Sifat Kimia Pembahasan 1. Kondisi Lingkungan

yang telah berkembang memperlihatkan perbedaan tekstur antar horizon penyusunnya dan perbedaan tersebut dinyatakan dalam batasan kelas tekstur tanah. Pemerian kelas tekstur suatu bagian tubuh tanah di lapangan dilakukan dengan metode uji rasa rabaan. Penetapan kelas tekstur tanah berdasarkan hasil pemerian sensasi-sensasi seperti rasa kasar-halus, licin, lekat-tidak lekat, bisa atau tidak bisa dibentuk bola atau pita, mudah pecah atau tidak yang dapat dirasakan oleh rabaan jari-jari tangan sebagai akibat perilaku pisahan-pisahan tanah. Tanah yang mengandung banyak liat bertekstur halus dan berat. Berdasarkan soil taxonomy, USDA Soil Survey Staff, 1990, kelas tekstur pada lahan penelitian adalah liat dan lempung berliat.

2. Sifat Kimia

Analisis sifat kimia dilakukan di Laboratorium yang menghasilkan data kemasaman tanah pH dan unsur-unsur hara seperti berikut : Kemasaman tanah adalah besarnya kandungan ion H + yang terdapat didalam tanah. Reaksi tanah yang masam disebabkan oleh curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan basa-basa mudah tercuci. Disamping itu hasil dekomposisi mineral aluminium silikat akan membebaskan ion aluminium. Ion tersebut dapat diserap oleh koloid tanah, dan bila dihidrolosis akan menyumbangkan ion H + , akibatnya tanah menjadi masam. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pelapukan bahan organik yang menghasilkan asam organik dan anorganik juga menyumbangkan reaksi asam Nyakpa et al. 1988. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa nilai kemasaman tanah pada lokasi penelitian terlihat relatif seragam, yang dapat digolongkan pada kriteria tanah yang sangat masam pH 4,5- 5,0. Tanah yang bersifat asam berada pada daerah temperate sampai tropika mempunyai horizon argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Sifat fisik tanah asam yaitu solum tanah kedalamannya sedang, warna tanah merah sampai kunning, tekstur halus, konsistensi teguh, permeabilitas lambat. Karakteristik kimianya yaitu kandungan bahan organic rendah sampai sedang, kejenuhan basa kurang 35, KTK kurang dari 25 me100g liat, nutrisi rendah dan kemasaman kurang dari 5,5 Munir, 1996. Tingkat kemasaman tanah mempengaruhi kelarutan hara tanah. Peningkatan pH pada tanah masam dapat meningkatkan ketersediaan hara-hara makro dan mengurangi kelarutan unsur Al dan Mn Hue dalam Whalen et al., 2000. Menurut Soepardi 1983, apabila pH berkurang maka jumlah Fe dan Mn menjadi larut dalam jumlah yang begitu banyak. C-Organik adalah penyusun utama bahan organik. Menurut Istomo 1994 bahan organik ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. C-organik merupakan penyusun bahan organik utama. Banyak sifat – sifat tanah baik fisik, kimia dan biologi tanah secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh bahan organik. Menurut Stevenson 1982 bahwa peranan bahan organik secara umum dapat mempengaruhi sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Berdasarkan data hasil penelitian terlihat bahwa C-Organik pada setiap penutupan lahan memiliki nilai yang berbeda. Nilai C-Organik pada penutupan lahan SB memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan penutupan lahan yang lainnya hal ini disebabkan karena penutupan lahan SB didominasi oleh rumput-rumput yang daunnya mudah derdekomposisi sehingga menambah bahan organik ke dalam tanah. Nitrogen sangat dibutukan oleh tanaman, sebagai penyusun asam amino, protein dan komponen lainnya. Nitrogen juga sangat penting dalam respirasi, meningkatkan reaksi enzimatik, dan meningkatkan metabolisme sel Bornner dan Galston, 1952. Dalam proses humifikasi, amonia adalah produk akhir yang dilepaskan namun senyawa ini berumur pendek, karena senyawa ini akan di metabolisme oleh bakteri nitrifikasi, dan diubah dari ammonia ke nitrat Setiadi, 1992. Nitrogen yang diserap dan terikat oleh tanaman akan selalu dan selalu dibutuhkan, sedangkan mengenai seberapa banyaknya tergantung pada tanaman itu sendiri. Sementara, ketika nitrogen dan air tersebut telah dimasak menjadi karbohidrat untuk kemudian didistribusikan kembali ke selauruh bagian tanaman akan memiliki fungsi untuk pertumbuhan vegetatif. Suplai N di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah. Rendahnya N tersedia dalam tanah menyebabkan rendahnya tingkat kesuburan tanah, sehingga merupakan faktor pembatas baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari hasil produksi tanaman Soepardi, 1982. Fosfor merupakan salah satu hara makro yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Hara ini berperan dalam pembentukan batang dan perakaran. Pada tanah mineral masam, unsur fosfor tersedia sangat sedikit karena adanya pengikatan oleh unsur-unsur Al, Fe dan Mn sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Senyawa fosfat yang tidak tersedia atau tidak melarut tersebut merupakan subjek bagi kegiatan mikrooranisme. Berbagai asam orgganik dan anorganik yang dihasilkan mikroorganisme dapat mempengaruhi peningkatan senyawa-senyawa yang dapat larut Sutedjo et al. 1996. Pelarutan fosfat oleh perakaran tanaman dan mikroorganisme tergantung pada pH tanah, pH netral atau basa yang memiliki kandungan kalsium tinggi, terjadi pegendapan kalsium fosfat. Mikrooranisme dan perakaran tanaman mampu melarutkan fosfat seperti ini, dan mengubahnya sehingga dengan mudah menjadi tersedia bagi tanaman, dan pada pH asam unsur kalsium diendapkan dalam bentuk senyawa besi dan senyawa aluminium, sehingga sulit dilarutkan oleh perakaran tanaman dan miroorganisme tanah Subba Rao, 1993. Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa kandungan fosfor dalam tanah berbeda. Perbedaan nilai tersebut terdapat pada berbagai lahan dengan penutupan vegetasi. Kandungan fosfor tertinggi terdapat pada lahan pertanian 6,3 ppm sedangkan kandungan fosfor terendah terdapat pada lahan dengan penututupan vegetasi tanaman jati 4,8 ppm. Untuk lahan dengan penutupan vegetasi lahan campuran dan lahan alang-alang memiliki kandungan fosfor hampir sama 5,35 ppm dan 5,3 ppm. Berdasarkan hasil analisis, kandungan K pada lokasi penelitian tergolong rendah untuk semua jenis penutupan lahan. Menurut Kasno et al. 2004, total K di dalam tanah di daerah tropika tergolong rendah. Hal ini disebabkan kadar K secara alamiah rendah, pelapukan yang cepat dan pencucian basa-basa yang tinggi. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah – tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau kadar liat rendah. Nilai KTK terbesar dimiliki oleh penutupan lahan TP 15,78 me100g dan terendah pada penutupan lahan TC. Nilai KTK untuk semua penutupan lahan tergolong rendah. Gambar 26 menunjukkan penutupan lahan TP mempunyai nilai KTK tertinggi 15,78 me100g, hal ini disebabkan karena adanya pemberian bahan organik berupa kompos untuk memupuk tanaman pertanian. Menurut Soepardi 1983 bahan organik sangat mempengaruhi besarnya KTK dan sumber energi bagi jasad mikro. Gao dan Chang dalam whalen et al. 2000, menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan KTK tanah. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Nitrogen berperan dalam pembentukan sel-sel baru, penyusun asam amino, asam nukleat, enzim-enzim, ADP dan ATP, serta bahan penyalur energi Gardner et al. 1991. Lebih lanjut dijelaskan bahwa walaupun nitrogen menyusun 79 dari atmosfir, tetapi tidak tersedia bagi tanaman, hanya bentuk yang teroksidasi NO 3 - atau bentuk yang tereduksi NH 4 + yang dapat digunnakan tanaman. Berdasarkan hasil analisis, kandungan NO 3 - pada berbagai penutupan lahan memiliki nilai yang berbeda. Nilai NO 3 - tertinggi terdapat pada penutupan lahan SB 749,82 ppm sedangkan nilai NO 3 - paling rendah terdapat pada penutupan lahan TC. Unsur Al dan H merupakan agen-agen penyebab kemasaman tanah, unsur ini termasuk kedalam unsur mikro. Menurut Hakim et al. 1986 keadaan tanah dimana unsur mikro menjadi problema dan dapat membatasi pertumbuhan tanaman adalah 1 tanah pasir bereaksi masam dan telah mengalami pencucian berat, 2 tanah berkadar bahan organik tinggi, 3 tanah ber-pH tinggi, 4 berdrainase buruk dan terus menerus tergenang dan 5 tanah yang terus menerus ditanamai dan dipupuk berat. Berdasarkan hasil analisis, kandungan Al dan H di lokasi penelitian memiliki kadar yang rendah. Hasil analisis kandungan Al dan H dapat dilihat pada Gambar 26. Kandungan Fe berdasarkan hasil analisis pada lokasi penelitian tergolong rendah sampai sedang, tetapi kandungan Mn tergolong sangat tinggi. Kandungan Fe tertinggi terdapat pada penutupan lahan TC dan terendah terdapat pada penutupan lahan JM.

3. Sifat Biologi