a. Mengalami erosi ringan hingga sedang horison A lebih kecil dari 5 cm, antara lain erosi permukaan dan erosi alur, tetapi produktivitasnya rendah karena
tingkat kesuburannya rendah. b. Masih produktif tetapi tingkat bahaya erosi tinggi sehingga fungsi hidrologi
menurun. Bila tidak ada usaha perbaikan maka dalam waktu relatif singkat akan menjadi lahan kritis. Solum tanah sedang 60-90 cm dengan ketebalan
lapisan atas horison A umumnya kurang dari 5 cm. Vegetasi dominan biasanya alang-alang, rumput dan semak belukar.
3. Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan-lahan yang tidak produktif atau produktivitasnya rendah sekali, dengan ciri-ciri antara lain :
a. Mengalami erosi berat, dimana tingkat erosi umumnya erosi parit b. Kedalaman tanah yang sedang sampai dangkal lebih kecil 60 cm
c. Persentase penutupan lahan kurang dari 50 d. Kesuburan tanah rendah dan meliputi daerah-daerah perladangan yang
telah rusak, padang rumputalang-alang dan semak belukar yang tandus.
4. Lahan sangat kritis
Lahan sangat kritis adalah lahan yang sangat rusak sehingga tidak berpotensi lagi untuk digunakan sebagai lahan pertanian dan sangat sukar
direhabilitasi, dengan ciri-ciri antara lain ; a. Mengalami erosi sangat besar horizon A dan B hilang, selain erosi parit,
banyak dijumpai tanah longsor, tanah merayap dengan dinding longsoran sangat terjal
b. Lapisa tanah dangkal kurang dari 30 cm atau tanpa lapisan atas atau tinggal bahan induk, sebagian horizon B tererosi
c. Persentase penutupan vegetasi sangat rendah, yaitu dibawah 25 bahkan gundu atau tandus
2.4. Rehabilitasi lahan
Rehabilitasi lahan merupakan usaha untuk meningkatkan daya dukung lingkungan. Upaya rehabilitasi lahan harus mampu meningkatkan produktivitas
lingkungan Erfandi dan Dariah, 1991. Menurut Zulfahmi 1996, rehabilitasi
lahan ialah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi kembali secara optimal sebagai unsur
produksi, media pengatur air, dan sebagai unsure perlindungan alam. Upaya rehabilitasi alam secara fisik bertujuan untuk pengendalian erosi,
sedimentasi, banjir, perbaikan fluktuasi debit dan perbaqikan lingkungan. Usaha konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara vegetatif
dan mekanik. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran
permukaan dan erosi. Konservasi dengan metode vegetatif dapat dilakukan dengan kegiatan reboisasi dengan penanaman dan suksesi alami, perlindungan
mata air, alur sungai dan jurang, dan lain-lain. Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah Nugroho, 1999.
Menurut Arsyad dalam Sutrisno et al. 1993, pencegahan dan rehabilitasi tanah terdegradasi dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode
mekanik, vegetatif, dan kimia. Perbaikan kerusakan tanah dapat dilakukan antara lain dengan penambahan pupuk organik maupun pupuk buatan. Menurut
Abdurachman dan Agus 2001, pemberian bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, menurunkan erodibilitas tanah, meningkatkan kapasitas memegang
air tanah dan menyumbangkan sebagian hara bagi tanaman. Pemberian pupuk kandang pada umumnya memberikan dampak positif terhadap produksi tanaman.
2.5. Sifat Fisik Tanah 2.5.1. Bulk Density kerapatan limbak
Kerapatan limbak bulk density Merupakan cara lain menyatakan bobot tanah, dalam hal ini jumlah ruangan dalam tanah ruang yang ditempati padatan
air dan gas turut diperhitungkan Soepardi, 1983. Bobot isi tanah menunjukan tingkat kepadatan suatu tanah. Semakin tinggi bobot isinya, maka tanah tersebut
akan semakin padat. Bobot isi tanah adalah bobot kering suatu unit volume yang terisi bahan padat dan volume ruangan ruang pori tanah yang dinyatakan dalam
grcc Haridjaja et al. 1983. Menurut Hardjowigeno 1989 bahwa Tanah yang mempunyai bobot isi
besar akan sulit meneruskan air atau sukar ditembus akar tanaman, sebaliknya
pada tanah dengan bobot isi yang lebih rendah akar tanaman akan mudah berkembang.
Bobot isi tanah dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau dari lapisan ke lapisan sesuai dengan perubahan ruang pori atau struktur tanah. Keragaman ini
mencerminkan derajat kepadatan tanah. Tanah dengan ruang pori berkurang dan berat tanah setiap satuan bertambah menyebabkan meningkatkan bobot isi tanah
Foth, 1988.
2.5.2. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah merupakan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media dalam keadaan jenuh. Permeabilitas ini sangat penting peranannya
dalam pengelolaan tanah dan air Haridjaja et al. 1983. Selanjutnya menurut Russel 1956 menyatakan bahwa permeabilitas tanah sebagai kecepatan air
melalui tanah dalam keadaan jenuh pada periode tertentu dan dinyatakan dalam satuan cmjam. Permeabilitas merupakan sifat fisika tanah yang langsung
dipengaruhi pengolahan tanah, tanah dengan permeabilitas lambat lebih mudah tererosi daripada tanah dengan permeabilitas cepat. Penetapan permeabilitas tanah
baik secara vertikal maupun horizontal sangat penting peranannya dalam pengelolaan tanah dan air Baver, 1972.
Beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain tekstur, porositas tanah serta distribusi ukuran pori, stabilitas agregat, struktur
tanah dan kandungan bahan organik Hillel, 1980.
2.5.3. Air tersedia
Air tanah merupakan fase cair tanah yang mengisi sebagian besar atau seluruh ruang pori tanah Haridjaja et al. 1983. Air ditahan dalam pori tanah
dengan daya ikat yang berbeda–beda tergantung dari jumlah air yang ada dalam pori. Air bersama–sama dengan garam–garam yang larut air akan membentuk
larutan tanah yang merupakan sumber hara bagi tumbuhan Soepardi, 1983. Selain dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik,
jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman juga dipengaruhi oleh kedalam tanah dan sistem perakaran tanaman Islami dan Utomo, 1995. Air tanah
berperan penting dari segi pedogenesis maupun hubungannya dengan
pertumbuhan tanaman. Hancuran iklim, pertukaran kation, dekomposisi bahan organik, pelarut unsur hara dan kegiatan–kegiatan jasad mikro hanya dapat
berlangsung dengan baik apabila tesedia air dan udara yang cukup Haridjaja et al. 1983.
Kadar air dapat juga dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah, cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume tanah tertentu. Sebagian besar air tersedia merupakan air kapiler, yang ditahan tanah
pada kelembaban antara kapasitas lapang dan koefisien layu Hakim, et al. 1986.
2.5.4. Porositas Tanah
Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara partikel pasir, debu
dan liat serta ruang diatara agregat – agregat tanah Soepardi, 1983. Pada tanah liat, porositasnya sangat beragam kerena perubahan pengembangan dan
pengkerutan, agregasi, disversi dan pemadatan. Dengan demikian porositas dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan bahan organik Baver et al.1972. Serta
ruang pori dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah dan kedalaman tanah. Ruang pori pada lapisan tanah menurun dengan diolahnya lapisan atas tanah, tetapi
penurunannnya tidak sebesar pada lapisan atas. Tanah mempunyai ruang mikro dan makro. Pori makro memperlancar gerakan udara dan air, sedangkan pori
mikro menghambat gerakan udara dan air pada gerakan kapiler Soepardi, 1983. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan
tektur tanah. Porositas tinggi jika bahan organik tinggi pula. Tanah–tanah dengan struktur remah atau granuler mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada
tanah–tanah dengan struktur pejal Hardjowigeno, 1989
2.6. Sifat Kimia Tanah 2.6.1. C-organik