Petak contoh dibuat berbentuk lingkaran dengan diameter 17,84 m sebanyak 2 petak untuk blok jati-mengkudu dan tanaman campuran. Selanjutnya
di dalam petak contoh tersebut dibuat petak-petak contoh sekunder yang lebih kecil secondary unit dengan ukuran 1 x 1 m sebanyak 3 buah untuk analisis
vegetasi tumbuhan bawah Gambar 4. Pada penutupan semak belukar dan penutupan pertanian petak contoh hanya dibuat untuk tumbuhan bawah saja
karena tidak ada vegetasi pohon.
3.3.2.2. Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan dari berbagai publikasi, studi, kajian dan peta meliputi :
1. Dokumen tentang kegiatan rehabilitasi lahan dari Kelompok Tani Megamendung termasuk hasil analisa tanah sebelum revegetasi.
2. Peta Rupa Bumi dan peta tataguna lahan 3. Peta lokasi dan peta geologi
3.3.3. Penentuan Indeks Kualitas Tanah
Indeks kualitas tanah dihitung berdasarkan kriteria Mausbach Seybold 1998 dalam Partoyo 2005 yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi lahan
penelitian. Modifikasi dilakukan pada beberapa hal yaitu: 1. Indikator C-total digantikan dengan C-organik, dengan pertimbangan
bahwa kadar C-organik tanah tidak berbeda nyata dengan kadar C-total, karena tanah tidak mengandung CaCO3 sebagai sumber C anorganik.
Selain itu pengukuran kadar C-organik juga lebih mudah dilakukan. 2. Indikator kemantapan agregat didekati dengan kadar debu+lempung,
dengan pertimbangan kemudahan dalam analisis. Pengukuran kadar debu+lempung digunakan untuk menunjukkan kuantitas bahan yang dapat
berperan pada fungsi pengaturan kelengasan, filtering dan buffering. 3. Bobot beberapa indikator disesuaikan dengan mempertimbangkan tingkat
kepentingan indikator dalam perbaikan kualitas tanah di lokasi penelitian.
4.
Batas atas dan bawah dari beberapa indikator juga dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kondisi di lapangan dan berdasarkan Kriteria
penilaian hasil analisa tanah menurut Pusat Penelitian Tanah tahun 1983 Prasetyo et al. 2005 Lampiran 3.
Tabel 1 Modifikasi indikator, bobot dan batas-batas fungsi penilaian
Fungsi tanah Indikator Tanah
Index Bobot
Fungsi Penilaian Bobot
Bobot Bobot
Batas Bawah
Batas Atas 1
2 3
X1 Y1
X2 Y2
Melestari- kan aktivitas
biologi 04
Medium Perakaran
0,33 Jeluk Perakaran
cm 0,6
0,079 5
180 1
Berat volume gr cm
3
0,4 0,053
2,1 0,5
1
Kelengasan 0,33
Porositas 0,2
0,027 20
80 1
C-Organik 0,4
0,050 0,2
5 1
Debu+liat 0,4
0,053 100
1
Keharaan 0,33
pH H2O 0,2
0,013 4
8 1
P Bray ppm 0,2
0,027 2,5
50 1
K me100 g 0,2
0,027 0,2
100 1
C-Organik 0,2
0,040 0,2
10 1
N-total 0,2
0,027 0,2
5,2 1
Pengaturan dan
penyaluran air
0,3 Debu+liat
0,6 0,18
100 1
Porositas 0,2
0,06 20
80 1
Berat volume gr cm
3
0,2 0,06
2,1 0,5
1 Filtring dan
Buffering 0,3
Debu+lempung 0,6
0,18 100
1 Porositas
0,1 0,03
20 80
1 Proses
Mikrobiologis 0,3
C-Organik 0,33
0,029 0,2
10 1
N-total 0,33
0,029 0,2
5,2 1
Respirasi 0,33
0,029 20
1
Cara perhitungan indeks adalah sebagai berikut : 1. Indeks bobot dihitung dengan mengalikan bobot fungsi tanah bobot 1
dengan bobot medium perakaran bobot 2 dengan bobot jeluk perakaran bobot 3. Misalnya, indeks bobot untuk porositas diperoleh dengan
mengalikan 0,40 bobot 1 dengan 0,33 bobot 2 dengan 0,60 bobot 3, dan hasilnya sama dengan 0,079.
2. Skor dihitung dengan membandingkan data pengamatan dari indikator
tanah dan fungsi penilaian. Skor berkisar dari 0 untuk kondisi buruk dan 1 untuk kondisi baik. Penetapan skor dapat melalui interpolasi atau
persamaan linier sesuai dengan kisaran yang ditetapkan berdasar harkat atau berdasarkan data yang diperoleh . Menurut Masto 2007 Fungi
skoring linier FSL adalah : FSL Y = x – s t – s ...............................................................7
Y = 1 – [x – s t – s ] .............................................................8 Dimana, Y adalah skor linier, x adalah nilai sifat-sifat tanah, s dan t adalah
nilai batas atas dan batas bawah. 3. Indeks kualitas tanah dihitung dengan mengalikan indeks bobot dan skor
dari indikator.
3.4. Analisis Data 3.4.1. Analisis sifat Tanah