Simpulan Pewarisan Karakter Komponen Hasil Dan Pemanfaatan Segregan Transgresif Persilangan Cabai Besar Dan Keriting Dalam Rangka Perbaikan Hasil

4 SELEKSI GENOTIPE CABAI SEGREGAN TRANSGRESIF Abstrak Seleksi pada program pemuliaan tanaman dilakukan dalam rangka memilih kandidat galur yang berdaya hasil tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013-Juli 2014 pembentukan populasi dan Agustus-Desember 2014 pengujian. Pembentukan populasi dilakukan di perumahan IPB Alam Sinar Sari, sedangkan untuk pengujian dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo, IPB. Penelitian bertujuan untuk memperoleh kandidat galur harapan segregan transgresif pada populasi F2 dengan memanfaatkan indeks seleksi terboboti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter panjang buah, jumlah buah, dan bobot per buah memiliki korelasi positif dan sangat nyata terhadap bobot buah per tanaman. Karakter panjang buah, jumlah buah, bobot per buah, dan bobot buah per tanaman digunakan sebagai dasar dalam pemilihan genotipe yang dilanjutkan ke generasi selanjutnya. Hasil seleksi indeks terpilih 30 genotipe F2, yakni F2120005-3, 14, 16, 22, 35, 36, 50, 56, 62, 70, 74, 87, 104, 115, 120, 125, 136, 141, 142, 145, 146, 147, 149, 176, 180, 181, 184, 185, 199, 215, dan 238. Terdapat genotipe segregan transgresif pada populasi F2 terseleksi untuk karakter umur berbunga, umur panen, panjang tangkai buah, panjang buah, jumlah buah, dan bobot buah per tanaman. Kata kunci: indeks seleksi, segregan transgresif, seleksi Abstract Selections in plant breeding program were conducted to choose high yield line candidates. The studies were conducted from September 2013 to July 2014 population establishment and from August 2014 to December 2014 experiment. Population establishments took place in Alam Sinar Sari IPB Housing, whereas trials took place in Leuwikopo Experimental Field, IPB. This study aims to obtain transgressive segregant line candidates in F2 population by utilize selection weighted index. Results showed character of fruit length, number of fruit, and fruit weight had positive correlation and significant against yield. Character of fruit length, number of fruit, and fruit weight had positive and significant correlation toward yield. Character of fruit length, number of fruit, fruit weight, and yield were used as basis parameters for genotype selection for next generation. Thirty F2 genotype: F2120005-3, 14, 16, 22, 35, 36, 50, 56, 62, 70, 74, 87, 104, 115, 120, 125, 136, 141, 142, 145, 146, 147, 149, 176, 180, 181, 184, 185, 199, 215, and 238 were selected. There were selected segregan transgressive genotypes in F2 population for flowering age, harvesting age, pedicel length, fruit length, number of fruit, and yield characters. Keywords: index selection, selection, transgressive segregant

4.1 Pendahuluan

Seleksi pada program pemuliaan tanaman dilakukan dalam rangka memilih kandidat galur yang berdaya hasil tinggi. Menurut Syukur et al. 2011 seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik yang luas dan heritabilitas yang tinggi, sehingga hal tersebut sangat bermanfaat dalam proses seleksi. Heritabilitas yang tinggi dapat diartikan penampilan fenotipik lebih dipengaruhi oleh genetik dibandingkan pengaruh lingkungan. Seleksi pada karakter daya hasil akan menjadi lebih efektif apabila diikuti dengan seleksi pada karakter komponen hasil lainnya. Hal ini dikarenakan produktivitas cabai sangat dipengaruhi oleh karakter komponen hasil seperti bobot buah, diameter buah, panjang buah, tebal daging buah dan jumlah buah. Metode seleksi pada beberapa karakter sekaligus dapat dilakukan dengan beberapa metode. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah metode indeks seleksi. Menurut Sumarno dan Zuraida 2006 metode seleksi berbasis indeks dapat menghasilkan genotipe-genotipe terbaik untuk karakter-karakter yang dilibatkan dalam penyusunan indeks. Seleksi akan memberikan respon yang baik apabila menggunakan kriteria seleksi yang tepat. Karakter-karakter yang digunakan sebagai karakter penyusun indeks merupakan karakter-karakter yang memberikan pengaruh cukup besar pada peningkatan daya hasil. Seleksi dilakukan pada populasi F2 yang merupakan populasi dengan segregasi atau tingkat keragaman paling tinggi. Genotipe-genotipe hasil segregasi generasi F2 ini terdapat genotipe-genotipe yang bersifat segregan transgresif, yaitu segregasi gen pada sifat-sifat kuantitatif dari zuriat hasil persilangan dua tetua yang memiliki jangkauan sebaran yang melampaui jangkauan sebaran kedua tetuanya Poehlman dan Sleper 1996. Genotipe-genotipe yang diduga segregan transgresif ini apabila dilanjutkan ke generasi selanjutnya akan menjadi galur harapan dengan ragam dalam famili yang rendah. Famili segregan transgresif ini diharapkan tidak perlu menunggu hingga 6- 7 generasi untuk menjadi galur murni, cukup dengan 4-5 generasi sudah menjadi galur murni yang homogen homozigot. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kandidat galur harapan segregan transgresif pada populasi F2 dengan memanfaatkan seleksi indeks terboboti.

4.2 Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan bersamaan dengan percobaan sebelumnya pada bulan September 2013-Juli 2014 pembentukan populasi dan Agustus-Desember 2014 pengujian. Pembentukan populasi dilakukan di perumahan IPB Alam Sinar Sari, sedangkan untuk pengujian dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo, IPB. Bahan tanaman yang digunakan adalah tetua cabai keriting IPB C120 dan tetua cabai besar IPB C5, turunan pertama F1, turunan pertama resiprokal F1R masing-masing ditanam sebanyak 40 tanaman, backcross ke tetua betina BCP1 sebanyak 100 tanaman, backcross ke tetua jantan BCP2 sebanyak 100 tanaman, dan turunan kedua F2 sebanyak 300 tanaman. Pembentukan populasi dilakukan dengan melakukan persilangan buatan dan selfing. Populasi yang dibentuk adalah F1, F1R, BCP1, dan BCP2. Populasi P1, P2, F2 diperoleh dari selfing, sedangkan populasi F1, F1R, BCP1, dan BCP2 diperoleh dari persilangan buatan. Karakter yang diamati adalah karakter komponen hasil, yaitu: 1. Umur berbunga HST, dihitung saat tanaman telah memiliki minimal 1 bunga yang mekar sempurna. 2. Umur panen HST, dihitung saat tanaman telah memiliki minimal buah sudah layak panen. 3. Bobot buah g, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman dari panen kedua dan diukur menggunakan timbangan analitik. 4. Diameter buah mm, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman mulai dari panen kedua dan diukur mengunakan jangka sorong digital. 5. Tebal daging buah mm, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman mulai dari panen kedua. Buah dibelah secara melintang dan diukur tebal daging buahnya menggunakan jangka sorong digital. 6. Panjang buah cm, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman mulai dari panen kedua dan diukur dari pangkal sampai ujung buah. 7. Panjang tangkai buah cm, diambil rata-rata 5 buah setiap tanaman mulai dari panen kedua dan diukur dari pangkal sampai ujung tangkai buah. 8. Jumlah buah per tanaman buah, dihitung setiap kali panen dengan menjumlahkan jumlah buah tiap panen selama 8 minggu. 9. Bobot buah total per tanaman gtan, dihitung dengan menjumlahkan bobot buah tiap panen selama 8 minggu. Seleksi dilakukan berdasarkan indeks seleksi terboboti dengan melihat korelasi antara karakter komponen hasil terhadap bobot buah per tanaman dengan rumus yang mengacu pada Falconer 1976: I = a 1 Z 1 + a 2 Z 2 + a 3 Z 3 + …. + a n Z n , dimana Z n = � − �̅ √� Keterangan: I = nilai indeks total suatu fenotipe a = pembobot masing-masing peubah Z = nilai fenotipe yang telah distandardisasi x = rataan peubah dari suatu genotipe �̅ = rataan peubah dari suatu total seluruh genotipe � = ragam Pembobotan yang digunakan sebagai berikut: panjang buah +1, jumlah buah +2, bobot per buah +1, dan bobot buah per tanaman +3. Hasil seleksi berdasarkan indeks seleksi dilihat kembali nilai tengah semua karakter yang diamati. Apabila memiliki nilai tengah yang melebihi nilai tengah tetua tertinggi diduga sebagai genotipe segregan transgresif. 4.3 Hasil dan Pembahasan 4.3.1 Seleksi Berdasarkan Indeks Seleksi dalam rangka untuk meningkatkan daya hasil dapat dilakukan berdasarkan beberapa karakter. Seleksi berdasarkan beberapa karakter dapat menjadi lebih efektif dibandingkan hanya berdasarkan pada produksi atau bobot buah per tanaman. Menurut Sutjahjo et al. 2007 seleksi menjadi efektif apabila pemilihan karakter yang menjadi seleksi indeks berdasarkan pada nilai heritabilitas dan korelasi karakter tersebut terhadap bobot buah per tanaman. Karakter

Dokumen yang terkait

Risiko Harga Cabai Merah Keriting dan Cabai Merah Besar di Indonesia

5 45 126

Pendugaan Ragam Genetik dan Heritabilitas Karakter Komponen Hasil Beberapa Genotipe Cabai

0 3 10

Heterosis dan Daya Gabung pada Persilangan HalfDiallel Cabai Besar dan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.)

0 5 100

Analisis Parameter Genetik dan Deteksi Segregan Transgresif pada Dua Populasi F2 Persilangan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)

0 2 33

Pewarisan Karakter Kualitatif Dan Kuantitatif Pada Persilangan Cabai Besar Dan Cabai Rawit Serta Ketahanannya Terhadap Penyakit Layu Fusarium

0 20 67

Pendugaan Parameter Genetik pada Beberapa Karakter Kuantitatif pada Persilangan antara Cabai Besar dengan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.)

0 0 6

Seleksi dan Kemajuan Seleksi Karakter Komponen Hasil pada Persilangan Cabai Keriting dan Cabai Besar Selection and Selection Advance of Yield Component Character in Curly and Large Chilli Pepper Crossing

0 0 6

Pewarisan Karakter Kualitatif Cabai Hias Hasil Persilangan Cabai Besar dan Cabai Rawit Inheritance of Qualitative Characters of Ornamental Chili Pepper from Hybridization of Chili Pepper and Bird Pepper

0 1 6

ANALISIS POLA PEWARISAN KARAKTER, HERITABILITAS HASIL DAN KOMPONEN HASIL GENERASI F2 KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALLIKA X VARIETAS WILIS EDI SUSANTO 2011211011

0 0 16

Analisis pola pewarisan karakter, Heritabilitas hasil dan komponen hasil generasi f2 kedelai hasil persilangan varietas mallika x varietas wilis - Repository Universitas Bangka Belitung

1 1 7