingkan permintaan pada tahun 19971998, angka saat ini mengalami kenaikan 230.
Sementara itu, peningkatan permintaan ini tidak diiringi oleh kemampuan negara-negara penghasil minyak sawit mentah yang dalam dua tahun belakangan mengalami penurunan. Pada tahun
2010, produksi minyak sawit dunia hanya sebesar 46.1 juta ton. Jumlah tersebut dipengaruhi oleh dampak adanya faktor iklim seperti El Nino dan juga pemotongan pupuk. Akibat hal ini, persediaan
minyak sawit dunia mengalami penurunan. Perubahan produksi minyak sawit dunia ditunjukkan pada Gambar 6 berikut.
8
Gambar 6. Perubahan produksi minyak sawit dunia Mielke, 2010
2.3 Transportasi Pengangkutan Tandan Buah Segar dan Penjadwalan