3 STUDI PEWARISAN KARAKTER HASIL DAN
KOMPONEN HASIL CABAI
Abstrak
Pewarisan karakter komponen hasil cabai dipelajari dari populasi yang berasal dari persilangan cabai keriting IPB C120 dan cabai besar IPB C5, antara lain F2, F1,
silang balik ke tetua termasuk kedua tetua. Uji skala individu satu atau lebih skala A, B, dan C dan uji skala gabungan yang signifikan mengindikasikan adanya aksi
gen epistasis. Model aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif-aditif dan interaksi aditif-dominan sesuai untuk karakter umur panen, bobot per buah, dan
diameter buah. Model aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif-aditif dan interaksi dominan-dominan sesuai untuk karakter tebal daging buah, jumlah buah,
dan bobot buah per tanaman. Model aditif-dominan dengan pengaruh interaksi aditif-dominan dan interaksi dominan-dominan sesuai dengan karakter umur
berbunga, panjang tangkai buah, dan panjang buah. Heritabilitas dalam arti luas termasuk kategori tinggi untuk karakter umur berbunga, umur panen, bobot per
buah, panjang buah, diameter buah, jumlah buah, bobot buah per tanaman serta kategori sedang untuk karakter panjang tangkai buah, dan tebal daging buah.
Heritabilitas dalam arti sempit termasuk dalam kategori tinggi hanya pada karakter panjang buah. Kategori sedang untuk karakter umur panen, bobot buah, panjang
tangkai buah, diameter buah, tebal daging buah, serta kategori rendah untuk karakter umur berbunga, jumlah buah, dan bobot buah per tanaman.
Kata kunci: epistasis, heritabilitas, komponen hasil, pewarisan
Abstract
Pepper yield component characters inheritance was studied in population of curling IPB C120 and big chili pepper IPB C5 crosses which consists of F2, F1,
and first back crosses generation including both parents. The significant scaling test one or more scales in A, B and C and joint scaling test indicated the presence
of epistasis gene action. Influence of additive-additive and additive-dominant interaction model was found suitable in harvesting age, fruit weight, and fruit
diameter characters. Influence of additive-additive and dominant-dominant interanction model was found suitable for pericarp thickness, number of fruit per
plant and yield. Influence additive-dominant and dominant-dominant model was suitable for flowering age, pedicel length and fruit length characters. High broad-
sense heritability were found in flowering age, harvesting age, fruit weight, fruit length, fruit diameter, number of fruit per plant, and yield characters while medium
broad-sense heritability were found in pedicel length and pericarp thickness characters. High narrow-sense heritability only found in for fruit length character
while medium narrow-sense heritability were found in harvesting age, fruit weight, pedicel length, fruit diameter, and pericarp thickness characters. Low narrow-
sense heritability were found in flowering age, number of fruit per plant and yield charater.
Keywords: epistasis, heritability, inheritance, yield components
3.1 Pendahuluan
Cabai Capsicum annuum L. termasuk sayuran solanaceae kedua yang penting di dunia setelah tomat Hasanuzzaman dan Golam 2011. Kebutuhan akan
cabai semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatkan produktivitas cabai dapat dilakukan dengan cara menggunakan varietas unggul berdaya hasil tinggi. Varietas
unggul cabai bisa didapat dari serangkaian program pemuliaan tanaman yang tepat.
Keragaman genetik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap berhasilnya suatu program pemuliaan tanaman. Informasi genetik merupakan hal
yang penting dalam menyeleksi hasil persilangan terutama informasi pewarisan karakter kualitatif dan kuantitatif. Analisis pewarisan karakter kualitatif dan
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah gen yang mengendalikan karakter tersebut, aksi gen yang mengendalikan, dan informasi genetik lainnya Arif et al.
2011.
Selain itu, pola pewarisan, variabilitas genetik dan heritabilitas suatu karakter merupakan parameter genetik penting yang berkaitan dengan proses
seleksi dan penggabungan karakter-karakter penting dalam suatu genotipe Alia et al. 2004. Analisis rata-rata generasi merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengkaji model efek genetik lain yang diluar model aditif-dominan Derera dan Musimwa 2015. Penjelasan mengenai aksi gen aditif dan dominan dapat diperoleh
dari penilaian perbandingan komponen linier yang terdiri dari aditif [d], dominan [h], aditif x aditif [i], aditif x dominan [j], dan dominan x dominan [l]. Studi
pewarisan karakter hasil dan komponen hasil menjadi penting dalam memaksimalkan penggunaan potensi genetik dalam program pemuliaan yang
efektif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pewarisan karakter hasil dan komponen hasil pada tanaman cabai.
3.2 Bahan dan Metode
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013-Juli 2014 pembentukan populasi dan Agustus-Desember 2014 pengujian. Pembentukan
populasi dilakukan di perumahan IPB Alam Sinar Sari, sedangkan untuk pengujian dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo, IPB.
Bahan tanaman yang digunakan adalah tetua cabai keriting IPB C120 dan tetua cabai besar IPB C5, turunan pertama F1, turunan pertama resiprokal F1R
masing-masing ditanam sebanyak 40 tanaman, backcross ke tetua betina BCP1 sebanyak 100 tanaman, backcross ke tetua jantan BCP2 sebanyak 100 tanaman,
dan turunan kedua F2 sebanyak 300 tanaman. Pembentukan populasi dilakukan dengan melakukan persilangan buatan dan selfing. Populasi yang dibentuk adalah
F1, F1R, BCP1, dan BCP2. Populasi P1, P2, F2 diperoleh dari selfing, sedangkan populasi F1, F1R, BCP1, dan BCP2 diperoleh dari persilangan buatan.
Pembentukan populasi dilakukan dengan melakukan persilangan buatan dan selfing mengikuti skema persilangan pada Gambar 3.1. Populasi yang dibentuk
adalah F1, F1R, BCP1, dan BCP2. Populasi P1, P2, F2 diperoleh dari selfing, sedangkan populasi F1, F1R, BCP1, dan BCP2 diperoleh dari persilangan buatan.
Gambar 3.1 Skema persilangan pada cabai Persilangan pembentukan populasi akan dilaksanakan secara buatan di
Perumahan IPB Alam Sinar Sari. Benih cabai disemai pada tray semai dengan media tanam campuran media tanam dan pupuk kandang 1:1. Setelah bibit
berumur 40 hari atau memiliki 4-5 helai daun dipindahkan ke polibag ukuran 40 cm x 35 cm berisi 10 kg campuran topsoil dan pupuk kandang 2:1. Pemupukan
dengan NPK 16-16-16 dengan cara di kocor 5 g L
-1
air sebanyak 250 ml per tanaman dan pupuk daun 5 g L
-1
air diberikan seminggu sekali. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan insektisida, fungisida, akarisida yang diaplikasikan jika
diperlukan. Emaskulasi dan penyerbukan dilakukan pagi hari pada pukul 06.00-09.00
WIB. Emaskulasi menggunakan pinset yang telah disterilkan dengan alkohol 70, pada saat bunga belum mekar untuk tetua betina reseptif. Tepung sari diambil dari
bunga tetua jantan yang telah antesis. Selanjutnya tepung sari ditempelkan ke stigma betina yang reseptif. Bunga yang telah diserbuki ditutup dengan selotif dan
diberi label yang berisi informasi genotipe tetua persilangan dan tanggal persilangan. Selfing dilakukan dengan menyungkup tanaman cabai, agar terhindar
dari kontaminasi serbuk sari lain.
Karakter yang diamati adalah karakter komponen hasil, yaitu: 1.
Umur berbunga HST, dihitung saat tanaman telah memiliki minimal 1 bunga yang mekar sempurna.
2. Umur panen HST, dihitung saat tanaman telah memiliki minimal 1 buah
sudah layak panen. 3.
Bobot buah g, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman dari panen kedua dan diukur menggunakan timbangan analitik.
4. Diameter buah mm, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman mulai dari panen
kedua dan diukur mengunakan jangka sorong digital. 5.
Tebal daging buah mm, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman mulai dari panen kedua. Buah dibelah secara melintang dan diukur tebal daging buahnya
menggunakan jangka sorong digital. 6.
Panjang buah cm, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman mulai dari panen kedua dan diukur dari pangkal sampai ujung buah.
7. Panjang tangkai buah cm, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman mulai dari
panen kedua dan diukur dari pangkal sampai ujung tangkai buah. 8.
Jumlah buah per tanaman buah, dihitung setiap kali panen dengan menjumlahkan jumlah buah tiap panen selama 8 minggu.
9. Bobot buah total per tanaman gtan, dihitung dengan menjumlahkan bobot
buah tiap panen selama 8 minggu. ♀ P1
x P2
♂
P1 x F1 x P2
BCP1 F2
BCP2 ♀ P2
x P1
♂
F1R