8
Gambar 6. Perubahan produksi minyak sawit dunia Mielke, 2010
2.3 Transportasi Pengangkutan Tandan Buah Segar dan Penjadwalan
Transportasi
Pengangkutan diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan itu terlihat tiga hal, yakni ada muatan yang diangkut, tersedia kendaraan
sebagai alat angkutannya, dan ada jalan yang dapat dilalui. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan, dimana kegiatan
pengangkutan diakhiri Siregar, 1990. Byrne et al 1960 menyatakan bahwa truk banyak digunakan sebagai alat angkut karena dapat
memiliki banyak keuntungan, yaitu dapat beroperasi dengan lancar, cepat, dapat memasuki daerah yang tidak terjangkau jalan lori, dan apabila mengalami kerusakan, maka kerusakan yang ditimbulkan
tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan menggunakan lori. Lama waktu perjalanan antara kebun dan pabrik tergantung dari jarak yang ditempuh, tenaga alat angkut, jenis alat angkut, dan keadaan
jalan yang dilewati serta arus lalu lintasnya. Menurut Risza 1994, pengangkutan buah sawit adalah pengangkutan buah yang dipanen pada
hari itu yang harus habis terangkat ke pabrik pada hari itu juga dan mampu menjamin kontinuitas keajegan datangnya buah di pabrik. Dengan cara demikian selama proses pengolahan tidak terjadi
delay atau kekurangan buah. Operasi pengangkutan buah, operasi panen, dan operasi pengolahan hendaknya saling mendukung satu sama lain. Ketiga kegiatan ini merupakan subsistem-subsistem dari
satu tujuan sistem induk yaitu objektif PAO Panen Angkut Olah. Produk tandan buah segar sebagai raw material bagi unit pengolahan, yaitu pabrik kelapa sawit
PKS, bersifat mudah busuk sehingga harus segera diolah. Rentang waktu yang diperbolehkan sejak tandan buah segar dipanen hingga proses pengolahan tidak boleh lebih dari 12 jam. Apabila rentang
waktu tersebut lebih dari 12 jam, maka mutu minyak sawit yang dihasilkan menurun, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan nilai atau harga jual tandan buah segar Ditjen Binas, 2003.
Tahun Peru
b a
h a
n Pr
o d
u ksi
J u
ta T
o n
9
Penjadwalan dapat diartikan sebagai penentuan susunan pekerjaan yang akan dilakukan, yang berhubungan dengan jumlah pekerjaan, waktu tiap unsur pekerjaan dimulai dan selesai, serta tanggal
penyerahan barang. Dalam sistem penjadwalan harus dapat ditentukan kegiatan, waktu pengiriman produk, ketepatan perencanaan dan realisasinya Harsono, 1984.
Penjadwalan berhubungan dengan perencanaan dan waktu pelaksanaan kegiatan yang sangat penting bagi keberlangsungan operasional suatu perusahaan. Beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh suatu perusahaan dengan menerapkan teknik penjadwalan yang baik antara lain menurunkan biaya cost dan meningkatkan kapasitas produksi. Teknik penjadwalan yang benar tergantung pada
volume pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan tingkat kesulitan pekerjaan. Tujuan umum dari penjadwalan ialah mengoptimumkan penggunaan sumber daya sehingga tujuan produksi tercapai
Heizer dan Render, 2001. Penjadwalan merupakan rencana urutan kerja serta pengalokasian sumber daya baik waktu
maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan. Penyusunan penjadwalan bertujuan untuk mengurangi keterlambatan kerja dan waktu proses, memaksimalkan kerja mesin dan tenaga
kerja, mengurangi idle time dan jumlah produk yang tertahan dalam pusat kerja Russel dan Taylor, 1995.
Dalam kaitannya dengan transportasi, penjadwalan berusaha menentukan sebuah rencana transportasi sebuah barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Sering kali satu atau bebrapa
rute pada model transportasi dilarang digunakan, misalnya barang-barang tidak boleh dikirim dari suatu sumber ke tujuan tertentu Taylor, 2005. Menurut Taha 1996, data dalam model penjadwalan
ini mencakup: 1
Tingkat penawaran di setiap sumber dan jumlah permintaan di setiap tujuan. 2
Biaya transportasi per unit barang dari setiap sumber ke setiap tujuan.
2.4 Teknik Heuristik